Dokter Sarankan Ibu Pekerja untuk Maksimalkan DBF demi Kestabilan Produksi ASI
Menyusui bayi secara langsung atau direct breastfeeding merupakan cara untuk menstabilkan produksi ASI.
Bagi para ibu menyusui yang juga menjalankan peran sebagai pekerja, menjaga kestabilan produksi ASI adalah tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Kesibukan pekerjaan serta stres yang tinggi kerap memberikan ASI secara rutin menjadi sulit dilakukan.
Konselor laktasi, dr. Yulia Muliaty, menekankan pentingnya ibu pekerja untuk tetap melakukan "direct breastfeeding" (DBF) atau menyusui langsung sesegera mungkin setelah tiba di rumah. Langkah ini sangat penting tidak hanya untuk mempertahankan produksi ASI yang optimal, tetapi juga untuk menjalin ikatan emosional yang kuat dengan bayi.
-
Bagaimana cara ibu menyusui merangsang ASI? Selain itu, ibu juga disarankan untuk tetap menyusui bayi secara on demand, atau sesuai permintaan, tanpa menunda atau menjadwalkan waktu menyusui.
-
Apa manfaat ASI bagi ibu? Tak hanya bagi bayi, ASI juga memiliki sisi positif bagi ibu karena bisa memperkecil risiko terkena kanker ovarium daripada wanita lain yang memilih tidak memberikan ASI pada anaknya.
-
Bagaimana cara mengatasi tantangan menyusui bagi ibu pekerja? Menyusui bagi ibu yang bekerja memang memiliki tantangan tersendiri, tetapi dengan perencanaan dan dukungan yang tepat, Anda dapat mengatasi semua hambatan ini.
-
Kenapa ibu bekerja harus berencana menyusui sejak awal? Langkah pertama yang sangat penting adalah merencanakan menyusui eksklusif sejak awal. Anda perlu mempersiapkan diri secara mental untuk menyusui, termasuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul.
-
Bagaimana cara ASI membantu ibu dan bayi? Kegiatan menyusui bisa membangun kedekatan jiwa antara ibu dan buah hati. Bonding antara ibu dan bayi yang mendapatkan ASI juga lebih baik dibandingkan yang tidak mendapatkan asupan ASI.
-
Bagaimana cara meningkatkan produksi ASI? Dokter Konsultan Laktasi Dr. Nurmaulidia mengatakan pentingnya ASI bagi kesehatan bayi, terutama selama periode seribu hari pertama yang mencakup masa kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan.
Yulia menjelaskan bahwa menyusui langsung setelah ibu pulang dari bekerja adalah cara terbaik untuk menjaga agar produksi ASI tetap stabil. Hal ini tidak hanya sekadar memberikan nutrisi fisik, tetapi juga memberikan kenyamanan emosional bagi bayi yang merindukan kehadiran ibunya.
"Meskipun sibuk bekerja, menyusui harus tetap menjadi prioritas para ibu demi tumbuh kembang anak yang lebih optimal," kata Yulia dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kramat Jati dilansir dari Antara.
Menurut Yulia, banyak ibu yang mungkin merasa lelah setelah seharian bekerja dan memilih untuk memberikan ASI perah kepada bayinya saat tiba di rumah. Namun, ia mengingatkan bahwa kebiasaan ini bisa berdampak negatif pada produksi ASI.
"Jangan karena capek, kita kasih yang sudah dipompa. Ingat, stok ASI perah itu hanya digunakan saat ibu nggak ada," tegas Yulia. Mengandalkan ASI perah saja, tanpa dibarengi dengan menyusui langsung, dapat mengakibatkan penurunan produksi ASI dan lambat laun mengurangi stok yang ada.
Selain itu, Yulia juga menyoroti pentingnya "skin to skin" atau kontak kulit langsung antara ibu dan bayi. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan produksi hormon oksitosin, yang berperan penting dalam produksi ASI, tetapi juga membantu bayi merasa lebih dekat dan aman dengan ibunya.
"Semua kebaikan itu akan kembali pada kita. Susah payah kita sekarang akan kita tuai saat mereka sudah di usia 40 tahun lebih," ujar Yulia.
Lebih jauh, Yulia juga mengingatkan bahwa peran sebagai ibu menyusui adalah prioritas utama, meskipun tanggung jawab pekerjaan sangat penting. Menyadari bahwa pertumbuhan otak dan akal anak berlangsung di masa kini, ia mengajak para ibu untuk selalu menempatkan kebutuhan anak di atas segalanya.
"Balik lagi, sadari tujuan bekerja itu apa? Kalau untuk sekolah kan itu nanti ya. Tapi pertumbuhan otak dan akal anak itu sekarang. Jadi harus tahu prioritasnya," jelasnya.
Menjaga keseimbangan antara karir dan tanggung jawab sebagai ibu memang tidak mudah, tetapi Yulia menekankan bahwa upaya ini akan membuahkan hasil di kemudian hari. "Tak ada yang namanya 'ujuk-ujuk'. 'Ujuk-ujuk' soleh, ujuk-ujuk berbakti. Karena dia akan lihat sebesar apa pengorbanan ibunya," kata Yulia, mengingatkan bahwa pengorbanan ibu dalam menyusui dan merawat anak akan dikenang dan dihargai seiring berjalannya waktu.