Seperti Apa Bau Mumi Mesir Kuno? Begini Aromanya
Penelitian menemukan bahwa mumi Mesir Kuno masih menyimpan aroma kayu dan rempah yang menyenangkan berkat penggunaan minyak dan resin dalam proses pengawetan.

Setelah ribuan tahun terkubur dalam keabadian, siapa sangka mumi Mesir Kuno masih menyimpan aroma yang terbilang menyenangkan. Studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of the American Chemical Society mengungkap bahwa mumi-mumi ini masih memancarkan aroma kayu, rempah, dan wewangian lainnya yang menjadi bagian dari teknik pengawetan mereka.
Mengutip IFLScience, Senin (17/2), penelitian yang dipimpin oleh Profesor Matija Strlič ini melibatkan analisis bau pada sembilan mumi yang disimpan di Museum Mesir di Kairo. Mumi-mumi tersebut berasal dari berbagai periode, dengan yang tertua berasal dari Era Kerajaan Baru sekitar tahun 1539 SM.
"Bau mumi telah lama menarik perhatian para ahli dan masyarakat umum, tetapi penelitian ilmiah yang memadukan analisis kimia dan persepsi penciuman baru kali ini dilakukan," ujar Strlič dalam siaran pers.
Aroma Kayu, Rempah, dan Harum Manis
Tim peneliti menggunakan kombinasi penciuman langsung oleh para ahli dan alat elektronik e-nose untuk mendeteksi senyawa volatil yang dihasilkan mumi.
Dari hasil penelitian, 78 persen sampel tercium aroma kayu, 67 persen memiliki aroma rempah, dan 56 persen menyebarkan aroma manis. Hanya sepertiga dari mumi yang mengeluarkan bau tengik atau apek.
"Intensitas bau mumi secara umum berada di tingkat sedang, dan secara hedonis dinilai agak menyenangkan," jelas para peneliti dalam laporan mereka.
Melalui teknik kromatografi gas dan spektrometri massa, peneliti menemukan berbagai senyawa kimia yang menjadi sumber aroma tersebut.
Di antaranya adalah pinene, limonene, dan verbenone, yang biasa ditemukan dalam minyak dan resin kayu cedar serta pinus. Selain itu, mereka juga mendeteksi keberadaan borneol yang kemungkinan berasal dari kapur barus.
"Kami menemukan bukti penggunaan minyak atsiri dari tanaman seperti thyme, lavender, dan eucalyptus, serta resin seperti mur dan kemenyan," ungkap Strlič. Senyawa-senyawa ini digunakan dalam proses pembalseman untuk menjaga keutuhan jasad mumi sekaligus memberikan aroma yang harum.
Dampak Modern Terhadap Aroma Mumi
Penelitian ini juga mengungkap bahwa mumi yang dipamerkan memiliki aroma lebih kuat dan kompleks dibandingkan dengan yang disimpan di ruang penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh akumulasi senyawa volatil di dalam kotak pajangan.
Namun, peneliti menemukan adanya senyawa tambahan yang tidak berasal dari bahan pengawetan asli. Beberapa aroma terdeteksi berasal dari pestisida dan minyak pelapis yang ditambahkan selama proses konservasi modern.
Menurut para ilmuwan, aroma mumi bukan hanya fenomena menarik secara ilmiah, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang perlu dijaga. "Aroma mumi Mesir Kuno mencerminkan keterampilan luar biasa para pembalsem pada masa itu," jelas Strlič.
Mereka mendorong museum-museum di seluruh dunia untuk memasukkan perlindungan aroma ini dalam rencana konservasi mereka. Salah satu langkah yang disarankan adalah penggunaan kotak pajangan yang dapat meminimalisir hilangnya senyawa volatil.
Penemuan yang Menghidupkan Sejarah
Penemuan ini membuka wawasan baru tentang kehidupan dan tradisi Mesir Kuno. Dari aroma kayu hingga rempah eksotis, mumi Mesir masih mampu "berbicara" lewat wewangian mereka, menghubungkan kita dengan masa lalu yang telah berlalu ribuan tahun lalu.
"Aroma ini bukan sekadar bau, melainkan jembatan waktu yang menghubungkan kita dengan budaya yang kaya dan penuh misteri," tutup Strlič.