Mengenal Sosok Parlindoengan Loebis, Aktivis Batak yang Merasakan Kejamnya Kamp Konsentrasi NAZI
Ia pernah merasakan pahitnya Kamp Konsentrasi milik NAZI dan beruntungnya bisa selamat.
Ia pernah merasakan pahitnya Kamp Konsentrasi milik NAZI dan beruntungnya bisa selamat.
Mengenal Sosok Parlindoengan Loebis, Aktivis Batak yang Merasakan Kejamnya Kamp Konsentrasi NAZI
Membayangkan kekejaman NAZI di masa lampau tentunya menjadi kisah mengerikan bagi siapa saja yang mengalaminya. Hal itu juga dirasakan oleh Parlindoengan Loebis, seorang dokter di Amsterdam.
Ia menjadi salah satu dari sekian orang Indonesia yang merasakan kekejaman Kamp Konsentrasi NAZI. Parlindoengan saat itu tiba-tiba ditangkap oleh dua orang polisi rahasia di rumahnya yang menjadi tempat praktik dokter pada Juni 1941.
Meskipun Ia sempat ditahan di salah satu tempat terkejam di muka bumi, keberuntungan memihak kepadanya. Parlindoengan berhasil kabur dari Kamp Konsentrasi dan berhasil kembali ke Tanah Air dengan selamat.
Simak profil dan kisah Parlindoengan Loebis yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Sosok Anti-Fasis
Penangkapan secara tiba-tiba yang menimpa dirinya kemungkinan besar bermula dari hasil pemikirannya yang cukup Anti-Fasis. Kebetulan, Loebis adalah mantan Ketua Perhimpunan Indonesia (PI).
Selama dirinya menjabat sebagai Ketua PI, ia cukup dikenal sebagai sosok mahasiswa yang cukup radikal dan Anti-Fasis ketika Belanda diduduki oleh Jerman.
Tak disangka dirinya cukup berpengaruh bagi pergerakan Jerman di Belanda. Loebis pun menjadi salah satu incaran polisi rahasia yang ingin menangkapnya, tetapi dirinya begitu licin dan sulit ditemukan.
Ikut Organisasi Sejak Usia Muda
Mengutip dari beberapa sumber, Loebis lahir di Batang Toru, sekitar 54 Km dari Sibolga, Tapanuli Selatan pada 30 Juni 1910.
Sejak remaja, Loebis sudah bergabung di Jong Batak dan Jong Islamieten Bond lalu membentuk Persatoean Pemoeda Peladjar Indonesia atau PPPI.
Kemudian, ia berangkat ke Belanda untuk belajar ilmu kedokteran di Universitas Leiden pada tahun 1930. Di sana Loebis mulai cukup aktif bergerak di organisasi Perhimpoenan Indonesia (PI).
Saat mengikuti organisasi PI inilah orientasi mereka mulai bergeser yang cenderung berhaluan kiri. Mereka pun mulai meninggalkan pengaruh Komunis menuju Sosialis. Alasan inilah yang kemungkinan besar Loebis diburu oleh polisi rahasia karena dianggap pemberontak.
Di Kamp Konsentrasi Selama 4 Tahun
Kisah menyeramkan Loebis pun dimulai ketika ia dijebloskan ke beberapa Kamp Konsentrasi selama 4 tahun.
Ia sempat dipindah juga sebanyak 4 kali, mulai dari Kamp Schoorl dan Amersfoort di Belanda, serta Buchenwald dan Sachsenhausen di Jerman.
Selama di Kamp, Loebis bertahan secara fisik dan mental. Ia juga sempat disiksa dan diperintahkan menjadi pekerja konstruksi.
Paling mengerikan ketika dirinya berada di Kamp Buchenwald. Bersama 1400 tawanan lain bekerja untuk membuka hutan, memecah batu, membuat barak, dan pekerjaan lainnya dalam waktu 14 jam sehari selama 7 hari.
Loebis juga menyaksikan langsung bagaimana kondisi tawanan lainnya yang begitu memprihatinkan. Banyak dari mereka yang mati kelaparan dan menderita penyakit.
Lolos dari Jeratan Kejam NAZI
Situasi berubah ketika tahun 1942, Loebis dipindahkan ke instalasi pabrik pesawat perang dan dirinya bertugas sebagai dokter kamp, sehingga tugasnya cenderung ringan dan masuk akal.
Tiba-tiba, sekutu berhasil menyerang kamp tersebut sehingga terjadilah kekacuan di sana. Banyak dari tawanan yang memisahkan diri dan penjaga tawanan juga banyak yang kabur.
Momentum itu dimanfaatkan oleh Loebis, ia berhasil lolos meskipun harus memulihkan diri dan harus menghindari orang-orang Rusia. Ia pun menyeberang Sungai Elbe, kemudian menuju ke daerah sekutu di bagian Barat dan akhirnya kembali ke Belanda.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Loebis kembali ke Tanah Air dan menetap di Yogyakarta selama tahun 1947-1950. Ia sempat bekerja di Dinas Kesehatan Pabrik Persenjataan Departemen Pertahanan.