Dari 275 Juta Penduduk, Cari 11 Pemain kok Susah
Merdeka.com - Percayalah, nonton bola langsung ke stadion di Indonesia itu asyiknya bukan melihat kejadian di lapangan. Kadangkala paling nancep di otak justru celetukan iseng penonton di sekiling kita.
Kalau pas nonton timnas kalah, celetukan paling klasik seperti ini: Masak dari 275 juta penduduk, cari 11 orang yang jago main bola saja susah.
Islandia yang populasinya 356.000 orang bisa lolos ke Piala Dunia. Angka itu nyaris sama dengan jumlah penduduk gabungan Kecamatan Rungkut dan Tambaksari di Surabaya.
-
Siapa yang juara Euro 2024? Juara Euro 2024, Spanyol, hanya bisa meraih hasil imbang 0-0 melawan tuan rumah Serbia dalam pertandingan matchday 1 League A Grup 4 UEFA Nations League 2024/2025 yang berlangsung di Stadion Rajko Mitic pada Jumat (6/9/2024) dini hari WIB.
-
Apa pertandingan Piala Eropa yang baru saja terjadi? Pada matchday 2 Grup 2 UEFA Nations League B 2024/2025, Inggris akan berhadapan dengan Finlandia.
-
Siapa juara Piala Eropa 2024? Di final, Spanyol berhasil menundukkan Inggris dengan skor 2-1 berkat gol dari Nico Williams dan Mikel Oyarzabal.
-
Kapan pialaeropa dimulai? Tim nasional Inggris berhasil meraih kemenangan dalam laga perdana grup F UEFA Nations League.
-
Dimana pertandingan Piala Eropa ini? Prancis harus mengakui keunggulan Italia setelah kalah dengan skor 1-3 dalam pertandingan matchday 1 League A Grup 2 UEFA Nations League 2024/2025 yang berlangsung di Parc des Princes, Paris pada Sabtu (7/9/2024) dini hari WIB.
-
Kapan pertandingan Piala Eropa berlangsung? Pertandingan baru berlangsung selama tujuh menit ketika gawang Portugal sudah kebobolan.
Kroasia yang penduduknya 4,1 juta orang bisa ke final Piala Dunia, bahkan satu pemainnya pernah jadi pemain terbaik dunia. Uruguay yang rakyatnya 3,5 juta orang bisa dua kali juara dunia. Atau Wales dan Makedonia Utara dengan 3,1 juta serta 2,08 juta kepala sanggup tembus ke putaran final Euro 2020. Lha ini Indonesia dengan seperempat miliar lebih orang, sepakbolanya langganan kalah.
Sekilas celetukan itu benar, tetapi kalau dicek fakta lebih cermat sejatinya salah kaprah. Tidak ada korelasi populasi suatu negara dengan prestasi di lapangan bola.
Kalau acuannya jumlah penduduk; China, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Pakistan tentu langganan lolos Piala Dunia. Faktanya dari negara paling banyak penduduk di kolong jagat itu, kecuali Amerika Serikat, hanya pernah dua kali lolos Piala Dunia: China (2002) dan Indonesia (1938) itupun atas nama Hindia Belanda.
Penjelasan yang 'lebih ilmiah' mari tengok survei pernah dilakukan federasi sepakbola dunia (FIFA) pada 2006. Megasurvei itu dinamakan Big Count. Kenapa megasurvei? Karena dilakukan di 207 negara anggotanya ketika itu. FIFA ini lebih besar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kalau PBB anggotanya sekarang 193 negara, FIFA punya 211 negara.
Survei Big Count 2006 hasilnya dirilis 2007. Tema besarnya, total ada sebanyak 270 juta orang bermain sepakbola di seluruh dunia (5 juta di antaranya wasit/ofisial). Naik dari 245 juta orang pada survei Big Count 2000 (5 juta wasit/ofisial).
Mari khusus kita lihat Big Count edisi 2007. Di situ tertera data, jumlah total pemain bola di Indonesia ada 7.094.260 orang. Angka ini dahsyat karena menempatkan negeri kita di posisi ketujuh negara dengan jumlah orang yang memainkan bola paling banyak di dunia. Enam negara di atasnya China, Amerika Serikat, India, Jerman, Brasil, dan Meksiko.
Dalam data ini, Wales dan Makedonia Utara (kita pilih dua negara ini karena bakal tampil di putaran final Euro 2020 beberapa hari lagi) tidak ada apa-apanya dibanding Indonesia. Wales hanya punya 173.550 pemain bola sedangkan Makedonia Utara, negerinya Aleksander yang Agung, hanya memiliki 93.896 pemain bola.
Kalau ditelisik lebih jauh, kita bakal tahu problem penting sepakbola Indonesia.
Dari 7.094.260 pemain bola di Zamrud Khatulistiwa ini, jumlah mereka yang terdaftar (registered player) atau yang digolongkan sebagai profesional, amatir maupun junior tapi serius, jumlahnya hanya 66.960. Sisanya yang 7.027.300 digolongkan sebagai unregistered player (pemain yang hanya kadang-kadang main). Sebutan kasarnya: main bola cuma cari keringat.
Bandingkan dengan Makedonia Utara? Pemain terdaftarnya 22.896 sedangkan yang tidak terdaftar 71.000. Sementara Wales, 67.550 pemain terdaftar dan 106.000 tidak terdaftar. Itu artinya kalau di Indonesia jumlah pemain bola yang serius hanya 0,94 persen dari seluruh orang yang memainkan bola, maka angka di Makedonia Utara dan Wales mencapai 24,3 persen serta 38,9 persen.
Bayangkan, dari jumlah total pemain Indonesia ada di peringkat tujuh dunia, tiba-tiba pada sisi jumlah pemain serius, ndlosor ke peringkat 56 dunia.
Dari survei ini pula Anda akan bisa melihat angka mengejutkan untuk negara seperti Kroasia, Uruguay, juga Islandia.
Dus, ketemu kan mengapa sebaiknya jangan lagi gunakan celetukan jumlah penduduk dengan prestasi sepakbola.
Pelajaran penting dari angka-angka di atas sebenarnya pada bagaimana Indonesia perlu memaksimalkan animo. Jika mengacu piramida pembinaan olahraga, Indonesia tidak ada masalah pada sisi pemassalan.
Problem terletak pada level berikutnya setelah olahraga rekreasi (cari keringat) yaitu participation (klub), performance (kompetisi lokal dan regional) dan excellence (prestasi dunia).
Lalu bagaimana pemecahannya? Rumit! Masalahnya terlanjur lingkaran setan. Animo tinggi tapi terbentur integritas pengelolaan. Ada politik berkelindan dengan olahraga. Belum lagi masalah infrastruktur lapangan, ketiadaan kompetisi berjenjang hingga pembinaan semrawut. Sulit diurai kusutnya.
So, sejenak lupakan dulu problematika sepakbola Indonesia. Sebentar lagi ada pesta bola Eropa 2020 di depan mata.
Mengacu catatan di atas belum tentu Euro 2020 juaranya Rusia, Turki, atau Jerman, tiga negara dengan populasi terbesar di Eropa. Makedonia Utara, Wales dan Kroasia, tiga negara dengan populasi terkecil di putaran final 2020 sewaktu-waktu bisa memberi kejutan. Jenis kejutan yang pernah dilakukan Denmark, negara dengan populasi paling kecil (5,1 juta jiwa) tetapi juara 1992.
Anda pegang siapa? Jangan lupa tuliskan di kolom komentar. (mdk/dzm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim nasional Indonesia akan bertanding melawan Jepang pada matchday kelima putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Baca SelengkapnyaSebuah prestasi membanggakan diraih Indonesia setelah mereka berhasil jadi juara dunia Football Manager 2024 dan ini memantik beragam reaksi dari netizen.
Baca SelengkapnyaHarian asal Amerika Serikat the New York Times menyoroti sejumlah pemain naturalisasi tim nasional Indonesia yang kini menjadi superstar di media sosial.
Baca SelengkapnyaYuto Nagatomo merasakan sensasi seperti selebriti Hollywood ketika 50 jurnalis mengerumuni sesi latihannya.
Baca SelengkapnyaPhilip Franc (mobile atau handphone), Elga Cahya Putra, Rizky Faidan, dan Akbar Paudie (konsol atau Playstation/PC).
Baca SelengkapnyaTimnas Indonesia pertama kali masuk 1 besar Piala Asia. Aksi pria menangis ini viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaWarga antusias nobar pertandingan Timnas Indonesia lawan Uzbekistan
Baca SelengkapnyaTiket pertandingan Timnas Indonesia melawan Jepang dan Arab Saudi dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 habis terjual.
Baca SelengkapnyaAntusias warga menyaksikan laga tim nasional Indonesia Usia 23 melawan Uzbekistan tidak hanya menggelar nonton bareng di sejumlah titik wilayah.
Baca SelengkapnyaPelatih legendaris ini bandingkan perspektif sepak bola Brazil dan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu media di Vietnam menulis ulasan yang mengandung sindiran terhadap Timnas Indonesia.
Baca SelengkapnyaPSSI menggelar nonton bareng Semifinal Piala Asia 2024 antara Indonesia vs Uzbekistan di GBK.
Baca Selengkapnya