Sains Ungkap Cara ini Meningkatkan Peluang Hidup Manusia 90 Persen jika Tersambar Petir
Berikut cara agar manusia punya peluang hidup jika kepalanya tersambar petir.
Berikut cara agar manusia punya peluang hidup jika kepalanya tersambar petir.
Sains Ungkap Cara Meningkatkan Peluang Hidup Manusia 90 Persen jika Tersambar Petir
Ada kabar baik bagi siapa saja yang takut tersambar petir. Menyiram kepala dengan air hujan dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup hingga 90 persen.
Itulah kesimpulan yang dicapai oleh tim ilmuwan yang membuat kepala manusia palsu, menyetrumnya dengan aliran listrik yang kuat, dan mengukur hasilnya.
-
Bagaimana petir bisa melewati tubuh? Petir dapat melewati tubuh seseorang hanya dalam sepersekian detik, seringkali bahkan tidak cukup waktu untuk meninggalkan bekas.
-
Dimana tempat aman saat petir? Sehingga hal yang perlu diperhatikan adalah lokasi serta memastikan diri berlindung di tempat yang aman.
-
Gimana cara mengatasi takut petir? Langkah pertama untuk mengatasi astraphobia adalah menghadapi dan memahami ketakutan itu sendiri. Cobalah untuk mengidentifikasi sumber ketakutan Anda, apakah itu suara petir atau kilatan petir. Pahami bahwa ketakutan ini mungkin tidak rasional dan bahwa petir dan badai sebenarnya tidak sebahaya seperti yang Anda bayangkan.
-
Kenapa ikan aman saat petir menyambar air? Ketika petir menyambar permukaan air, arus listrik cenderung menyebar di permukaan air daripada menembus jauh ke dalam. Fenomena ini dikenal sebagai skin effect, yang juga terjadi saat petir menyambar objek konduktif seperti mobil. Arus listrik akan mengalir di permukaan objek tersebut, bukan melalui titik sambarannya.
-
Apa yang terjadi pada tubuh orang yang tersambar petir? Petir menghantarkan tegangan listrik yang sangat besar. Sambaran petir itu bisa menyebabkan ritme jantung yang berubah, gendang telinga pecah, pernapasan tak stabil, dan luka bakar sebelum akhirnya tewas.
-
Apa fungsi penangkal petir? Sebenarnya, penangkal petir bukanlah alat untuk mencegah terjadinya petir.
Kepala palsu yang telah direndam dalam air memiliki kerusakan yang jauh lebih sedikit dan paparan internal terhadap arus listrik yang lebih rendah.
“Eksperimen kami pada contoh rupa kepala manusia,” tulis tim yang dipimpin oleh insinyur René Machts dari Universitas Teknologi Ilmenau di Jerman.
"Ini memberikan bukti praktis mengenai efek yang dipostulatkan secara teoritis bahwa kulit yang basah karena hujan mungkin mempunyai sifat perlindungan sambaran petir yang lebih baik dibandingkan kulit kering,"
René Machts dari Universitas Teknologi Ilmenau di Jerman, dikutip ScienceAlert, Minggu (18/2).
Sambaran petir bukanlah sebuah fenomena yang bisa dianggap remeh. Mereka dapat menghantarkan arus listrik melebihi 200 kiloampere – jauh lebih tinggi dari daya yang dibutuhkan untuk membunuh manusia.Namun lebih dari satu penelitian menunjukkan bahwa air dapat mengurangi efeknya.
Analisis teoretis menunjukkan bahwa kulit basah dapat mengurangi paparan arus listrik ke tubuh, sementara penelitian lain menemukan bahwa hewan basah lebih sering selamat dari sambaran petir dibandingkan hewan kering.
Tetapi studi eksperimental belum meneliti variabel basahnya kulit manusia.
Machts dan rekan-rekannya berusaha mengatasi kesenjangan dalam pemahaman tentang dampak petir; khususnya, bagaimana kelembapan permukaan dapat mengubah cara petir merambat melintasi kepala manusia.
Proses Uji Coba
Mereka membuat dua kepala manusia palsu yang dirancang untuk meniru sifat konduktivitas listrik dari kepala manusia asli.
Dimodelkan pada data CT scan, masing-masing terdiri dari kulit kepala, tengkorak, dan volume jaringan di dalam tengkorak.
Bahan konstruksi dipilih dengan cermat agar memiliki sifat yang mirip dengan jaringan manusia: natrium klorida, air, grafit, dan agarosa.
Selanjutnya, kepala “hantu” ditempatkan pada susunan elektroda. Tim menjaga satu kepala tetap kering dan menyemprot kepala lainnya dengan air hujan buatan. Setelah itu meledakkan keduanya dengan arus maksimum yang tersedia pada generator pulsa sebesar 42 kiloamper.
Hasil tim menunjukkan bahwa flashover yang terbentuk sempurna terjadi baik kepala basah atau kering. Namun, untuk kepala yang basah, arus yang masuk ke kepala jauh lebih sedikit; Secara spesifik, energi yang masuk ke rongga otak 32,5 persen lebih rendah pada kepala basah dibandingkan kepala kering.