Bakteri di Dalam Usus Anak Bisa Jadi Penyebab Perubahan Perilaku Mereka
Merdeka.com - Perilaku yang dimiliki oleh anak-anak biasanya sangat ditentukan dari bagaimana ajaran yang didapatnya di keluarga. Namun siapa sangka bahwa ternyata terdapat hal yang mempengaruhi ini yaitu bakteri di dalam usus mereka.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa perubahan bakteri di dalam usus anak-anak mungkin menjadi penyebab dari masalah perilaku yang dimiliki. Dilansir dari Medical News Today, peneliti mengungkap bahwa temuan ini membantu mereka meningkatkan cara penanganan pada masalah ini terutama ketika anak-anak di usia lebih kecil.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan pada jurnal mBio. Diketahui bahwa mikroorganisme unik berada pada usus anak-anak yang memiliki masalah perilaku. Hasil temuan diperoleh berdasar analisis mikrobioma dari 40 anak berusia antara 5 hingga 7 tahun dari kelompok sosioekonomi berbeda.
-
Bagaimana mikrobioma usus mempengaruhi kesehatan? Penelitiannya menunjukkan bagaimana mikrobioma usus mempengaruhi kesehatan manusia dan memainkan peran dalam penanganan malnutrisi pada anak-anak di seluruh dunia.
-
Apa saja penyebab penyakit anak akibat makanan? Makanan seperti daging, ayam, ikan, hingga susu bisa menjadi sumber kontaminasi jika tidak ditangani dengan benar.
-
Dimana bakteri usus berada? Mikrobioma usus adalah kumpulan mikroorganisme yang hidup di dalam usus, yang berperan dalam pencernaan, penyerapan nutrisi, sistem kekebalan, dan kesehatan secara keseluruhan.
-
Apa yang dimakan anak-anak? Kotak berisi nasi putih lengkap dengan lauk ayam goreng, tumis sayur dan telur rebus telah tersedia di hadapan mereka. Ada juga menu tambahan berupa pisang, susu, dan air putih.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Bagaimana penelitian meneliti pengaruh ikan terhadap perkembangan anak? Untuk memahami lebih dalam bagaimana asupan ikan dan suplemen omega-3 selama kehamilan mempengaruhi perkembangan saraf pada anak, para peneliti mengevaluasi informasi diet dari sekitar 4.000 peserta.
"Sebagian besar penelitian yang ada hingga saat ini menghubungkan komposisi mikrobioma dengan perilaku bayi dan balita seperti ekstroversi, ketakutan, serta perkembangan kognitif," terang Tomas Sharpton, peneliti dan profesor di Oregon State University.
"Hingga saat ini masih belum jelas bahwa mikrobioma berhubungan dengan bentuk lain dari disregulasi perilaku atau hal ini berhubungan dengan awal munculnya masalah psikiatrik dan perilaku," sambungnya.
Hasil temuan ini didapat peneliti setelah mempelajari sampel tinja dari anak-anak untuk menganalisis komposisi bakteri di usus mereka. Pengasuh anak juga menjawab kuisioner mengenai perilaku anak serta kualitas hubungan mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan risiko sosioekonomik lebih tinggi memiliki perbedaan mikrobial dibanding yang berasal dari risiko sosioekonomik rendah. Mereka yang memiliki masalah siregulasi perilaku seperti perilaku impulsif dan depresif juga menunjukkan perbedaan mikrobial.
Peneliti menemukan bahwa spesies Bacteroides fragilis memiliki peran terhadap risiko sosioekonomik serta disregulasi perilaku ini.
"Menariknya, B. dragilis sebelumnya dihubungkan dengan menurunnya tingkat agresi, kecemasan, reaktivitas emosional, perilaku ekternalisasi, serta impulsivitas, serta meningkatkan kontrol penghambat (contohnya, kesehatan mental yang lebih baik," terang peneliti.
"B. fragilis juga dihubungkan dengan rendahnya laporan keributan keluarga," sambungnya.
Walau begitu, spesies bakteri lain juga disebut memiliki efek negatif terhadap perilaku. Anak yang memiliki lebih banyak Coprococcus cenderung berperilaku agresif, sedangkan mereka yang memiliki Eubacterium rectale memiliki kontrol penghambat yang lebih kecil.
Sharpton mengungkap bahwa temuan ini mampu menjadi pertanda bahwa mengubah mikrobioma anak bisa mengatur perilaku mereka. Tim peneliti bakal melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bau badan pada anak sering kali menjadi perhatian bagi orang tua, terutama ketika muncul secara tiba-tiba atau terasa lebih kuat dari biasanya.
Baca SelengkapnyaMunculnya masalah IBS atau sindrom iritasi usus besar pada anak perlu dikenali oleh orangtua dan diredakan dengan tepat.
Baca SelengkapnyaPenyakit tukak lambung adalah kondisi yang menyebabkan luka atau borok pada lambung atau duodenum.
Baca SelengkapnyaMeskipun tidak berbahaya, namun infeksi cacing yang menimpa sang buah hati ini wajib diwaspadai.
Baca SelengkapnyaCacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi, terutama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaUsus buntu pada anak adalah kondisi medis di mana apendiks, organ kecil yang menempel pada usus besar mengalami infeksi dan peradangan.
Baca SelengkapnyaPenelitian temukan bahwa kebiasaan makan yang dimiliki balita ternyata dipengaruhi genetik dan biasanya tetap terjadi hingga usia remaja.
Baca SelengkapnyaGangguan cacingan pada anak perlu dideteksi secepat mungkin.
Baca SelengkapnyaKebiasaan makan anak yang sehat bisa sangat bergantung pada orangtua sebagai contoh yang baik.
Baca SelengkapnyaSejumlah kebiasaan buruk pada anak perlu diketahui dan diatasi oleh orangtua.
Baca SelengkapnyaPenyakit disebabkan dari konsumsi air yang tidak jernih di antaranya diare.
Baca SelengkapnyaMenurut KPAI, banyaknya anak-anak yang konsumsi makanan dengan kandungan gula, garam, dan lemak berlebih menjadi salah satu penyebab gangguan ginjal pada anak.
Baca Selengkapnya