Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Prospek bisnis menara BTS memburuk

Prospek bisnis menara BTS memburuk Ilustrasi BTS. ©2012 BTS

Merdeka.com - Keputusan PT XL Axiata Tbk untuk mengakuisisi PT Axis Telecom Indonesia bakal semakin memusingkan pelaku bisnis penyewaan menara BTS (Base Transceiver Stations). Pasalnya, akibat konsolidasi dua operator seluler tersebut hampir dipastikan akan terjadi banyak efisiensi, termasuk dalam hal penggunaan BTS. Apalagi selama ini, XL telah mengoperasikan banyak BTS di berbagai wilayah operasi Axis.

Selain itu, memburuknya kinerja sejumlah operator telekomunikasi juga akan mempengaruhi kondisi keuangan pelaku bisnis BTS. Contohnya, salah satu perusahaan penyewaan menara BTS yaitu Protelindo terpaksa memutus layanan kepada Axis lantaran piutangnya tak dibayar.

Pardomuan Sihombing, Sekjen Asosiasi Analis Efek Indonesia, mengatakan persaingan bisnis BTS akan semakin ketat. Konsolidasi dua operator seluler akan menghasilkan efisiensi, sehingga akan mengurangi biaya modal perusahaan operator seluler. Efisiensi ini, dalam jangka pendek akan berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan BTS, yakni harga saham emiten BTS berpotensi terpangkas.

Di sisi lain, kondisi keuangan sejumlah operator telekomunikasi juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Bahkan diantara 10 operator, hanya Telkomsel, XL dan Indosat yang paling stabil kinerja bisnisnya.

Untuk mengatasi tantangan bisnis itu, Pardomuan menyarankan perusahaan BTS agar siap beradaptasi kembali dengan pasar. Sebagai contoh, jika sebelumnya tarif sewa BTS sudah menurun, tarif sewa tersebut kemungkinannya juga akan kembali terpangkas. Apalagi bagi operator yang mengalami kesulitan keuangan, mereka tentu akan terus mengalami masalah dalam pembayaran sewa.

Agar bisnis BTS tetap bagus ya harus ada negosiasi lagi, sehingga operator mampu untuk membayar kewajibannya. Kemungkinan besar tarif sewa BTS akan semakin menurun akibat persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan yang juga berkurang setelah adanya konsolidasi, ujarnya di Jakarta, Kamis (31/10/2013).

Pardomuan menambahkan kondisi bisnis sewa BTS yang terpengaruh kondisi keuangan dan bisnis operator telekomunikasi menjadi tantangan perusahaan BTS. Pendapatan perusahaan BTS bisa turun bila tidak melakukan sinergi dengan perusahaan provider telekomunikasi.

Dampak melemahnya bisnis BTS ini juga telah membuat sejumlah analis di pasar modal memangkas proyeksi kinerja sejumlah emiten berbasis BTS. Riset Morgan Stanley akhir September 2013 menyebutkan, konsolidasi di industri telekomunikasi Indonesia akan menekan bisnis BTS. Kebutuhan penambahan BTS dari 3 operator utama yaitu Telkomsel, Indosat dan XL di tahun 2014 akan turun sekitar 16 persen dibandingkan tahun ini.

Morgan Stanley pun memangkas target harga saham 2014 bagi dua emiten berbasis BTS yaitu PT Tower Bersama Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) hingga minus 28 persen dan 23 persen. Pada tahun 2014 saham TBIG yang diproyeksikan bakal mencapai level Rp 6.700 hanya ditargetkan pada level Rp 4.800 per saham. Adapun saham TOWR ditargetkan pada level Rp 2.700, turun dari asumsi semula yaitu Rp 3.510 per saham.

Proyeksi harga saham tersebut didorong oleh potensi penurunan belanja modal selama tahun 2014. Dan penurunan belanja modal atau capital expenditure (Capex) ini dipengaruhi oleh kebutuhan pasar yang menurun akibat konsolidasii. Akibatnya, di tahun 2014, Capex TBIG yang semula diperkirakan akan mencapai Rp 2,28 triliun, diturunkan menjadi Rp 1,8 triliun. Sementara Capex TOWR diproyeksikan terpangkas dari Rp 1,6 triliun menjadi hanya Rp 1,2 triliun.

Pardomuan menambahkan konsolidasi berupa akuisisi maupun merger dua perusahaan provider seluler dinilai sudah mendesak mengingat adanya keterbatasan spektrum frekuensi, sementara kebutuhan pelanggan untuk jaringan komunikasi terus meningkat.

"Provider seluler sudah mendesak untuk melakukan akuisisi atau merger karena memang sudah terjadi kejenuhan di tengah persaingan ketat. Agar bisnis telekomunikasi seluler terus tumbuh, pemerintah harus memberikan insentif, berupa kemudahan melakukan akuisisi atau merger," tuturnya.

Insentif yang dimaksud, lanjut Pardomuan, seperti pada saat Indosat mengakuisisi Satelindo, frekuensinya tidak dikembalikan ke pemerintah. Seharusnya, untuk akuisisi Axis oleh XL juga tidak perlu mengembalikan frekuensi. "Kebutuhan akan tambahan kapasitas frekuensi sudah sangat mendesak. Pemerintah harus memberi kelonggaran untuk ini," tuturnya. (mdk/ega)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
XL Axiata Minta Pemerintahan Baru Perhatikan Keberlanjutan Operator Seluler
XL Axiata Minta Pemerintahan Baru Perhatikan Keberlanjutan Operator Seluler

Tak mudah bagi industri telekomunikasi untuk menatap masa depan. Butuh bantuan pemerintah agar bisnis mereka terus berkelanjutan.

Baca Selengkapnya
Hakim Ungkap Konsorsium BTS 4G Bak Lingkaran Setan Demi Proyek Rp10,8 Triliun
Hakim Ungkap Konsorsium BTS 4G Bak Lingkaran Setan Demi Proyek Rp10,8 Triliun

Hal itu seperti tidak ada persaingan sama sekali antar pengusaha barang dan jasa.

Baca Selengkapnya
Proyek Tower BTS 4G Kominfo Ternyata Diserahkan ke Subkrontaktor Lokal
Proyek Tower BTS 4G Kominfo Ternyata Diserahkan ke Subkrontaktor Lokal

Hakim menilai pengaturan pembangunan tower menara pemancar BTS tersebut hanya membuang-buang uang negara.

Baca Selengkapnya
Pekerjaan Rumah Menkominfo Era Prabowo Siap Menanti, Ini Daftarnya
Pekerjaan Rumah Menkominfo Era Prabowo Siap Menanti, Ini Daftarnya

Ada banyak tugas menanti Menkominfo pilihan Presiden Prabowo, salah satunya di sektor telekomunikasi.

Baca Selengkapnya
Presdir Smartfren soal BTS Tak Perlu Lagi setelah Ada Starlink: Yakin Kita Udah Enggak Dipakai?
Presdir Smartfren soal BTS Tak Perlu Lagi setelah Ada Starlink: Yakin Kita Udah Enggak Dipakai?

Presiden Direktur Smartfren justru menanyakan balik statement pemerintah soal BTS tak lagi dipakai setelah ada Starlink.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Korea Babak Belur Dihajar Produk Impor Murah Asal China
Ekonomi Korea Babak Belur Dihajar Produk Impor Murah Asal China

Perusahaan Korea semakin gencar melakukan perlawanan hukum, meningkatkan pengaduan antidumping dan pelanggaran paten terhadap China.

Baca Selengkapnya
FOTO: Menyusuri Lorong Gelap Pasar Tanah Abang
FOTO: Menyusuri Lorong Gelap Pasar Tanah Abang

Hiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.

Baca Selengkapnya
3 Hal Ini Jadi ‘Benalu’ Industri Telekomunikasi di Indonesia
3 Hal Ini Jadi ‘Benalu’ Industri Telekomunikasi di Indonesia

Kondisi operator seluler di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Baca Selengkapnya
Mitsubishi Motors Mengaku Kalah di Negara Ini, Pilih Fokus ke Pasar ASEAN Saja
Mitsubishi Motors Mengaku Kalah di Negara Ini, Pilih Fokus ke Pasar ASEAN Saja

Mitsubishi Motors menyerah di pasar Negeri Tirai Bambu, sehingga akan menghentikan pabriknya di Hunan.

Baca Selengkapnya
Permintaan Mobil Listrik Menurun, Saham Tesla Terjun Bebas
Permintaan Mobil Listrik Menurun, Saham Tesla Terjun Bebas

Berikut penyebab saham Tesla merosot di awal tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Dipicu Aksi Boikot, KFC Indonesia Tutup 47 Gerai dan 2.274 Karyawan Terkena PHK
Dipicu Aksi Boikot, KFC Indonesia Tutup 47 Gerai dan 2.274 Karyawan Terkena PHK

Dalam laporan keuangannya, manajemen KFC Indonesia menjelaskan kerugian tersebut dipicu oleh dua faktor utama.

Baca Selengkapnya
Kondisi Pasar Mobil Listrik di China yang Suram akibat Persaingan Harga yang Ketat
Kondisi Pasar Mobil Listrik di China yang Suram akibat Persaingan Harga yang Ketat

Meskipun penjualan EV di China meningkat, prospek pendapatan produsen kendaraan listrik tetap suram karena persaingan harga yang ketat.

Baca Selengkapnya