Melihat Peta Kekuatan Dua Kandidat Paslon yang Bertarung di Pilkada Jateng
Banyaknya dukungan tidak menjadi jaminan menang dalam Pilgub Jateng kali ini.
Tiga wilayah karesidenan Kedu, Banyumas dan wilayah Soloraya Jawa Tengah bakal menjadi rebutan suara bagi dua pasangan calon pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah, Luthfi-Yasin, dan Andika Perkasa - Hendrar Prihadi.
Dari pemilihan calon Gubernur dan calon wakil Gubernur dari beberapa periode telah menunjukkan wilayah Jateng menjadi faktor dominan bagi basis pemilihan mulai dari faktor kandang banteng dan karakter basis NU.
Pengamat Politik UIN Walisongo Semarang, M Kholidul Adib memprediksi karakter pemilih religius dinilai membuat Luthfi-Yasin untung mengambil ceruk suara di kawasan Pantura Barat, Pantura Timur dibanding pasangan Cagub-Cawagub, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi.
"Di pasangan 1 Andika-Hendi kelemahanya basis PDIP, pantura barat basis PDIP Tegal, Brebes. Sedangkan pantura timur hanya menguasai Kudus dan Pati. Dengan adanya Gus Yasin maka Pak Luthfi mendapatkan berkah tersendiri. Gerakan santri dan pesantren menjadi kekuatan bagi Luthfi-Yasin," kata Kholidul Adib dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) dengan tema "Membaca Peta Politik Pilgub Jawa Tengah 2024; Seberapa Besar Peluang Masing-masing Paslon?" di Kawasan Kota Lama Semarang, Sabtu (28/9).
Sementara pemilih Solo raya dan Semarang Raya masih sebanding. Bila kalau di lihat dari Semarang Raya sendiri masih cenderung pemilih ke Andika - Hendi. Karena sosok Hendi yang pernah menjabat Wali Kota Semarang.
Bagaimana Suara di Solo Pasca Jokowi Lengser?
Kemudian, apakah pasca Presiden Joko Widodo usai jabatannya selesai pada Oktober akan menggerakkan jaringannya di Solo Raya agar partai KIM kuat di wilayahnya?
"Semua dinamis, tapi untuk Semarang dan Kabupaten Semarang dan solo raya meliputi 6 kabupaten kota sendiri masih kuat dengan PDIP-nya. Hanya Pilpres saja kemarin dimenangkan partai KIM karena sebagian wilayah Jateng Jokowi effect," jelasnya.
Kemudian yang menjadi persoalan wilayah tengah meliputi karesidenan Kedu dan Banyumas masih dalam perebutan suara oleh kedua paslon. Sebab, dalam Pilgub nantinya para calonnya lah harus bisa pintar-pintar membaca peluang.
"Wilayah Kedu, Banyumas ini masih belum dijamah oleh kedua paslon. Jadi tergantung paslon membaca peluang isu di wilayah tersebut untuk merebut ceruk suara," ujarnya.
Menurutnya, banyaknya dukungan tidak menjadi jaminan menang dalam Pilgub Jateng kali ini. Faktor penentu lain ialah aspek figur atau ketokohan, mesin partai yang bekerja hingga tingkat bawah, serta program dan gagasan yang ditawarkan.
"Jadi bagaimana calon Gubernur ini figurnya bisa membranding dirinya. Untuk program dan gagasan nanti para calon wakil Gubernur yang berperan, karena mereka berdua sama-sama pernah pengalaman di pemerintahan," jelasnya.
Sementara Pengamat politik Unika Soegijapranata Andreas Pandiangan menilai, keberadaan Gus Yasin di kubu pasangan calon nomor urut 2 menjadi modal besar yang harus diwaspadai PDIP dan pasangan calon nomor urut 1, Andika-Hendi.
Dia berkaca pada Pilgub 2018 lalu di mana ketokohan Gus Yasin yang saat itu menjadi wakil gubernur Ganjar Pranowo memiliki andil besar untuk mengantarkan pasangan Ganjar-Yasin sebagai pemenang mengalahkan Sudirman Said-Ida Fauziah.
"Kita lihat kemenangan Ganjar Pranowo saat itu dipengaruhi oleh Taj Yasin. Kemudian orang yang memilih partai hanya 20 persen, yang 80 persen ini," kata Andreas.
Menurut dia Luthfi-Yasin menghadapi tantangan serius seiring munculnya berbagai isu dan narasi yang beredar di media sosial. Narasi perang bintang antara Rambo vs Sambo dinilai bisa mempengaruhi preferensi pemilih di Pilgub Jateng 2024.
"Perang Bintang menjadi image negatif sebetulnya bagi Luthfi-Yasin. Namun kemudian kenapa kedua pasangan calon ini tidak adu gagasan, ini mungkin menjadi bagian dari strategi untuk meyakinkan pemilih yang mana Jawa Tengah tingkat partisipasinya cukup tinggi," ujarnya.
Elektabilitas Kedua Kandidat
Peneliti Kanigoro Network Joko Kanigoro memaparkan hasil survei terbarunya yang dilakukan pada 1 hingga 6 September 2024. Hasilnya menunjukkan, elektabilitas Luthfi-Yasin sebesar 45,2 persen, unggul tipis dari Andika-Hendi di angka 37,7 persen. Masih ada 17,1 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.
Survei ini dilakukan secara tatap muka melalui teknik pengambilan simple random sampling. Ada sebanyak 1.600 responden yang dijadikan sampel dengan sebaran 35 kabupaten/kota dengan tingkat margin of error +/- 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurutnya, elektabilitas Luthfi-Yasin lebih unggul karena dipengaruhi dukungan koalisi gemuk serta sosialisasi yang lebih lama dibanding Andika-Hendi. Jika tren ini bertahan, maka Luthfi-Yasin menjadi ancaman serius bagi dominasi PDIP di Jateng yang selama ini dikenal sebagai kandang banteng.
"Kalau nanti kemudian hingga akhir Pilkada trennya Ahmad Luthfi dan Gus Yasin naik, ini menjadi ancaman serius bagi PDIP yang notabenenya Jawa Tengah ini diklaim PDIP sebagai kandang banteng," ujarnya.
Jika elektabilitas Luthfi-Yasin konsisten hingga memasuki pemungutan suara, bukan tidak mungkin Luthfi-Yasin keluar sebagai pemenang. Namun menurutnya, PDIP juga akan melakukan perlawanan serius dan berusaha mempertahankan kandang banteng.
"Saya kira kalau konsisten di akhir Pemilu ini, prediksi saya kemenangan Luthfi-Yasin sekitar lima persen, tidak lebih dari lima persen. Saya kira kalau untuk menang tebal agak susah, tapi kalau potensi kemenangan ada di Luthfi-Yasin," tandas Joko.