Kesabaran Menanti Garam Kristal Khas Kusamba Bali
Merdeka.com - Tidak seperti garam dapur pada umumnya, kristal putih dari Kusamba Bali ini memiliki rasa umami (gurih). Saat ditaburkan di atas makanan jadi seperti sayur, ikan, daging panggang dan saos. Cita rasa tinggi garam Kusamba langsung menggoyang lidah.
Bahkan tanpa ditabur untuk hidangan, garam beryodium tinggi ini sudah enak. Garam ini mengandung lebih dari 80 mineral alami. Sehingga mudah terserap tubuh dan membuat mengolah makanan lebih mudah. Diproduksi secara tradisional, garam kusamba ini teruji klinis baik untuk kesehatan.
Butuh kesabaran yang ekstra sebelum garam kusamba bisa dikonsumsi. Ada rangkaian kegiatan berhari-hari sampai garam jadi atau terhidang di dapur. Dari proses pengambilan air, penjemuran dan lain-lain. Di desa Kusamba di Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Tempat ini merupakan salah satu tempat penghasil garam kualitas terbaik di dunia.
-
Bagaimana proses pembuatan Garam Kusamba? Melansir dari situs indonesia.go.id, proses pembuatan garam Kusamba di Provinsi Bali ini masih tradisional yang sudah berlangsung sejak tahun 1500-an. Setiap petani akan mengambil air laut menggunakan alat tampah atau daun kelapa. Kemudian air asin itu disiramkan berkali-kali ke atas pasir hitam yang menjadi wadah pembuatan garam.
-
Dimana garam dibuat? Sebelum sampai ke dapur Anda, garam dibuat secara alami oleh para petani di laut.
-
Apa garam terbaik dari gunung Kalimantan? Daerah Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara ini terkenal dengan penghasil garam gunung yang melimpah serta sudah diekspor ke luar negeri.
-
Dimana Garam Kusamba diproduksi? Di Provinsi Bali, tepatnya di Desa Kusamba dan Desa Pesinggahan, Kabupaten Klungkung terdapat produsen garam yang masih menggunakan cara-cara tradisional dan sudah berhasil memiliki pangsa pasarnya sendiri. Kedua desa ini berada di pesisir Pantai Kusamba yang berbatasan dengan Kabupaten Karangasem atau sekitar 40 Km ke arah Timur kota Denpasar.
-
Apa keunikan Garam Kusamba? Dengan proses yang tradisional, karakteristik dari garam Kusamba ini cenderung berbeda dari garam biasanya. Bentuknya sendiri putih bersih berkilau seperti kristal, lalu butiran-butirannya sedikit lebih besar dari garam pada umumnya. Paling menarik adalah pada bagian cita rasanya. Garam Kusamba ini memiliki rasa yang tidak terlalu asin, ada sentuhan gurih dalam setiap butirannya. Apabila petani membuatnya menggunakan palung kelapa, maka akan muncul rasa manis.
-
Dimana garam berasal? Kandungan garam ini berasal dari proses alami hujan yang memiliki sifat sedikit asam. Saat hujan jatuh ke permukaan batu, sifat asamnya akan melarutkan sejumlah kecil garam dan mineral yang kemudian mengalir ke sungai dan danau.
Dari pesisir Pantai Pesinggahan, Klungkung rumah ijuk kecil berdiri. Rumah-rumah kecil ini menjadi tempat penyimpanan garam yang sudah jadi. Di gubuk kecil ini juga tempat para petani garam melepas lelahnya menanti si kristal putih.
Pembuatan garam dimulai dari membawa air laut ke tempat ladang garam, yaitu pasir pantai yang panas di bawah terik matahari. Proses ini diulang 3-4 kali penyiraman sampai mendapat air garam pertama. Jika matahari terik, setidaknya membutuhkan waktu 4 jam untuk menunggu pasir kering. Proses ini dinamakan proses penyulingan.
Bagi para petani garam, matahari terik bak doa di setiap memulai hari. Hujan adalah malapetaka baginya. Pasalnya, memanen air laut menjadi garam di tengah hujan adalah mustahil.
©2021 Merdeka.com/Alif AlimGumpalan pasir di ladang itu akan dijemur lagi di dalam palungan, bilah-bilah pohon kelapa untuk proses pegkristalan garam. Setidaknya, perlu dua hari untuk proses penjemuran menjadi garam di bawah matahari yang terik.
Sinar matahari yang cukup membuat air mengkristal. Butiran-butiral kristal inilah yang menjadi garam murni berkualitas tinggi. Sambil melindungi kepala dari panasnya terik sinar mentari, jemari-jemari mereka mengambil kristal dengan tempurung kelapa.
©2021 Merdeka.com/Alif Alim
Hasil kesabaran mereka berbuah manis, butira-butiran garam kecil khas Kusamba Bali ini siap dikonsumsi.Sisik-sisik kristal yang terbentuk di permukaan diambil dan dikemas di dalam besek daun Lontar khas buatan tangan.
Dalam kondisi matahari terik, per hari hanya memperoleh 10 – 15 kg garam.Garam itu lalu dijual kepada pedagang yang datang ke desa itu seharga Rp 1,200 per kg. Jika cuaca mulai memburuk dan hujan mulai sering turun, harga garam bisa meningkat menjadi Rp 3.000 per kg.
©2021 Merdeka.com/Alif AlimNyoman Warta, adalah salah satu dari sedikit petani garam Kusamba yang tetap bertahan, melestarikan tradisi garam Kusamba. Ratusan lainnya memilih berhenti menanti sang kristal putih, beralih berpfrofesi.Tak ada regenerasi penerus, generasi muda yang kurang tertarik dengan pekerjaan ini menjadi salah satu masalah.
Para petani garam diancam kepunahan. Segelintir petani yang tersisa gigih memepertahankan usahanya demi memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga. Sembari melestarikan kearifan lokal dan sumber daya alam yang ada di kawasan Kusamba. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proses pembuatan garam Kusamba di Provinsi Bali ini masih tradisional yang sudah berlangsung sejak tahun 1500-an.
Baca SelengkapnyaDaerah Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara ini terkenal dengan penghasil garam gunung yang melimpah serta sudah diekspor ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaProduksi garam di wilayah Kulon Progo akan menerapkan sistem gravitasi atau pemanfaatan kemiringan di tepi laut.
Baca SelengkapnyaSebagian dari kebutuhan ini diharapkan dapat dipenuhi oleh PT Garam, yang memiliki stok sebanyak 300.000 ton.
Baca SelengkapnyaGaram adalah jenis bumbu yang selalu ditambahkan dalam berbagai masakan.
Baca SelengkapnyaSumber air yang biasanya dimanfaatkan mendadak juga mengering sejak kemarau.
Baca SelengkapnyaTeknologi yang dikembangkan berupa pengenalan cuaca, teknologi ulir filter (TUF) dan kristalisasi garam berbahan bakar briket rakyat.
Baca SelengkapnyaKeberadaan blender dan chopper ternyata tak menggantikan cobek batu kali.
Baca SelengkapnyaGulo Puan merupakan kudapan manis dan gurih dari Palembang, Sumatra Barat. Makanan ini sudah tergolong langka karena bahan bakunya yaitu Kerbau Rawa yang hampir punah.
Baca SelengkapnyaWisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan gula kelapa secara tradisional
Baca SelengkapnyaPembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Baca SelengkapnyaOlahan yang berbahan dasar beras dan santan ini menjadi legendaris dan khas karena proses pembuatannya yang masih menggunakan peralatan sederhana
Baca Selengkapnya