Membuang Bangkai Stasiun Ruang Angkasa di Laut Sama Saja “Bunuh Diri’
Pro dan kontra terkait rencana NASA membuang bangkai ISS di Point Nemo masih menjadi perdebatan.
NASA menghadapi tantangan besar untuk mendeorbit lebih dari 400 ton perangkat keras antariksa dalam beberapa tahun ke depan. Rencananya menonaktifkan Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada awal 2031 dengan menyeretnya kembali ke Bumi dan membuangnya di wilayah terpencil di Samudra Pasifik. Namun, ide ini telah memicu kekhawatiran dari para ilmuwan dan pengawas lingkungan.
Mengutip Spacenews, Jumat (11/10), menurut laporan dari Kantor Inspektur Jenderal NASA (OIG), ISS mengalami masalah keausan yang signifikan, seperti retakan dan kebocoran udara, setelah digunakan selama puluhan tahun.
-
Apa yang jatuh dari Stasiun Luar Angkasa? Menurut laporan The Guardian, Selasa (14/11), objek ini terjadi ketika dua astronot perempuan NASA yakni Jasmin Moghbeli dan Loral O’Hara sedang melakukan spacewalk atau berjalan di luar stasiun luar angkasa (ISS) pada 1 November lalu. Kala itu mereka memiliki agenda untuk melakukan perbaikan pada perangkat solar panel ISS melacak Matahari secara terus-menerus. Nah pada saat itu, salah satu tas peralatan mereka tidak sengaja terlepas.
-
Apa yang terlihat dari Stasiun Luar Angkasa? Meskipun Bumi berukuran besar dan berisikan berbagai macam benda serta tempat tinggal, tetapi ketika dipotret melalui stasiun luar angkasa internasional (ISS) yang berada di ketinggian sekitar 250 mil di atas permukaan Bumi, maka semuanya akan terlihat kecil.
-
Dimana lokasi kebocoran di Stasiun Luar Angkasa? Akibat dari kebocoran yang terjadi, udara terus keluar dari stasiun antariksa, tetapi para ahli belum juga yakin letak persis kebocoran itu terjadi.
-
Kenapa Stasiun Luar Angkasa China rusak? 'Modul inti Tianhe dari stasiun luar angkasa telah mengalami kehilangan sebagian pasokan daya akibat benturan dari sampah luar angkasa pada kabel daya di sayap panel surya,' ujar wakil direktur CMSA, Lin Xiqiang.
-
Kenapa Stasiun Luar Angkasa Internasional harus dipertahankan? 'ISS adalah fasilitas yang sangat unik. Selain pencapaian sains dan teknologi, Stasiun ini telah membuka jalan bagi kerja sama global yang damai, bahkan antara negara-negara yang biasanya bersaing di Bumi,' katanya. 'ISS adalah simbol kebebasan. Belum pernah ada fasilitas atau kerja sama internasional seintens ini di bidang luar angkasa,' tambahnya.
-
Apa yang merusak Stasiun Luar Angkasa China? Stasiun Luar Angkasa milik China, Tiangong, sempat mengalami kerusakan setelah ia ditabrak oleh sampah luar angkasa.
NASA telah menolak beberapa opsi untuk menonaktifkan ISS, termasuk membongkar stasiun dan membawanya kembali ke Bumi, menyimpan fasilitas di orbit yang lebih tinggi, atau membiarkannya memasuki kembali atmosfer secara tidak terkendali.
Sebaliknya, NASA menyimpulkan bahwa "menggunakan wahana deorbit yang dikembangkan AS dengan target akhir di laut yang terpencil adalah opsi terbaik."
Pada Juni lalu, NASA mengumumkan bahwa SpaceX akan merancang United States Deorbit Vehicle (USDV) berdasarkan kontrak senilai hingga USD843 juta. USDV ini berbasis pada wahana antariksa Dragon yang dimodifikasi, dilengkapi dengan pendorong tambahan Draco untuk menurunkan orbit ISS secara terkontrol, yang memungkinkan masuk kembali secara tajam dan merusak.
Bagian bagasi wahana ini akan dilengkapi mesin, tangki propelan dengan kapasitas enam kali lipat dari Dragon biasa, pembangkit listrik, dan sistem pendukung lainnya. Sebagian besar komponen ISS diperkirakan akan terbakar di atmosfer selama masuk kembali, namun beberapa bagian yang lebih padat dan tahan panas diperkirakan akan bertahan dan jatuh di laut.
Point Nemo, lokasi terjauh dari daratan, dipilih sebagai target akhir. Lokasi ini berjarak 1.450 mil laut (2.685 kilometer) dari daratan kering terdekat. Tempat ini sudah lama dijadikan kuburan bagi perangkat keras antariksa yang dinonaktifkan.
Gelombang Kekhawatiran
Namun, rencana ini menimbulkan gelombang kekhawatiran di kalangan ilmuwan lingkungan. Edmund Maser, seorang ahli biologi molekuler dari Universitas Schleswig-Holstein, menyatakan bahwa pembuangan ISS ke laut mengingatkan pada pembuangan amunisi Perang Dunia II, yang kini menyebarkan bahan berbahaya ke laut.
"Bisa jadi, pembuangan ISS akan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan laut," kata Maser.
Ia juga menekankan bahwa generasi mendatang mungkin akan menyalahkan pendahulunya atas dampak ini dan harus menghadapi konsekuensinya. George Leonard, kepala ilmuwan dari Ocean Conservancy, mengkritik rencana pembuangan ISS ke laut, membandingkannya dengan membuang plastik sekali pakai.
"Laut telah terlalu sering digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, mulai dari ban, kapal tua, hingga tong limbah radioaktif," ujar Leonard.
Menurutnya, keputusan ini menunjukkan bahwa manusia sering kali gagal merencanakan akhir masa pakai barang yang kita produksi. Meskipun sebagian besar ISS akan terbakar saat memasuki kembali atmosfer, puing-puing yang masih bertahan berpotensi membahayakan kehidupan laut.
Ewan Wright, seorang peneliti dari Outer Space Institute, menyebut bahwa deorbit ISS akan menjadi masuk kembali terbesar dalam sejarah.
"Kami tidak tahu persis material apa yang ada di ISS, dan puing-puing yang tersisa mungkin berbahaya bagi ekosistem laut," kata Wright.
Meskipun demikian, ia mengakui bahwa membuang ISS ke laut adalah pilihan yang "paling tidak buruk" untuk meminimalkan risiko bagi manusia dan pesawat terbang, serta menghindari kemungkinan tabrakan dengan puing-puing antariksa lainnya.
Sementara itu, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) masih mengevaluasi dampak lingkungan dari pembuangan ISS ke laut. Menurut juru bicara EPA, Dominique Joseph, "Kantor Air EPA sedang berkoordinasi terkait masalah ini, tetapi belum ada jadwal untuk evaluasi."
"Setiap polusi yang kita tambahkan ke laut akan memiliki dampak jangka panjang, baik itu plastik sekali pakai atau puing-puing antariksa," katanya.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia