7 Fakta Parker Probe, 'Proyek Tak Masuk Akal' NASA untuk Gapai Matahari
Merdeka.com - Setelah beerdekade lamanya NASA berkiprah di antariksa, kini agen luar angkasa dari Amerika Serikat tersebut membuat proyek yang sangat ambisius. Proyek tersebut adalah menjelajahi bulan yang menggunakan pesawat ulang alik bernama Parker Solar Probe.
Proyek ini tentu bisa dibilang tak masuk akal. Bagaimana tidak, NASA bahkan belum berhasil mendarat ke Planet terdekat dengan Bumi yakni Mars.
Meski demikian, dengan dorongan teknologi serta rasa keingintahuan yang tinggi soal misteri atmosfer matahari dan apa yang ada di baliknya, NASA nekat menjalankan misi ini.
-
Bagaimana cara NASA meneliti Matahari? Caranya, masyarakat dapat mengambil gambar gerhana matahari melalui aplikasi SunSketcher yang bisa dipasang di ponsel. Dengan bantuan masyarakat, NASA akan melakukan penelitian untuk mengetahui bentuk Matahari yang sesungguhnya.
-
Apa yang berhasil dicapai NASA baru-baru ini? Baru-baru ini pesawat luar angkasa NASA berhasil mengirimkan sinyal laser sejauh 466 juta kilometer, memecahkan rekor sebelumnya dan berpotensi mengubah penjelajahan terhadap tata surya.
-
Dimana NASA mendaratkan wahana antariksa? Dikutip dari laman NASA, program Viking ini merupakan proyek bersejarah AS yang pertama mendaratkan pesawat luar angkasa dengan aman di permukaan Mars.
-
Apa yang dilakukan Pesawat NASA? Pesawat NASA telah mendapat pencapaian luar biasa dengan secara resmi 'menyentuh' matahari, menyelam melalui atmosfer yang belum pernah dijelajahi sebelumnya yang dikenal sebagai corona.
-
Dimana NASA akan menjelajah? Temuan ini juga bisa dijadikan eksplorasi lebih jauh oleh NASA kala mereka akan menjelajah ke Bulan pada 2026.
-
Apa saja misi Proyek Apollo? Apollo adalah program NASA yang membuat astronot Amerika melakukan total 11 penerbangan luar angkasa dan berjalan di bulan.
Berikut deretan fakta dari Parker Probe, 'Proyek Tak Masuk Akal' NASA untuk Gapai Matahari yang dilansir Listverse.
NASA Ingin Sentuh Matahari
NASA melalui Parker Solar Probe memiliki misi untuk melakukan apa yang tak pernah terpikirkan manusia lainnya, yakni mempelajari atmosfer terluar dari matahari. Bahkan berdasarkan penjelasan NASA, agen luar angkasa tersebut menyebut kalai Parker Solar Probe "memulai misi pertamanya untuk menyentuh matahari."
Probe sendiri tak cuma dirancang untuk melakukan pendekatan ke matahari, namun juga untuk menyelidiki bagaimana matahari mempengaruhi medan magnet Bumi. Misteri ini merupakan hal penting untuk diungkap mengingat teknologi berbasis cahaya matahari kini makin banyak.
Selain itu, dengan tujuan yang tinggi yakni matahari, setidaknya ini akan meningkatkan kemampuan umat manusia untuk jelajah luar angkasa.
Dikembangkan Selama 50 Tahun
Momen peluncuran Parker Solar Probe ini adalah penanda perencanaan eksekusi selama 50 tahun lamanya soal eksplorasi matahari. Para ilmuwan sebenarnya telah mempelajari soal jutaan derajat suhu korona pada tahun 1940an, dan memverifikasi adanya angin matahari pada tahun 1960an.
Meski demikian, tidak ada jawaban soal mengapa suhu korona sangat panas, atau mengapa angin matahari bisa terjadi. Hal ini yang mendorong eksplorasi matahari ingin dilakukan.
Pengukuran suhu dengan metode prakiraan juga sudah dilakukan sejak tahun 60an dan tahun-tahun berikutnya. Namun tidak ada yang dianggap akurat, serta selebihnya kehabisan dana. Parker Probe-lah yang akan jadi pembuktiannya.
Dinamai Dari Ilmuwan yang Masih Hidup
NASA sudah lama memberi nama roket atau proyek dari planet, dewa Yunani, atau dari mitologi yang ada di berbagai budaya di Bumi. Namun saat ini, nama proyek eksplorasi matahari ini, Parker Probe, diambil dari nama ilmuwan.
Lahir pada 1927, Dr. Eugene Parker adalah fisikawan yang memiliki banyak sekali penghargaan seperti National Medal of Science, the Gold Medal of the Royal Astronomical Society, the Kyoto Prize, dan masih banyak lagi. Dr. Parker sendiri memiliki beberapa teori penting soal hubungan Bumi dan Matahari yang rumit.
Ganasnya Angin Matahari
Angin matahari memegang peran kunci atas tujuan misi ini. Angin yang berasal dari korona matahari ini terbang melintasi angkasa dengan kecepatan bervariasi hingga 1,6 kilometer per jamnya. Tidak seperti angin di Bumi, suhu tinggi korona matahari membuatnya memiliki kecepatan tinggi dan daya rusak yang juga tinggi.
Oleh karena itu, para ilmuwan memusatkan proyek ini untuk memahami soal angin matahari yang mungkin suatu saat bisa menghantam Bumi. Dan hal ini mustahil dilakukan tanpa datang ke sumbernya langsung. Diharapkan, pada tahun 2025 penelitian ini sudah membuahkan hasil.
Mustahilnya Menuju Matahari
Parker Solar Probe mungkin adalah misi papan atas yang ditimbang dengan berbagai ilmu pengetahuan tingkat tinggi. Namun harus diakui kalau menuju matahari tidak akan ada rintangan yang mudah.
Dari segi jarak saja, matahari jaraknya 150 juta kilometer. Ditambah menghitung peluncurannya dari Bumi, arah ke Matahari tak akan pernah sama karena Bumi berjalan mengitari Bumi pada kecepatan 108.000 kilometer per jam. Belum lagi, panasnya korona matahari yang jadi masalah utama.
Gravitasi Venus
Salah satu solusi dari masalah kecepatan relatif probe yang menyamping karena proses revolusi adalah dengan memanfaatkan bantuan gravitasi Venus. Nantinya selain dorongan roket, ketika Probe mendekati matahari, Probe akan menggunakan gravitasi planet Venus untuk memperlambat roket dan bergerak mendekat ke matahari. Metode ini akan dilakukan tujuh kali selama tujuh tahun sampai Probe makin mendekat ke matahari.
Kendaraan Tercanggih Sepanjang Masa
Parker Solar Probe membawa pesawat yang tercanggih yang pernah umat manusia buat. Pertama, kecepatan dari pesawat ini akan mencapai 692.000 kilometer per jam. Ini adalah rekor kendaraan tercepat yang pernah dibuat manusia.
Selain itu terdapat penghalau panas yang juga istimewa. Sebuah perisai yang memiliki tebal 2,4 meter ini akan memproteksi berbagai instrumen dalam kapal dan mampu merefleksikan panas ke arah berlawanan. Perisai ini terbuat dari karbon komposit yang dirasa mampu untuk bertahan di panas 1,1 juta derajat Celcius.
Tak cuma itu, penghalau panas ini bisa berotasi menyesuaikan dengan kebutuhan arah panas yang ingin dihalau.
Terlebih lagi, kendaraan ini adalah kendaraan otonom berbasis software canggih. Secara jarak, harusnya ada jeda komunikasi selama 8 menit antara matahari dan Bumi. Meski demikian, NASA mengklaim kalau komunikasi dari Bumi ke Probe hanya sebesar sepersepuluh detik saja dan membuatnya hampir real-time.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian ini pernah terjadi pada 2021. Pesawat NASA berhasil berada di atmosfer matahari.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 26 Juli 1958, Explorer 4 diluncurkan dengan misi untuk menyelidiki radiasi di lingkungan luar angkasa.
Baca SelengkapnyaSkylab merupakan proyek ambisius NASA yang bertujuan untuk membangun stasiun ruang angkasa pertama milik Amerika.
Baca SelengkapnyaTeleskop luar angkasa Spitzer adalah sebuah observatorium angkasa inframerah yang dikembangkan oleh NASA, JPL (Jet Propulsion Laboratory), dan Caltech.
Baca SelengkapnyaMisi ini diproyeksikan menjadi contoh baru bagi NASA dalam eksplorasi luar angkasa berbiaya rendah.
Baca SelengkapnyaNASA dan SpaceX bekerjasama untuk menemukan harta karun di Mars dan Jupiter.
Baca SelengkapnyaPara astronom telah melihat tanda tanya kosmik saat menggunakan teleskop James Webb.
Baca SelengkapnyaSetelah sukses mendarat di permukaan Bulan, India menggembrak dunia astronomi dengan meluncurkan roket ke Matahari.
Baca SelengkapnyaBerikut ini beberapa proyek teknologi yang menghabiskan ratusan miliar bahkan triliunan dollar.
Baca SelengkapnyaMisi ini berhasil dilaksanakan pada tahun 2024 dengan menggunakan wahana Psyche.
Baca SelengkapnyaNASA telah menemukan "Bumi super", sebuah planet yang berpotensi mendukung kehidupan manusia.
Baca Selengkapnya