Penelitian Terbaru Buktikan Bahwa Kebiasaan Mengupil Bisa Jadi Penyebab Terjadinya Alzheimer's
Kebiasaan mengupil tanpa disadari bisa menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan yang lebih berat berupa Alzheimer's.
Kebiasaan mengupil, yang sering dianggap sebagai tindakan sepele dan tidak berbahaya, kini mendapat perhatian dari para ilmuwan sebagai faktor yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Dilansir dari Science Alert, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan adanya hubungan yang mengejutkan antara kerusakan jaringan hidung akibat mengupil dengan peningkatan risiko demensia, termasuk Alzheimer.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ketika seseorang mengupil dan merusak jaringan dalam hidung, beberapa jenis bakteri berbahaya dapat masuk lebih mudah ke otak. Kehadiran bakteri ini kemudian memicu respons otak yang mirip dengan tanda-tanda awal Alzheimer. Meskipun penelitian ini masih dilakukan pada tikus, temuan ini menimbulkan kekhawatiran yang serius dan membuka peluang bagi penelitian lebih lanjut terkait awal mula penyakit Alzheimer.
-
Siapa yang meneliti ngupil dan Alzheimer? Penelitian dari tim di Griffith University, Australia, menarik perhatian publik dengan menyatakan bahwa bakteri Chlamydia pneumoniae yang ditemukan di saluran pernapasan dapat masuk ke otak melalui saraf penciuman di rongga hidung.
-
Apa sebenarnya Alzheimer? Alzheimer adalah salah satu jenis demensia, yaitu gangguan otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti ingatan dan kemampuan berpikir.
-
Mengapa menghindari merokok penting untuk mencegah Alzheimer? Merokok dapat meningkatkan risiko Alzheimer karena zat-zat berbahaya dalam rokok dapat merusak otak. Berhenti merokok atau tidak mulai merokok adalah cara yang efektif untuk mengurangi risiko.
-
Apa saja kebiasaan untuk mencegah Alzheimer? Cara mencegah Alzheimer di usia muda melibatkan beberapa kebiasaan baik yang harus diterapkan sedini mungkin. Alzheimer merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling umum dan biasanya terkait dengan penuaan. Namun, dalam beberapa kasus, Alzheimer dapat menyerang pada usia yang lebih muda, yang sering kali dikenal sebagai Alzheimer dini.
-
Bagaimana cara mencegah Alzheimer? Penting untuk ditekankan bahwa penerapan gaya hidup aktif dan sehat adalah cara yang lebih efektif untuk menurunkan risiko Alzheimer.
-
Siapa saja yang bisa terkena Alzheimer? Meskipun penyakit ini memang umum terjadi pada individu berusia di atas 65 tahun, terdapat juga kasus Alzheimer dini yang menyerang orang-orang berusia antara 30 hingga 60 tahun.
Para peneliti dari Griffith University, Australia, melakukan percobaan dengan bakteri Chlamydia pneumoniae, yang dapat menyebabkan pneumonia pada manusia. Bakteri ini juga sering ditemukan dalam otak manusia yang mengalami demensia pada usia lanjut. Dalam percobaan tersebut, bakteri ini terbukti mampu menyusup ke otak tikus melalui saraf olfaktorius, yang menghubungkan rongga hidung dengan otak.
"Kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa Chlamydia pneumoniae dapat langsung masuk melalui hidung dan menuju otak, di mana ia dapat memicu patologi yang mirip dengan Alzheimer," ungkap James St John, ahli saraf dari Griffith University.
Yang lebih mengejutkan, infeksi pada sistem saraf pusat tikus terjadi dalam waktu 24 hingga 72 jam setelah paparan bakteri. Kerusakan jaringan epitel hidung, yang berfungsi melindungi rongga hidung, memperparah infeksi ini. Akibatnya, otak tikus memproduksi lebih banyak protein amyloid-beta, yang sering kali dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
"Kami melihat hal ini terjadi pada model tikus, dan bukti ini sangat mengkhawatirkan bagi manusia," tambah St John.
Protein amyloid-beta ini merupakan respons tubuh terhadap infeksi. Pada manusia dengan Alzheimer, protein ini membentuk plak yang menjadi ciri khas penyakit tersebut. Namun, belum ada kepastian apakah plak amyloid-beta merupakan penyebab langsung Alzheimer atau hanya gejala dari penyakit tersebut. Oleh karena itu, penelitian lanjutan pada manusia sangat diperlukan untuk memastikan apakah jalur infeksi yang sama berlaku pada manusia.
"Penelitian ini perlu dilakukan pada manusia untuk mengonfirmasi apakah jalur yang sama juga terjadi pada kita," jelas St John.
Meskipun begitu, temuan ini membuka wawasan baru dalam upaya memahami penyakit Alzheimer, yang hingga kini masih penuh misteri.
Kebiasaan mengupil ternyata bukan hal yang sepele. Meski dianggap sebagai kebiasaan umum yang dilakukan oleh banyak orang, penelitian ini memberi peringatan agar kita lebih berhati-hati. Bahkan, St John dan timnya menyarankan agar menghindari kebiasaan mengupil serta mencabut bulu hidung karena dapat merusak jaringan pelindung di dalam hidung.
"Bakteri dan virus bisa menjadi penyebab penting," ujarnya, menegaskan bahwa faktor lingkungan, termasuk paparan bakteri, juga berperan dalam meningkatkan risiko Alzheimer.
Meskipun masih banyak pertanyaan yang harus dijawab, termasuk apakah protein amyloid-beta dapat dihilangkan ketika infeksi berhasil ditangani, penelitian ini memberikan gambaran penting tentang bagaimana faktor-faktor lingkungan dan kebiasaan kita sehari-hari dapat memengaruhi kesehatan otak.