5 Transfer Paling Mengecewakan di Liga Inggris, Diharapkan Gacor Malah Zong
Berikut adalah lima pemain di Liga Inggris yang dianggap memiliki performa transfer yang sangat mengecewakan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Liga Inggris adalah liga yang paling kompetitif dan kompleks di dunia sepak bola. Apakah Anda meragukannya? Perhatikan saja Manchester United, tim besar yang kini tengah menghadapi masa sulit. Sejak ditinggal pelatih legendarisnya, Sir Alex Ferguson, pada tahun 2013, Setan Merah belum pernah kembali ke puncak klasemen liga. Sangat disayangkan! Sudah banyak pelatih yang datang dan pergi, namun hasil yang diharapkan tak kunjung tercapai.
Saat ini, harapan besar diletakkan pada pelatih baru, Ruben Amorim, meski tidak ada jaminan bahwa performa Manchester United akan meningkat. Pada pekan ke-15, tim yang berbasis di Old Trafford itu masih terpuruk di posisi ke-13 dengan hanya mengumpulkan 19 poin. Dalam pertandingan terakhir melawan Nottingham Forest, Bruno Fernandes dan rekan-rekannya kembali merasakan kekalahan 2-3, setelah sebelumnya juga kalah 0-2 dari Arsenal.
Di sisi lain, nasib kurang beruntung juga dialami oleh sang juara bertahan, Manchester City. Hasil buruk dalam beberapa pertandingan terakhir membuat tim asuhan Pep Guardiola terjun ke posisi keempat. Berbeda dengan Chelsea, yang dalam beberapa musim terakhir mengalami kesulitan, kini mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. The Blues saat ini berada di posisi kedua, hanya tertinggal dari Liverpool yang berada di puncak klasemen, dengan raihan 31 poin.
Tim yang dilatih oleh Vincenzo Maresca hanya terpaut empat angka dari Liverpool yang mengoleksi 35 poin. Liverpool sendiri memiliki peluang besar untuk meraih gelar juara. The Reds tampil konsisten dengan hasil positif, meskipun dalam pertandingan terakhir mereka hanya mampu bermain imbang 3-3 melawan Newcastle United. Jika Liverpool dapat mempertahankan performa baik ini, mereka bisa jadi juara musim ini. Ini membuktikan bahwa keputusan manajemen untuk merekrut Arne Slot sebagai pengganti Jurgen Klopp adalah langkah yang tepat.
Mengingat dalam sejarah Liga Inggris, banyak pemain dan pelatih yang didatangkan melalui jendela transfer berakhir dengan kekecewaan. Beberapa di antara mereka adalah pemain-pemain top. Give Me Sport telah mengidentifikasi setidaknya lima kekecewaan terbesar tersebut. Siapa sajakah mereka?
Jack Wilshere
Walaupun bukan karena kesalahan pribadi, Jack Wilshere menjadi salah satu kekecewaan terbesar dalam sejarah Liga Primer. Berasal dari akademi Hale End milik Arsenal, pemain asal Inggris ini sempat dijagokan sebagai salah satu gelandang paling berbakat di liga. Di usia 18 tahun, ia menunjukkan performa luar biasa dengan mengalahkan Xavi dan Andres Iniesta dalam laga Liga Champions melawan Barcelona pada tahun 2011.
Namun, cedera yang terus menerus mengganggu kariernya mengakibatkan ia tidak bisa mempertahankan performa gemilang yang pernah ia tunjukkan di masa muda. Selama sepuluh tahun berkarier di Arsenal, ia hanya tampil kurang dari 200 kali dan terpaksa pensiun di usia 30 tahun. Wilshere dikenal sebagai salah satu pemain di Liga Inggris yang paling sering mengalami cedera, dan sayangnya, nasibnya ditentukan oleh ketidakmampuannya untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
Antony
Meskipun harapan terhadap Antony tidak setinggi Angel Di Maria, namun biaya yang dikeluarkan untuk pemain asal Brasil ini jauh lebih tinggi. Hingga saat ini, hasil investasi Manchester United (MU) terhadap Antony belum memenuhi ekspektasi yang diharapkan. Pada tahun 2022, MU mengeluarkan dana sebesar 82 juta pounds untuk mendapatkan pemain sayap dari Ajax ini, yang datang dengan reputasi sebagai penyerang muda yang menjanjikan.
Namun, Antony hanya berhasil mencetak lima gol di liga dalam 57 penampilan, dan hanya satu gol sejak awal musim 2023/24. Sebagai salah satu pemain termahal dalam sejarah Liga Inggris, Antony bisa dibilang memiliki performa yang paling mengecewakan di antara semua pemain yang pernah ada di liga ini. Setelah dua tahun berkarier di Old Trafford, dia lebih sering menghabiskan waktu di bangku cadangan daripada bermain di lapangan.
Fernando Torres
Di Liverpool, Fernando Torres dikenal sebagai salah satu penyerang paling produktif dan menarik perhatian di Eropa. Pemain yang berasal dari Spanyol ini berhasil mencetak 24 gol pada musim pertamanya di Liga Inggris, hanya kalah dari Cristiano Ronaldo yang mencetak lebih banyak gol di liga pada tahun tersebut. Ketika Didier Drogba memasuki fase akhir kariernya yang cemerlang, Chelsea merekrut Torres dengan biaya 50 juta pada Januari 2011. Dengan demikian, pemain yang mengenakan nomor sembilan itu menjadi transfer termahal keenam dalam sejarah sepak bola saat itu. Harapan The Blues adalah Torres dapat mengisi posisi Drogba dan membantu tim meraih trofi secara konsisten.
Namun, selama tiga setengah tahun di Stamford Bridge, Torres mengalami banyak kesulitan dan hanya mampu mencetak 20 gol dalam 110 penampilan di Premier League. Meskipun ia berkontribusi dalam kemenangan pertama Chelsea di Liga Champions pada tahun 2012, performanya tidak sebanding dengan masa kejayaannya sebelumnya, sehingga ia tampak seperti bayangan dari diri yang dulu saat mengenakan seragam The Blues.
Andriy Shevchenko
Rekrutan Chelsea lainnya yang tidak memenuhi ekspektasi adalah Andriy Shevchenko, yang kisahnya mirip dengan Fernando Torres. Namun, bisa dibilang ekspektasi terhadap Shevchenko lebih tinggi. Harga transfer Torres memang lebih mahal, dan ia juga tidak memiliki medali juara Liga Champions pada saat itu. Dengan catatan gol yang sangat produktif saat bermain di AC Milan dan meraih penghargaan Ballon d'Or pada tahun 2004, Chelsea berani mengeluarkan dana rekor klub sebesar 30,8 juta untuk mendatangkan Shevchenko pada tahun 2006. Angka tersebut setara dengan sekitar 114,3 juta dalam nilai saat ini.
Dengan investasi sebesar itu, seharusnya Chelsea berharap telah mendapatkan striker terbaik di dunia. Namun, kenyataannya, performa pemain asal Ukraina ini jauh dari harapan. Ia hanya berhasil mencetak sembilan gol di liga dalam 49 penampilan bersama klub, dan pada akhirnya dijual kembali ke Dynamo Kyiv pada tahun 2009. Cerita ini menjadi salah satu contoh bagaimana ekspektasi tinggi tidak selalu sejalan dengan realitas di lapangan.
Juan Sebastian Veron
Mungkin salah satu pemain bintang yang paling mengecewakan dalam sejarah Liga Inggris adalah Juan Sebastian Veron. Di Manchester United, Veron tidak menunjukkan performa yang diharapkan. Pemain asal Argentina ini sebelumnya sukses bersama Lazio, di mana ia berhasil meraih tiga gelar pada musim 1999/2000, termasuk Serie A, Coppa Italia, dan Supercoppa Italia.
Sir Alex Ferguson, pelatih legendaris MU, melihat potensi Veron sebagai pemain yang mampu menguasai lini tengah tim selama bertahun-tahun. Ia dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia pada masanya. Untuk mendapatkan Veron, Setan Merah rela mengeluarkan dana sebesar 28,1 juta poundsterling pada tahun 2001, menjadikannya transfer termahal dalam sejarah sepak bola Inggris saat itu.
Namun, meskipun dengan biaya yang sangat besar, Veron kesulitan untuk beradaptasi dengan kecepatan dan intensitas permainan di Liga Inggris. Ferguson berusaha keras untuk mendukungnya, tetapi tidak pernah menemukan cara yang tepat untuk memaksimalkan potensi Veron, kecuali beberapa momen cemerlang di kompetisi Eropa. Setelah satu periode yang sulit, Chelsea akhirnya merekrut Veron dengan biaya 15 juta poundsterling, menjadikannya pemain dengan biaya transfer kumulatif tertinggi dalam sejarah.
Sayangnya, kariernya di Chelsea tidak berjalan baik, di mana ia hanya menghabiskan satu musim di tim utama. Jose Mourinho tidak memberikan tempat untuknya, sehingga Veron harus menjalani tiga musim berikutnya dengan status pinjaman di Inter Milan dan Estudiantes. Akhirnya, ia bergabung secara permanen dengan Estudiantes dan berhasil meraih penghargaan Pemain Sepak Bola Amerika Selatan Tahun Ini dua kali.