Layar Tancap yang Melegenda, Sejarah Industri Pemutaran Film di Indonesia
Merdeka.com - Industri perfilman berkembang dengan pesat seiring semakin canggihnya teknologi. Saat ini resolusi tertinggi sebuah layar mencapai 8000p. Dimensi gambarnya tak main-main yakni 7680x4320. Akrab dengan sebutan 8K, menggantikan format pendahulunya 4K. Banyak yang tertarik dengan perkembangan resolusi akibat berkembangnya teknologi. Namun sebagian orang masih mempertahankan cara klasik. Layar tancap, eksistensinya masih bisa kita temui hingga saat ini. Salah satunya di Persatuan Layar Tancap Indonesia (PLTI), milik Salbini di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten.
Menerima panggilan pemutaran film sudah dilakoninya sejak tahun 1991. Terkesan jadul, film era 60-90 an masih bisa diputar dengan baik. Tanah lapang menjadi tempat terbaik untuk memutar film lawas berbagai genre. Antusias penonton seolah menggambarkan mereka ingin bernostalgia. Tua muda, beramai-ramai mengenang film lawas melalui sorotan cahaya poyektor tua.
-
Gimana caranya film hitam putih bikin kesan klasik? Film hitam putih dapat memberikan kesan klasik, dramatis, atau bahkan realistis, tergantung pada konten dan genre filmnya.
-
Apa cara orang dulu 'ngadem' di bioskop? Meskipun ada pendingin yang diciptakan dengan metode balok es, hal ini tidak cukup untuk menangkal udara panasnya. Paling tidak lumayan untuk 'ngadem' kala itu. Terutama bagi warga AS sebelum tahun 1922.
-
Kenapa kamera vintage populer? Kamera digital vintage semakin populer, terutama di kalangan influencer media sosial yang menganggapnya sebagai tren yang menarik.
-
Siapa yang suka kamera vintage? Mereka yang berusia remaja dan 20-an sering kali tertarik pada kamera yang mereka kenal sejak kecil.
-
Apa yang sering terlihat di film? Ketika logo produk tersebut ditampilkan secara jelas atau tanpa sensor, besar kemungkinan perusahaan ponsel tersebut membayar kepada pihak media.
-
Gimana musik bisa bikin orang ingat masa lalu? Ketika kita mendengarkan lagu yang pernah sering kita dengar atau yang memiliki hubungan erat dengan momen tertentu dalam hidup kita, itu bisa menjadi pintu menuju nostalgia.
©2021 Merdeka.com/Rahmat Dian Prasanto
Malam pun tiba, layar putih telah terpajang membentang sekitar 7 x 3 meter. Para tim teknis sudah bersiap memutar film. Setiap orang mulai mempersiapkan diri untuk menonton. Terpal sederhana disediakan mengantisipasi turunnya hujan. Berkumpul bersama menghasilkan kehangatan di tengah dinginnya malam. Kilauan cahaya dan suara speaker memecah keramaian penonton. Komposisi warna yang sederhana, jauh dari kualitas terbarunya 8K. Mata dan telinga mulai fokus kepada film yang mereka dambakan.
Berbagai jenis genre film mulai laga hingga drama tersedia untuk putar. Benar, istilah pemutaran film lebih pantas disebut untuk film layar tancap ini. Frame demi frame berukuran 35mm berputar bergantian menayangkan gambarnya. Setidaknya satu film punya panjang pita gulungan mencapai 100 meter. Cukup panjang untuk mengitari tanah lapang tempat menonton layar tancap.
©2021 Merdeka.com/Rahmat Dian Prasanto
Mesin proyektor tua masih bisa menunjukkan performanya. Perawatan yang rutin menjadi tugas utama anggota PLTI ini. Tak jarang, suku cadang yang mulai langka mengharuskan pengoperasiannya lebih dijaga. Terdapat dua tempat gulungan pita seluloid, rongga pertama untuk pita belum diputar, sedangkan rongga kedua setelah pita terkena cahaya. Di bawahnya terdapat part mesin dan berujung pada lensa yang memancarkan gambar cahaya.
Jasa pemutaran film layar tancap ini memiliki stok film lokal, nasional, hingga mancanegara. Nampak di gudang penyimpanan, tumpukan gululungan film tinggi menjulang. Saking banyaknya, beberapa tim kewalahan mengatur susunan film. Semuanya disimpan dalam wadah semacam penyimpanan kaset tempo dulu. Bukan sembarang wadah, kualitasnya harus peka terhadap cahaya matahari.
©2021 Merdeka.com/Rahmat Dian Prasanto
Mulanya, fungsi layar tancap merupakan alat propaganda. Tepatya tahun 1901 hingga 1942, layar tancap digunakan Jepang untuk memberikan idealisme mereka. Bioskop di Indonesia mulai dibangun pada tahun 1960 an. Bioskop tersebut bergerak atas dasar bisnis komersil. Sedangkan tak sedikit masyarakat kala itu yang ingin menonton film namun terkendala biaya yang mahal.
Hingga mulai bermunculan penyedia layar tancap yang menawarkan jasa pemutaran film, dengan tarif yang lebih murah. Masyarakat minim hiburan menjadikannya alternatif menikmati sinema. Dulu, saat masa kejayaanya, layar tancap digunakan sebagai ajang menunjukkan martabat yang bergengsi. Hingga sekarang layar tancap seakan mulai ditinggalkan. Keberadaannya sangat langka, hanya di beberapa daerah saja.
©2021 Merdeka.com/Rahmat Dian Prasanto
Acara nikahan,sunatan dan acara ulang tahun yang kerap mengundang tim layar tancap. Apalagi saat pandemi corona, tanah lapang yang luas memungkinkan menikmati layar tancap dengan menerapkan protokol kesehatan.
Jasa penyedia pemutaran film layar tancap tersebar di Jabodetabek, Karawang dan Cirebon. Semuanya dikelola oleh komunitas PLTI. Setiap acara yang menyewakan tim Salbini menyiapkan 5 sampai 6 judul film. Harga sewa di mulai dari Rp 800 ribu sampai Rp 2 juta, tergantung jarak lokasinya. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada zaman tersebut, ada berbagai hal yang rasanya kian menarik untuk dikenang di masa kini.
Baca SelengkapnyaMomen ini jadi yang langka di msasa penjajahan Belanda. Terlebih saat itu situasi politik tengah memanas
Baca SelengkapnyaDulu gambar toong sempat viral di masanya, anak-anak yang ingin menonton diharuskan membayar sebesar Rp5 sampai Rp10 rupiah
Baca SelengkapnyaPada 1907 jadi tahun pertama kemunculan bioskop di Kota Kembang. Letaknya ada di sekitar alun-alun Kota Bandung, dengan gedung tenda bilik sederhana.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1900-an, masyarakat saat itu menyebutnya sebagai "Toneel Melajoe" atau "Komedi Stamboel".
Baca SelengkapnyaSebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, Banda Aceh memiliki kisah dan sejarah panjang tentang lahirnya bioskop dan perfilman di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBeberapa permainan tradisional Indonesia ini mulai terlupakan karena tergerus zaman.
Baca SelengkapnyaMomen tersebut seketika viral di sosial media TikTok.
Baca SelengkapnyaPesona Ibukota Jakarta sudah tersaji sejak dahulu kala. Meski sudah banyak perubahan saat ini, namun suasana klasik zaman dulu mampu membangkitkan nostalgia
Baca SelengkapnyaLembaga Sensor Film (LSF) tengah giat berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait tontonan sesuai klasifikasi umur.
Baca SelengkapnyaKereta api menjadi salah satu moda transportasi darat favorit bagi masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Baca SelengkapnyaNetflix menayangkan sederet film populer dari tahun 2000-an seperti Jomblo, Tentang Dia, dan Mengejar Matahari.
Baca Selengkapnya