Penyebab Kerusuhan Mei 1998, Pelanggaran HAM yang Belum Tuntas Hingga Sekarang
Merdeka.com - Kerusuhan Mei 1998 masih menjadi peristiwa tak terlupakan yang meninggalkan banyak luka bagi penyintasnya. Kerusuhan Mei 1998 masih meninggalkan kasus yang belum terselesaikan pula.
Kerusuhan Mei terjadi pada saat kerusuhan politik dan ekonomi yang hebat, karena krisis keuangan Asia tahun 1997-1998 membawa pengangguran massal dan inflasi yang menyebabkan biaya bahan pokok meroket.
Di tengah meningkatnya ketegangan politik, demonstrasi massa yang dipimpin mahasiswa menyerukan diakhirinya rezim militer Orde Baru, dengan ketidakpuasan publik meningkat terhadap pemerintahan lama Presiden Suharto. Lantas apa saja penyebab kerusuhan Mei 1998?
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Bagaimana kerusuhan terjadi di Banyumas? Para suporter menyalakan flare dan kemudian merangsek masuk ke dalam stadion.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Apa yang menyebabkan permasalahan keuangan di Sumatera? Masalah Keuangan Melonjaknya inflasi ini membuat Pemerintah Provinsi Sumatra harus mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Penyebab Kerusuhan Mei 1998
Dari sekitar Desember 1997 hingga pertengahan Februari 1998, protes mahasiswa terjadi, terutama di luar ibu kota Jakarta, seperti di Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Namun, sejak akhir Februari, protes semakin meningkat di Jakarta dan sekitarnya.
Penyebab kerusuhan Mei 1998 yang terjadi merupakan hasil dari kumpulan peristiwa politik, sosial dan ekonomi yang terjadi di masa orde baru. Rezim Suharto “Orde Baru”, yang telah bertahan selama 30 tahun, rusak parah oleh korupsi yang merajalela dan ketidakmampuannya untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Kerusuhan Mei 1998 yang terutama tertuju pada pembakaran dan kekerasan terhadap etnis Tionghoa tak lain adalah ujung dari hubungan masyarakat etnis Indonesia dan Indonesia di awal pemerintahan orde baru.
ilustrasi/totalprosports.com
Namun sebenarnya, diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia sudah ada sejak berabad-abad yang lalu pada era kolonial Belanda, ketika ribuan orang dibunuh atau dipaksa masuk ke dalam ghetto. Etnis Tionghoa juga diserang dalam pembersihan anti-komunis pemerintah Indonesia pada pertengahan 1960-an.
Pada 1980-an, muncul seruan agar Suharto mengendalikan banyak konglomerat bisnis besar China yang menurut banyak pihak mengendalikan ekonomi. Tetapi sementara sebagian besar etnis Tionghoa dianggap sebagai anggota kelas pedagang kaya, banyak yang sebenarnya adalah pengusaha kecil, pemilik toko, atau pedagang.
Penyebab kerusuhan Mei 1998 juga karena keadaan ekonomi global yang memburuk ditambah dengan banyaknya korupsi yang merajalela di Indonesia, membuat masyarakat semakin frustasi. Pada 4 hingga 8 Mei 1998, pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga minyak 70 persen dan 300 persen untuk biaya listrik.
Nilai rupiah yang berada di kisaran Rp2.600 pada periode kala itu mencapai Rp14.900. Krisis tersebut menyebabkan kesulitan ekonomi yang sangat parah, dan stagflas yang membuat aktivitas ekonomi merosot tajam.
Berbagai persoalan mulai menampakkan diri dengan harga kebutuhan pokok menjadi tinggi dan barang yang sulit di dapat, pengangguran bertambah banyak serta angka putus sekolah mulai meningkat, masyarakat mulai gelisah dan menggugat seperti yang dikutip dari Journal of Development and Social Change (2020).
Dampak Kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan Mei 1998, tidak hanya menyebabkan 4 mahasiswa tewas. Sebagian orang juga dinyatakan hilang, dan banyak warga mengalami luka, trauma dan kerugian material lain.
Beberapa orang yang dilaporkan hilang ke YLBHI/Kontras dan belum ditemukan sampai Laporan Akhir TGPF dibuat yakni Yadin Muhidin (23 tahun) hilang di daerah Senen, Abdun Nasir (33 tahun) hilang di daerah Lippo Karawaci, Hendra Hambali (19 tahun) hilang di daerah Glodok Plaza, dan Ucok Siahaan (22 tahun) tidak diketahui lokasi hilangnya.
Berdasarkan data yang dihimpun TGPF, tim relawan menyebutkan korban meninggal dunia dan luka-luka 1.190 orang akibat ter/dibakar, 27 akibat senjata, dan 91 luka-luka.
Data Polda Metro, 451 orang meninggal, korban luka-luka tidak tercatat. Data Kodam Jaya, 463 meninggal termasuk aparat keamanan, 69 luka-luka. Data Pemda DKI, jumlah korban meninggal 288 orang, dan luka-luka 101 orang.
Untuk kota-kota lain di luar Jakarta, variasi angkanya sebagai berikut:
- Data Polri 30 orang meninggal dunia, luka-luka 131 orang, dan 27 orang luka bakar.
- Data Tim Relawan 33 meninggal dunia, dan 74 luka-luka.
Namun menurut laporan The Diplomat (13/05/2020), di tengah kekerasan, lebih dari 1.000 meninggal dan ribuan lainnya bangkrut atau melarikan diri dari Indonesia.
Untuk mengungkap fakta, pelaku, dan latar belakang Tragedi Mei, pemerintah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang terdiri dari unsur-unsur pemerintah, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), LSM, dan organisasi kemasyarakatan lain. Tim ini dibentuk pada 23 Juli 1998, dan bekerja hingga 23 Oktober 1998. TGPF dipimpin Marzuki Darusman. (mdk/amd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kala itu, permasalahan ekonomi muncul akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi perpolitikan saat itu.
Baca SelengkapnyaAksi Kamisan ke-815 sekaligus memperingati 26 Tahun tragedi kerusuhan yang terjadi pada 13-15 Mei 1998.
Baca SelengkapnyaHari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaDia merupakan spekulan mata uang, investor saham asal Budapest, Hungaria.
Baca SelengkapnyaMenurut pemerintah, deflasi saat ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar global akibat konflik internasional.
Baca SelengkapnyaPHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.
Baca SelengkapnyaPemprov Jawa Tengah mengklaim mengantisipasi agar tak lagi ada PHK massal ke depannya.
Baca SelengkapnyaRevolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.
Baca SelengkapnyaDeflasi pada periode 1999 terjadi selama tujuh bulan berturut-turut. Dalam catatannya, deflasi terjadi pada Maret hingga September.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) meminta publik memeriksa betul apa penyebab dari deflasi tersebut.
Baca Selengkapnya