Banyak Beredar Kabar Bencana Alam, Begini Cara Bijak Menurut Psikolog untuk Meresponsnya
Banyak beredarnya kabar bencana alam di sekitar kita perlu direspons secara bijak.
Tinggal di Indonesia, ancaman bencana alam merupakan suatu hal yang mengintai kehidupan kita sehari-hari. Walau begitu, di tengah kondisi seperti ini, penting bagi kita untuk meresponsnya dengan bijak agar tidak dihantui ketakutan.
Di tengah banyaknya informasi mengenai risiko bencana alam yang tersebar, baik melalui media sosial maupun berita, penting bagi kita untuk memahami cara bijak dalam meresponsnya. Annisa Mega Radyani, seorang psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa cara berpikir dan merespons seseorang terhadap informasi semacam ini sangat bervariasi, dan tidak semua cara berpikir tersebut membawa dampak positif.
-
Bagaimana cara warga mengantisipasi bencana? Warga diminta update informasi Untuk mengantisipasi dampak besar, BMKG kemudian meminta masyarakat agar sering-sering mengupdate informasi, untuk patokan beraktivitas di luar rumah.
-
Bagaimana cara BPBD Banyumas bersiap menghadapi bencana? Sesuai perintah Pak Pj (Penjabat) Bupati, kami mempersiapkan rencana mitigasi dan rencana kontinjensi. Kami juga telah menggelar rapat koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka antisipasi bencana hidrometeorologi.
-
Kenapa mitigasi bencana penting? Pentingnya mitigasi terletak pada upaya membangun ketahanan masyarakat dan infrastruktur terhadap ancaman bencana. Melalui konsep ini, mitigasi berfungsi sebagai investasi jangka panjang untuk melindungi investasi dan sumber daya manusia.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan mental? Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga mental health adalah sebagai berikut. Pertama, olahraga secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood.
"Ketika kita menghadapi situasi kritis, biasanya orang-orang memiliki empat cara pikir," jelas Annisa dilansir dari Antara.
Dalam situasi seperti ini, beberapa orang cenderung menyederhanakan informasi yang diterima dan hanya berfokus pada hal-hal yang mereka pahami. Meskipun cara berpikir seperti ini mungkin tampak logis, Annisa mengingatkan bahwa hal ini bisa berbahaya karena menyebabkan informasi yang diterima menjadi tidak utuh. Akibatnya, pemahaman tentang situasi yang sebenarnya menjadi terbatas dan berpotensi menimbulkan keputusan yang keliru.
Di sisi lain, ada orang yang berpegang teguh pada keyakinan yang telah terpatri dalam pikiran mereka sebelumnya. Keyakinan ini sering kali tidak didasarkan pada fakta yang aktual, tetapi lebih pada asumsi atau dugaan yang dapat memicu kepanikan.
"Seringkali kita jadi terlalu banyak tahu juga dan ketika terlalu banyak tahu akhirnya kita terlalu panik dan akhirnya kita doomscrolling, kita mencari tahu informasi tapi kita tidak berbuat apa-apa," kata Annisa, menggambarkan fenomena di mana seseorang terus-menerus mencari informasi negatif tanpa adanya tindakan yang bermanfaat.
Annisa juga menyebutkan bahwa ada individu yang langsung mempercayai informasi pertama yang mereka peroleh, tanpa memverifikasi kebenarannya. Padahal, dalam konteks bencana alam, informasi sering kali berkembang seiring dengan waktu, dan apa yang awalnya dianggap benar bisa berubah. Oleh karena itu, Annisa menekankan pentingnya mencari informasi dari beberapa sumber yang kredibel.
"Jadi, jangan percaya dari satu atau dua sumber, terutama dari sosial media. Kita perlu tahu, mencari sumber yang terpercaya, baik itu sumber berita dan penelitian," sarannya.
Mengelola informasi dengan baik adalah kunci untuk tetap rasional dan tidak panik. Setelah menerima informasi mengenai risiko bencana, langkah pertama yang disarankan Annisa adalah mencari dan menyerap informasi secara seksama dan lengkap dari sumber-sumber yang terpercaya. Selain itu, penting untuk berbagi informasi yang sudah diverifikasi dengan orang-orang terdekat, agar mereka juga mendapatkan pemahaman yang benar tentang situasi tersebut. Hal ini dapat membantu mengurangi kepanikan kolektif dan memastikan bahwa semua orang berada pada pemahaman yang sama.
Selain itu, Annisa menekankan bahwa perasaan cemas dan panik adalah reaksi yang wajar ketika kita dihadapkan pada situasi kritis. Namun, alih-alih menahan perasaan tersebut, dia menyarankan untuk berbicara dengan orang-orang terdekat, saling mendukung, dan saling berbagi informasi yang akurat.
"Selalu ajak orang lain untuk bisa saling mendukung atau melindungi dan saling sharing informasi juga," katanya.
Langkah lain yang penting adalah mempersiapkan diri secara rasional. Annisa menyarankan untuk membuat daftar kebutuhan saat bencana dan menyiapkan barang-barang darurat secara bijaksana.
"Coba ditulis semua informasi dan hal-hal yang harus kita siapkan, dan tentunya tidak sendirian. Coba ajak diskusi orang lain, untuk bisa kita diskusi sejauh mana hal yang sudah kita tulis itu masih dalam tahap wajar dan rasional," ujarnya.