Menteri Kesehatan jadi bulan-bulanan karena vaksin palsu
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menjadi orang yang paling disorot atas kasus beredarnya vaksin palsu di sejumlah daerah di Indonesia. Vaksin palsu dianggap tanggung jawab Kemenkes untuk mengawasi. Kemenkes dianggap lalai dan tak becus dalam melaksanakan prosedurnya.
Menkes Nila bahkan langsung dipanggil oleh Komisi IX DPR untuk membahas hal itu. Nila tak khayal menjadi bulan-bulanan anggota DPR bidang kesehatan itu dalam rapat tersebut.
Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay marah dan menyampaikan pendapatnya dengan berapi-api kepada Nila yang hadir di sana. Dia meminta, Nila harus menjawab pertanyaannya, jika tidak dia akan mengejarnya.
-
Apa yang Rina Nose bantah? Komedian Rina Nose menepis anggapan bahwa dirinya adalah seorang penganut childfree, yaitu pasangan yang tidak ingin memiliki anak.
-
Bagaimana reaksi Naysila? Setelah menjambak Naysila, Bunda Corla langsung tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh Naysila dan Dimas Anggara.
-
Kenapa Nia Ramadhani merasa khawatir? Merasa Khawatir Nia mengaku tidak tenang melihat sang ibunda terbaring tidak berdaya di rumah sakit.
-
Kenapa Nia gemas? Mendengar Nia mengatakan bahwa setiap kali wudhu, baju Magika selalu basah, membuatnya merasa gemas.
-
Apa yang membuat pertanyaan menjebak sulit dijawab? Pertanyaan-pertanyaan cerdas dan kompleks seringkali dirancang untuk membingungkan pemain, mendorong mereka untuk berpikir di luar kotak dan menghadapi tantangan kreatif.
-
Siapa yang Rina Nose bantah? Komedian Rina Nose menepis anggapan bahwa dirinya adalah seorang penganut childfree, yaitu pasangan yang tidak ingin memiliki anak.
"Tolong dijelaskan apa sebetulnya bahaya vaksin palsu ini. Sudah tahu enggak apa campuran isi jenisnya sebenarnya. Sekarang kan sudah beredar, sudah dilakukan penelitian enggak? Apa jenisnya, apa bahayanya, setingkat apa berbahaya itu pada anak-anak," kata Saleh di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/6).
Politikus PAN ini juga minta dijelaskan terkait data rumah sakit atau klinik yang diduga menjadi bagian peredaran vaksin tersebut. "Jangan-jangan ini sudah sampai ke Papua, cuma karena di Papua belum ada polisi nangkap jadi kita anggap enggak ada. Berapa rumah sakit, berapa klinik, apakah sudah distop atau ada di pasaran," tuturnya.
Saleh juga meminta penjelasan bagaimana langkah BPOM untuk menghentikan kasus peredaran vaksin palsu. Bagaimana koordinasi dengan aparat kepolisian dan Menkes.
"Saya tidak puas dengan penjelasan kementerian kesehatan melalui Twitter-nya itu. Di Twitter-nya katanya enggak usah khawatir lah, ada tujuh hal penjelasan yang disampaikan. Poin kelima disebutkan, diduga vaksin palsu hanya 1 persen yang itupun beredar di DKI, Banten, dan Jawa Barat. Hanya 1 persen, ini pernyataan menyepelekan masalah. Andaikata ada 1 orang Indonesia yang meninggal karena vaksin ini, ini betul-betul pelanggaran dan harus dikejar," bebernya.
Menurutnya, tak layak Nila menganggap remeh kasus vaksin palsu ini. Dia meminta Nila mengoreksi pernyataannya di Twitter.
"Coba lihat warga negara asing, 1 saja hilang di gunung Sinabung, itu sampai Kemenlu, kalau perlu presidennya datang ke situ jemput. Di negara kita vaksin beredar dikatakan hanya satu persen. Itu enggak betul," ungkapnya.
Selain itu, Saleh juga menyalahkan Nila yang mengatakan bahwa dikabarkan vaksin tersebut mengandung hal tertentu. "Dikabarkan? Ini kok bahasanya dikabarkan? Mestinya yang meneliti itu pemerintah. Kita bahas anggaran kemarin capek-capek itu biar pemerintah berhasil melindungi rakyat. Kalau dikabarkan berarti tidak pasti," ujarnya.
"Saya tidak suka dengan cara-cara pemerintah yang menganggap sepele terkait hal itu. Ingat Bu, jika pemerintah konsisten melanggar konstitusi, republik ini akan bubar," imbuhnya.
Tidak cuma Saleh, anggota Komisi IX lainnya, Ansory Siregar menegaskan, kasus vaksin palsu ini sebuah kejahatan besar. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Petisi ini diajukan oleh 150 orang Guru Besar lintas profesi, baik dari profesi kesehatan dan non kesehatan.
Baca SelengkapnyaKomisi IX DPR menggelar rapat dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama Mendikbud Nadiem Makarim di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (3/6).
Baca SelengkapnyaKemenkes dianggap tidak menepati janjinya dalam memastikan terciptanya keterlibatan publik dan legislatif secara menyeluruh dalam penyusunan aturan ini.
Baca SelengkapnyaRUU Kesehatan dianggap minim urgensi dan kualitas. Banyak celah kelemahan dan RUU ini.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi Gunadi Sadikin buka suara usai dilaporkan ke polisi terkait kematian dr Aulia Risma.
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati
Baca SelengkapnyaIrjen Kementerian Agama (Kemenag) Faisal Ali Hasyim dihadirkan panitia khusus haji DPR sebagai saksi dalam rapat
Baca SelengkapnyaDebat yang diikuti lima paslon dilangsungkan 14 Oktober 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaAwak media pun langsung memberondong sejumlah pertanyaan salah satunya yakni terkait kasus perundungan.
Baca SelengkapnyaPKS menilai RUU Kesehatan justru menghilangkan mandatory spanding untuk kesehatan yang ada di UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Baca Selengkapnya"Menteri Agama yang kembali mangkir atas panggilan Pansus. Ini merupakan bentuk pelecehan terhadap lembaga DPR," kata Luluk
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menjawab isu perombakan kabinet atau reshuffle kabinet yang beredar di publik.
Baca Selengkapnya