Cara Elon Musk Hancurkan Stasiun Luar Angkasa, Pakai Kapsul Khusus
ISS akan dihancurkan secara terkontrol pada 2031, mengakhiri tiga dekade misi luar angkasa. SpaceX akan memimpin proses menuju Point Nemo.
Setelah lebih dari tiga dekade mengorbit Bumi, International Space Station (ISS) akan menyelesaikan misinya pada tahun 2031. Proses penghancuran terkontrol telah direncanakan untuk memastikan keselamatan orbit rendah Bumi dari risiko debris luar angkasa yang semakin meningkat.
Dibangun sejak 1998 dengan biaya total $150 miliar (sekitar £117 miliar), ISS telah menjadi tonggak penting eksplorasi luar angkasa manusia. Sejak November 2000, stasiun ini tidak pernah kosong, dengan astronot dari 20 negara secara bergantian tinggal di sana. Namun, usia ISS yang semakin tua memaksanya untuk pensiun.
ISS mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan, seperti retakan pada modul kargo Zarya dan kebocoran udara di ruang awak. Rusia, salah satu kontributor utama ISS, mengungkapkan bahwa 80% sistem di sektornya telah melewati batas usia. Komitmen Rusia terhadap ISS hanya berlaku hingga 2028, mempercepat rencana penghentian misi.
Selain itu, meninggalkan ISS di orbit tanpa pengawasan bukanlah pilihan. Menurut Prof John Crassidis, pakar debris luar angkasa dari University at Buffalo, “ISS dapat pecah dan menciptakan serpihan debris yang memicu Kessler Syndrome.”
Sindrom ini adalah reaksi berantai tabrakan debris yang dapat membuat orbit rendah Bumi tidak dapat digunakan selama beberapa generasi.
Peran SpaceX dalam Penghancuran ISS
NASA telah memberikan kontrak senilai $1 miliar (sekitar £778 juta) kepada SpaceX untuk memimpin misi penghancuran ISS. Perusahaan ini akan menggunakan kapsul khusus berbasis Dragon untuk menarik ISS turun ke atmosfer.
Proses ini akan dimulai pada 2026, dengan menurunkan ISS dari orbitnya yang sekarang berada di ketinggian 400 km menjadi 320 km. Astronot terakhir akan meninggalkan stasiun sekitar enam bulan sebelum tanggal re-entry yang dijadwalkan.
Setelah itu, ISS akan diturunkan ke ketinggian 220 km, di mana atmosfer yang lebih tebal akan mempercepat proses re-entry.ISS akan diarahkan ke Point Nemo, area terpencil di Samudra Pasifik yang dikenal sebagai 'kuburan' pesawat luar angkasa. Lokasi ini dipilih karena jaraknya yang jauh dari pemukiman manusia—2.700 km dari daratan terdekat.
Seperti pendahulunya, stasiun luar angkasa Mir yang dihancurkan pada 2001, ISS akan terbakar di atmosfer, dengan sebagian besar komponennya hancur. Namun, beberapa bagian besar seperti rangka utama kemungkinan akan mencapai dasar laut.
Meskipun proses ini dirancang untuk meminimalkan risiko, ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lingkungan laut. Bahan beracun seperti hydrazine, yang digunakan sebagai bahan bakar roket, dapat bertahan dan mencemari air laut.
Selain itu, rencana ini mungkin melanggar Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, yang mengharuskan negara melindungi lingkungan laut. Namun, dengan tidak adanya alternatif yang lebih aman, penghancuran ISS di Point Nemo tetap menjadi solusi terbaik.