Sisi Lain Nasaruddin Umar Menteri Agama RI, Ulama Islam Indonesia yang Ramah pada Semua Agama hingga Diberi Seabrek Penghargaan
Imam Besar Masjid Istiqlal ini sangat ramah pada umat agama lain.
Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah resmi mengumumkan nama-nama menteri yang tergabung dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
Salah satu sosok yang pilihan Prabowo dan Gibran ialah Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Nasaruddin yang dipercaya menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
Selama ini, sosok Nasaruddin dikenal sebagai tokoh Islam Indonesia yang mencintai keberagaman. Hal ini tercermin dari keteguhan pikiran dan tindakannya.
Sebagai ulama sekaligus akademisi, ia menulis pemikirannya mengenai Islam sebagai agama inklusif dalam belasan buku yang sudah diterbitkan dan tersebar luas di masyarakat. Ia juga berkawan baik dengan tokoh-tokoh lintas agama baik di dalam maupun di luar negeri.
Sosok
Nasaruddin lahir di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada 23 Juni 1959. Mengutip situs istiqlal.or.id, Nasaruddin sudah menulis 12 buku. Salah satu karya monumentalnya ialah buku berjudul Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Paramadina, 1999). Buku ini merupakan hasil penelitiannya mengenai bias gender dalam Al-Qur’an.
Tak hanya sibuk berkutat pada ide, Nasaruddin Umar juga sosok aktivis keberagaman. Ia adalah pendiri organisasi lintas agama Masyarakat Dialog Antar Umat Beragama (MADIA).
Ia juga dipercaya sebagai Sekretaris Umum Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK) di Jakarta. Ia juga terlibat dalam organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hobi Sekolah
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Nasaruddin sudah menerima gemblengan ilmu agama Islam di pesantren. Ia kemudian menyelesaikan Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun dan PGA 6 tahun.
Meraih gelar Sarjana Muda dari Fakultas Syariah IAIN Alauddin Ujung Pandang pada tahun 1980. Ia kemudian menerima gelar Sarjana Lengkap (Sarjana Teladan) pada tahun 1984.
Pada tahun 1990-1992, Nasaruddin tercatat sebagai mahasiswa program magister IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia berhasil lulus tanpa kewajiban mengerjakan tesis. Ia kemudian melanjutkan pendidikan jenjang doktoral di kampus yang sama.
Pada tahun 1998, ia berhasil lulus sebagai alumni terbaik dengan judul disertasinya Perspektif Gender dalam Al-Qur'an. Nasaruddin Umar juga pernah mengambil program studi sebagai visiting student di beberapa perguruan tinggi terkemuka dunia. Mulai dari McGill University di Kanada, Leiden University di Belanda, dan Paris University di Prancis.
Perjalanan Karier
Pada tahun 1999, Nasaruddin Umar diamanahi sebagai Wakil Ketua Yayasan Wakaf Paramadina. Puncak karier akademisnya terjadi pada tahun 2002 silam saat ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Tafsir pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mengutip Liputan6.com, Nasaruddin juga pernah menjabat sebagai Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an serta Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama.
Pada tahun 2011-2014, Nasaruddin Umar dipercaya sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono.
Sejak tahun 2016, Nasaruddin Umar dipercaya menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, posisi ini menjadikannya sebagai salah satu pemimpin spiritual terkemuka di Indonesia.
Anggota dari Tim Penasehat Inggris-Indonesia ini merupakan sosok yang sangat hangat dengan umat maupun tokoh-tokoh agama lain. Hal ini salah satunya tampak dari kedekatannya dengan Paus Fransiskus saat yang bersangkutan berkunjung ke Indonesia beberapa waktu silam.