Ilmuwan Pelajari Oksigen Gelap yang dihasilkan dari Dasar Laut
Penemuan ini sangat mengejutkan karena oksigen dapat terbentuk tanpa adanya organisme, yang berbeda dari pemahaman ilmiah yang ada sebelumnya.
Oksigen merupakan elemen yang sangat penting untuk kehidupan di Bumi. Tanpa adanya oksigen, semua makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Sebagian besar oksigen yang kita hirup dihasilkan melalui proses fotosintesis. Selama ini, hampir setengah dari oksigen yang kita hirup berasal dari laut, hasil fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan laut.
Namun, baru-baru ini para ilmuwan menemukan adanya produksi oksigen lain di laut dalam. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 22 Juli 2024, mengungkapkan adanya "oksigen gelap" yang dihasilkan di kedalaman laut.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di laut dalam? Tepat setelah pukul 10.00 pagi waktu setempat pada 6 Januari 2023, di Lautan Selatan sekitar 1.100 kilometer di selatan Argentina, kamera bawah air Matthew Mulrennan menangkap penampakan yang tidak biasa. Di sana, 176 meter di bawah kapalnya, seekor cumi-cumi tunggal bergerak menembus air yang sangat dingin. Dengan tentakel merah terang yang terentang, tubuh tembus pandang, dan cahaya bioluminesen biru yang samar, cumi-cumi sepanjang 12 sentimeter ini berpotensi menjadi cumi-cumi pertama yang pernah terekam di lingkungan alaminya.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di dasar danau? Para ilmuwan telah menemukan ladang 'emas putih' dengan nilai sekitar Rp 8,7 ribu triliun di dasar sebuah danau raksasa di California Selatan, Amerika Serikar (AS), seperti dikutip dari Indy100 dan UNILAD, Senin (13/5).
-
Mengapa ilmuwan ingin memahami dasar laut? 'Untuk memahami perubahan lingkungan di lautan, kita perlu memahami dengan lebih baik apa yang tersimpan di catatan geologis dasar laut,' kata Dr. Dutkiewicz.
-
Bagaimana ilmuwan merekam makhluk bercahaya di laut? Tepat setelah pukul 10.00 pagi waktu setempat pada 6 Januari 2023, di Lautan Selatan sekitar 1.100 kilometer di selatan Argentina, kamera bawah air Matthew Mulrennan menangkap penampakan yang tidak biasa.
-
Siapa yang menciptakan bahan bakar dari air laut? Tiga mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT), Universitas Indonesia (UI) menawarkan gagasan bahan bakar alternatif dari air laut.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Ilmuwan Temukan Fosil Nenek Moyang Buaya Berusia 215 Juta Tahun, Hidup Jauh Sebelum Dinosaurus Leluhur buaya ini berasal dari kelompok reptil yang dikenal sebagai aetosaurus.
Melansir laman Nature pada Rabu (30/10), Profesor Andrew Sweetman dari The Scottish Association for Marine Science menyatakan bahwa penemuan oksigen laut dalam ini sebenarnya sudah diketahui sejak 2013. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, karena oksigen tersebut dapat muncul tanpa keterlibatan organisme, berbeda dari pemahaman yang ada selama ini.
Umumnya, oksigen di Bumi dihasilkan secara alami melalui fotosintesis oleh tumbuhan di daratan, plankton, dan alga. Selain itu, oksigen juga dihasilkan melalui proses oksidasi amonia, meskipun hanya menghasilkan sedikit oksigen yang langsung digunakan oleh makhluk hidup di sekitarnya. Proses penemuan ini terjadi lebih dari satu dekade setelah sumber oksigen tersebut ditemukan.
Prof Sweetman dan timnya melakukan penelitian di laut dalam antara Hawaii dan Meksiko. Mereka menemukan bahwa pada kedalaman 5 km, di wilayah yang tidak terkena sinar matahari, terdapat oksigen yang dihasilkan oleh "nodul". Nodul adalah logam alami yang mampu memecah air laut (H2O) menjadi hidrogen dan oksigen.
Pembentukan nodul terjadi ketika logam terlarut dalam air laut mengumpul pada pecahan cangkang atau puing-puing lainnya, yang memakan waktu jutaan tahun.
Nodul ini mengandung logam seperti litium, kobalt, dan tembaga, yang semuanya diperlukan untuk pembuatan baterai. Oleh karena itu, banyak perusahaan pertambangan yang mengembangkan teknologi untuk mengumpulkan nodul dan membawanya ke permukaan.
Namun, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan bahwa penambangan dapat merusak ekosistem laut dan nodul itu sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa nodul berfungsi seperti baterai. Para peneliti mengukur tegangan pada setiap gumpalan logam dan menemukan bahwa nodul dapat menghasilkan arus listrik.
Secara umum, tegangan yang dihasilkan oleh nodul hampir setara dengan tegangan pada baterai ukuran AA. Tegangan ini memecah air laut menjadi gelembung yang mengandung hidrogen dan oksigen. Menariknya, nodul ini tidak memerlukan cahaya matahari seperti yang umum terjadi dalam produksi oksigen.
Penelitian yang dipimpin oleh Sweetman menunjukkan bahwa beberapa mineral dapat menghasilkan oksigen meskipun tanpa sinar matahari. Temuan ini memberikan pandangan baru mengenai asal-usul kehidupan di Bumi miliaran tahun lalu. Bahkan, ada kemungkinan besar nodul juga dapat berfungsi di Bulan maupun di planet lain.
Menurut Survei Geologi AS (USGS), diperkirakan terdapat 21,1 miliar ton kering nodul polimetalik di kawasan ini. Zona tersebut menyimpan lebih banyak logam kritis dibandingkan total cadangan yang ada di seluruh dunia.
Tetapi, penemuan nodul yang sangat penting bagi ekosistem dan penelitian ilmiah ini disertai dengan aktivitas pertambangan yang mengkhawatirkan. Otoritas Dasar Laut Internasional (International Seabed Authority) bertanggung jawab untuk mengatur kegiatan pertambangan di wilayah tersebut berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut dan telah menerbitkan kontrak eksplorasi. Berbagai perusahaan kini berusaha melakukan eksplorasi di sekitar Zona Clarion-Clipperton, yang merupakan lokasi penemuan nodul tersebut.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) telah mengkritik upaya penambangan di dasar laut karena berpotensi merusak kehidupan dan habitat yang ada di sana. Saat ini, lebih dari 800 ilmuwan kelautan dari 44 negara telah menandatangani petisi yang menyerukan penghentian aktivitas penambangan di dasar laut. Hal ini menunjukkan adanya kepedulian yang mendalam terhadap dampak lingkungan dari kegiatan tersebut.