Debu Vulkanik Gunung Berapi ini Mengandung Emas, Lokasinya Sangat Terpencil
Gunung Erebus, salah satu gunung berapi aktif di Antartika, mengeluarkan debu emas senilai Rp 102 juta setiap harinya. Tertarik ke sana?
Gunung Erebus, salah satu dari dua gunung berapi aktif di Antartika, mengejutkan dunia dengan kemampuannya menghasilkan debu emas senilai £5,040 atau setara Rp 102 juta setiap hari.
Gunung berapi ini, yang terletak di ujung selatan dunia, pertama kali ditemukan pada tahun 1841 oleh Kapten Sir James Clark Ross, yang menamainya sesuai dengan kapalnya. Meskipun Gunung Erebus telah aktif sejak tahun 1972, ia tidak mengeluarkan lava, melainkan gas dan uap dalam jumlah besar.
-
Apa yang ditemukan di gunung api? Ilmuwan yang sedang meneliti gunung api kuno di bawah Laut Pasifik itu menemukan gunung itu masih aktif dan dipenuhi ribuan telur raksasa.
-
Dimana gunung berapi bawah laut ini berada? Pegunungan bawah laut tersebut terletak di sekitar 13.100 kaki di bawah permukaan air antara wilayah Tasmania dan Antartika, yang dikepung oleh arus yang sangat kuat.
-
Dimana gunung api bawah laut ditemukan? Peneliti menemukan gunung api bawah laut yang terletak sekitar 1,6 kilometer di bawah permukaan Laut Pasifik di lepas pantai Kanada.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Di mana lokasi tambang emas tersebut? Delapan orang penambang dilaporkan terjebak di dalam lubang tambang emas rakyat di Desa Pancurendang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Mengutip Indy100, Kamis (26/9), salah satu aspek yang paling menarik dari aktivitas vulkanik Erebus adalah debu emas mikroskopis yang terbentuk saat gas dilepaskan perlahan dari kawah gunung.
Setiap hari, sekitar 80 gram debu emas dengan ukuran partikel sekitar 20 mikrometer (0.02mm) terlepas dari gunung tersebut. Dengan harga emas saat ini mencapai £63 per gram atau Rp 1,2 juta, ini berarti Gunung Erebus menghasilkan emas senilai sekitar £5,040 atau Rp 102 jutaan setiap harinya.
Partikel emas ini terbentuk ketika lava yang keluar dari dalam gunung bertemu dengan udara dingin, memungkinkan proses kristalisasi emas berlangsung sebelum debu tersebut tersebar ke atmosfer. Debu emas ini bahkan telah ditemukan sejauh 600 mil dari lokasi gunung berapi.
Menurut Conor Bacon, seorang ilmuwan peneliti di Lamont-Doherty Earth Observatory di Universitas Columbia, salah satu hal paling menarik dari Gunung Erebus adalah danau lava yang terus-menerus ada di kawah puncaknya. Fenomena ini cukup langka karena membutuhkan kondisi khusus agar permukaan lava tidak membeku.
Tidak semua gunung berapi bisa menghasilkan emas karena sebagian besar melepaskan gas dengan kekuatan yang jauh lebih besar, yang tidak memberikan cukup waktu bagi partikel emas untuk mengkristal. Namun, Gunung Erebus dengan erupsi yang lebih lambat memungkinkan proses tersebut terjadi.
Meski menghasilkan emas setiap hari, lokasi Gunung Erebus yang terpencil di Antartika membuat eksploitasi komersial dari fenomena ini tidak praktis. Namun, penemuan ini menambah wawasan tentang proses geologi dan vulkanik yang unik di dunia.
Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang Gunung Erebus dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana beberapa gunung berapi mampu menghasilkan mineral berharga seperti emas. Gunung Erebus, dengan ketinggian 12.448 kaki (3.794 meter), terus menjadi subjek studi para ilmuwan yang tertarik pada fenomena vulkanik di lingkungan ekstrem.
Sementara itu, debu emas yang dihasilkan setiap hari menambah keunikan dari gunung berapi yang dianggap sebagai salah satu fenomena alam paling menakjubkan di dunia.