Kini legal di Amerika, ini 8 fakta penting seputar mabuk ganja!
Merdeka.com - Ganja mungkin adalah 'narkoba' yang paling populer untuk digunakan banyak sekali populasi masyarakat, namun ilegal di sebagian besar negara. Tentu membawa, terlebih lagi mengedarkan ganja, merupakan perbuatan kriminal. Tak terkecuali di Indonesia.
Secara medis, banyak hal yang telah membuktikan bahwa ganja tak membawa pengaruh buruk. Diduga, ganja disebut berbahaya karena merupakan propaganda era 60 dan 70an silam.
Kini, berbagai negara seperti Belanda dan juga beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah melegalkan ganja untuk tujuan rekreasional. Banyak negara bagian bahkan telah melegalkan jika dipakai untuk tujuan medis. Tentu dengan tujuan rekreasional, ganja pun digunakan untuk 'mabuk.'
-
Kapan ganja mulai dilegalkan? Di berbagai belahan dunia, ganja dimanfaatkan untuk meredakan berbagai penyakit, seperti nyeri, peradangan, insomnia, dan depresi.
-
Mengapa kokain dulu dilegalkan? Pada akhir abad ke-19, kokain mulai dikenal di kalangan medis sebagai anestesi lokal yang efektif.
-
Mengapa tembakau di Jawa Tengah berkembang pesat? Kondisi itu membuat pertanian tembakau di Jateng berkembang secara signifikan. Setiap daerah di Jateng bahkan punya karakteristik tembakau yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
-
Kenapa produksi tembakau penting bagi Indonesia? Industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Dimana tembakau pertama kali ditemukan? Studi terbaru yang dilakukan oleh Far Western Anthropological Research, Inc menemukan bahwa tembakau pertama kali ditemukan di Gurun Great Lake, Utah, seperti dilansir CNN.
-
Dari mana ganja yang dicampur kue itu berasal? Dari hasil kerja sama tersebut ditemukan ganja yang dicampur dengan kue seberat 278,2 gram dari Kota Medan, Sumatera Utara.
Apa saja berbagai fakta di balik kegiatan menghisap ganja? Benarkah ganja berbahaya? Benarkah mitos-mitos seputar ganja? Berikut ulasan beberapa hal menarik terkait hal ini.
Ganja tak memiliki efek yang lama seperti narkoba lainnya
Ganja memiliki zat aktif bernama THC, yang oleh tubuh akan disimpan di penyimpanan lemak tubuh. Hal ini adalah aspek di mana ganja serupa dengan obat-obatan lainnya, di mana zat aktifnya akan tersimpan dalam tubuh dan memiliki efek berhari-hari. Namun perbedaannya adalah zat psikoaktif ganja tersebut terpakai oleh tubuh dengan sangat cepat, dan yang tersimpan hanyalah residu.
Residu ini sama sekali tak memiliki efek pada seseorang. Berbeda dengan zat aktif lain yang seringkali meninggalkan efek samping, THC sama sekali tak berbahaya bagi lemak, otak, maupun bagian lain dari tubuh.
Ganja tak pengaruhi kinerja jangka panjang dari otak manusia
Dulu ganja sering dikaitkan dengan penurunan kualitas logika bahkan kecerdasan. Hal ini memang benar, namun sebenarnya bukan dalam jangka panjang. Tes di laboratorium menyebutkan bahwa ganja mengurangi kemampuan mengingat jangka pendek, namun hal ini akan terjadi ketika seseorang 'mabuk ganja.'
Seseorang yang sedang mabuk, mereka bisa mengingat berbagai hal yang sebelumnya terjadi, namun akan sedikit kesulitan untuk belajar hal baru.
Namun untuk jangka panjang, sama sekali tak ada bukti ilmiah yang membuktikan ganja bisa menurunkan fungsi otak bahkan menurunkan kecerdasan.
Ganja itu tidak berbahaya, rokoklah yang justru jauh lebih berbahaya
Jika ganja dianggap berbahaya, tentu hal tersebut hanya mitos. Sejak propaganda berbagai bahayanya ganja muncul, berbagai kelebihan dari ganja benar-benar ditutup-tutupi. Seperti salah satu jurnal medis paling top di Inggris yang bernama The Lancet yang bahkan berani menyebut bahwa "merokok ganja, meski dalam jangka waktu panjang, sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan."
Uniknya, rokoklah saat ini yang legal. Padahal kita tahu, secara global, rokok selalu memiliki andil besar dalam kematian di seluruh dunia tiap tahun. Justru merokok ganja tak pernah menimbulkan korban jiwa.
Ganja tak membuat manusia jadi malas
Ganja seringkali dianggap membuat seseorang malas, apatis, dan kurang motivasi hidup. Namun dalam sebah penelitian, hal ini dibuktikan tidak benar. Dosis tinggi ganja dicoba diberikan pada relawan secara reguler dalam beberapa minggu. Terbukti hal ini tak menurunkan motivasi ataupun kemampuan dalam bekerja.
Tentu dengan terlalu banyak mabuk, hal ini bisa mengurangi waktu kerja dan produktivitas. Namun hal ini sama sekali tak ada hubungan dengan kandungan ganja. Hal ini terkait dengan bagaimana seseorang menyalahgunakannya. Sama seperti main game, browsing internet, atau berbagai hal duniawi lainnya, melakukannya dengan terlalu banyak tentu tidak baik.
Ganja tak memicu kriminalitas
Hal ini sama sekali tidak benar. Berbagai riset yang secara serius dilakukan dan telah membantah mitos kalau ganja bisa memicu orang untuk melakukan tindak kriminalitas. Hal ini dikarenakan ketika orang mabuk ganja, efeknya adalah membuat rasa gembira yang berlebihan dan kehilangan konsentrasi berpikir. Di beberapa orang bahkan ada juga yang reaksinya adalah justru keaktifan dan ketajaman dalam berpikir. Jadi, akan sangat mustahil jika ganja akan memicu tindakan kriminal.
Mitos semacam ini muncul karena ganja sendiri masih ilegal di beberapa tempat, jadi untuk mendapatkannya saja sudah jadi tindakan kriminal yang mungkin akan memicu tindakan kriminal lain. Namun untuk tindakan kriminal yang dipicu karena efek ganja, tentu tidak ada.
Ganja tidak merusak sel otak
Ganja tak terbukti merusak sel otak, namun sejujurnya ilmuwan pun bingung akan hal ini. Secara ilmiah terbukti bahwa struktur otak antara orang yang hobi mengisap ganja dan non perokok, jika dibandingkan strukturnya sangat berbeda. Namun secara perilaku kognitif dan emosional, hal tersebut tidak seberapa berpengaruh. Media kesehatan kebanyakan menyebut bahwa ganja hanya 'mereorganisasi otak' namun tidak merusaknya.
Ganja tidak membuka jalan untuk kecanduan narkoba lain
Ganja sudah populer bukan menjadi obat-obatan 'gateway,' yang merupakan istilah yang merujuk ke efek untuk ingin mencoba obat-obatan lainnya.
Jika menilik statistik, pengguna heroin atau kokain memang pernah menggunakan ganja. Namun itu hanyalah statistik di mana jika di balik, pengguna ganja ternyata secara statistik juga tidak menggunakan obat terlarang lain. Hal ini pun tak berhubungan.
Sebenarnya popularitas ganja dipicu oleh kebutuhan masyarakat akan obat yang memproduksi halusinasi pikiran untuk memicu perubahan suasana hati jadi lebih baik. Jadi sebenarnya menghisap ganja kebanyakan berdasar dari hal yang positif. Terlebih lagi menurut data dari AS melalui National Institute on Drug Abuse, setelah di beberapa negara bagian dilegalkan, penggunaan ganja meningkat di remaja dan berbagai narkoba lain seperti heroin, kokain, dan metamfetamin, semuanya menurun.
Ganja tak merusak paru-paru layaknya rokok
Ganja ternyata dianggap sebagai perusak paru-paru oleh masyarakat. Sederhana, karena ganja diperlakukan seperti rokok, dan ganja tak dihisap menggunakan filter.
Namun hal ini ternyata dibantah oleh sebuah studi tahun 2012 tentang efek ganja dan hubungannya dengan paru-paru. Kesimpulan dari penelitian ini adalah "penggunaan ganja secara tidak berkala dan rendah, ternyata tak berhubungan dengan efek buruk pada fungsi paru-paru."
Hal ini tentu berhubungan dengan kandungannya. Kandungan rokok jauh lebih berbahaya.
Jika menilik bahaya asap secara fisik ke paru-paru, tentu ganja punya beberapa efek. Perbedaannya adalah perokok berat dan pengganja berat menghasilkan jumlah yang sangat jauh berbeda. Karena merokok tak mendapat efek impulsif secara signifikan, perokok berat lebih beresiko merusak paru-parunya ketimbang pengganja.
Dari sini saja sudah memperlihatkan bahwa dengan alasan apapun, pengganja akan berakhir memiliki paru-paru lebih sehat ketimbang perokok. (mdk/idc)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganja mengalami penurunan klasifikasi dari obat terlarang untuk lebih dimanfaatkan secara medis.
Baca SelengkapnyaAnak-anak ini mengalami muntah dan halusinasi. Penjual permen belum ditangkap.
Baca SelengkapnyaSejumlah obat yang pada saat ini dianggap terlarang, pada masa lalu sempat digunakan sebagai obat untuk mengatasi masalah kesehatan.
Baca SelengkapnyaSementara, turis asing yang menkonsumsi barang haram tersebut mengaku untuk mencari ketenangan
Baca SelengkapnyaDengan disahkannya UU Kesehatan, Indonesia setara dengan negara lain yang juga memiliki payung hukum mengenai vape.
Baca SelengkapnyaUlama Aceh Ingatkan Ganja Tanaman Ciptaan Allah yang Subur dan Tak Bisa Dilarang
Baca SelengkapnyaBNN Jakarta menyebut sebanyak 63,1 persen perokok laki-laki berpotensi memakai narkoba jenis ganja.
Baca SelengkapnyaPenemuan sebelumnya menemukan kandungan opium dalam tulang tengkorak dan jaringan otak.
Baca SelengkapnyaPerusahaan tembakau tumbuh sangat pesat karena didukung oleh peraturan yang memberikan kesempatan pengelolaan tanah selama 75 tahun.
Baca SelengkapnyaKajian ilmiah yang komprehensif dan menyeluruh perlu segera dilakukan oleh pemerintah sebagai dasar pembuatan kebijakan.
Baca SelengkapnyaRezka menyebut, modus penggunaan ganja dengan rokok elektrik ini cukup baru, karena biasanya ganja disalahgunakan bukan dengan cara seperti itu.
Baca SelengkapnyaRokok elektrik atau vape ditetapkan termasuk zat adiktif dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan terbaru.
Baca Selengkapnya