Brutalnya Tentara Israel Serbu Rumah Sakit di Gaza, Tangkap Puluhan Petugas Medis & Bunuh 2 Pasien Anak-Anak
Militer Israel kembali melanggar hukum humaniter internasional dengan menyerang rumah sakit di Gaza Utara.
Israel kembali melanggar hukum internasional dengan menyerbu rumah sakit di Gaza. Dengan dalih memburu teroris, tentara zionis menyerbu kompleks rumah sakit di Gaza Utara pada hari Jumat, 25 Oktober 2024.
Mereka keluar dari Rumah Sakit Kamal Adwan, salah satu dari tiga fasilitas medis yang berjuang untuk tetap beroperasi di wilayah tersebut, tetapi tetap menempatkan pasukan di luar area rumah sakit.
Berdasarkan laporan dari Chanel News Asia pada Senin (28/10/2024), Kementerian Kesehatan di Gaza Utara mengeluarkan rekaman yang menunjukkan kerusakan pada beberapa bangunan setelah tentara Israel meninggalkan lokasi.
Petugas medis melaporkan bahwa setidaknya 44 dari 70 anggota tim rumah sakit ditangkap oleh militer Israel, sementara 14 di antaranya akhirnya dibebaskan, termasuk direktur rumah sakit tersebut.
Juru bicara militer Israel enggan memberikan komentar terkait laporan dari rumah sakit. Pada Jumat lalu, militer Israel menyatakan bahwa mereka menyerbu rumah sakit setelah menerima informasi intelijen mengenai keberadaan teroris dan infrastruktur teroris di lokasi tersebut.
Namun, petugas medis melaporkan bahwa setidaknya dua pasien anak meninggal dunia di dalam unit perawatan intensif setelah tembakan dari Israel mengenai generator dan stasiun oksigen di rumah sakit itu. Staf medis menolak untuk mengikuti perintah militer Israel yang meminta mereka untuk mengevakuasi rumah sakit atau meninggalkan pasien mereka tanpa pengawasan.
Tiga perawat dilaporkan terluka akibat serangan, dan tiga mobil ambulans juga hancur, menurut kementerian. Sebelum serangan militer berlangsung, petugas medis menyatakan bahwa terdapat sekitar 600 orang di rumah sakit, termasuk pasien dan pendamping mereka.
"Keamanan dan nyawa pasien yang ditinggalkan di dalam Rumah Sakit Kamal Adwan tanpa staf medis dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan kini terancam," ungkap Marwan Al-Hams dari Kementerian Kesehatan.
Situasi di Gaza Utara Sangat Mengkhawatirkan
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan militer Israel yang berlangsung selama tiga minggu di Kota Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya di Gaza Utara telah mengakibatkan sekitar 800 orang tewas. Meskipun demikian, Israel beralasan bahwa tindakan tersebut bertujuan untuk menumpas pejuang Hamas dengan melakukan invasi kembali ke Gaza Utara. Mereka juga menyatakan bahwa tiga tentara mereka tewas dalam konflik yang tidak seimbang di utara Jalur Gaza.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menggambarkan kondisi di Gaza Utara sangat mengerikan, dan menekankan bahwa orang-orang yang ingin dievakuasi harus dijamin akses yang aman.
"Perintah evakuasi yang sedang berlangsung, dan pembatasan yang terus berlanjut pada pengenalan pasokan penting, membuat penduduk sipil yang tersisa di Gaza Utara dalam kondisi mengerikan," ungkap ICRC dalam pernyataannya pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
"Rumah sakit diberitahu untuk dievakuasi, meninggalkan potensi kekosongan layanan medis bagi banyak warga sipil yang tetap bertahan, dan kekurangan sumber daya yang kritis sementara pasien baru terus berdatangan," tambahnya.
Serangan Israel di Gaza Mengakibatkan Lebih dari 42 Ribu Orang Meninggal
Basem Naim, seorang pejabat senior Hamas, mengungkapkan bahwa serangan Israel di Gaza Utara dan invasi ke Rumah Sakit Kamal Adwan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat yang selalu membela tindakan kejam Israel, bahkan di forum PBB.
Israel secara konsisten menuduh Hamas memanfaatkan warga sipil dan fasilitas seperti rumah sakit serta masjid untuk kepentingan militer. Namun, Hamas membantah semua tuduhan tersebut. Sejak dimulainya serangan militer Israel di Gaza, kekerasan juga meningkat di seluruh Tepi Barat.
Ribuan warga Palestina, termasuk pejuang bersenjata, pemuda, dan warga sipil, telah kehilangan nyawa dalam bentrokan dengan pasukan Israel. Di sisi lain, puluhan warga Israel juga tewas akibat serangan yang dilancarkan oleh warga Palestina dalam setahun terakhir.
Pada 7 Oktober 2023, pejuang yang tergabung dalam Hamas melancarkan serangan terhadap Israel yang mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas serta sekitar 250 orang disandera dan dibawa ke Gaza, menurut laporan dari pihak Israel.
Namun belakangan diketahui, banyak warga Israel dalam peristiwa itu yang dibunuh oleh tentara Israel sendiri karena membabi buat melepaskan tembakan melalui helikopter.
Serangan Hamas ke Israel yang dikenal sebagai operasi Banjir Al-Aqsa itu merupakan akumulasi dari penjajahan yang dilakukan Israel kepada Palestina semenjak para pengungsi Yahudi datang dan mencaplok tanah Palestina sejak runtuhnya kesultanan Ottoman.
Bahkan saat pembentukan negara Israel pada 1948 diawali dengan pembantaian warga Palestina. Sejak berdirinya negeri Israel itu, kekerasan, pembunuhan dan penangkapan terhadap warga Palestina dilakukan pihak Israel.
Saat ini, jumlah korban jiwa akibat agresi militer Israel di Gaza telah mendekati angka 43.000 orang, menunjukkan betapa parahnya kondisi yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah tersebut.
RS Indonesia Menjadi Target Serangan Israel
Bukan untuk pertama kalinya Israel menargetkan rumah sakit dalam serangan mereka. Sebelumnya, Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menjadi lokasi tugas sejumlah relawan dari MER-C Indonesia juga mengalami serangan.
MER-C Indonesia merilis pernyataan resmi mengenai serangan tersebut yang berjudul "Pernyataan Sikap MER-C Indonesia terhadap Serangan Militer Penjajah ke Rumah Sakit Indonesia" pada tanggal 21 Oktober 2024.
Dalam pernyataan itu, mereka mengungkapkan bahwa Israel telah menargetkan tiga fasilitas kesehatan yang tersisa di Gaza, yaitu RS Indonesia, RS Al Awda, dan RS Kamal Adwan.
"Relawan medis MER-C dari Indonesia telah bertugas selama dua bulan terakhir di RS Indonesia untuk memberikan bantuan medis, khususnya pada kasus trauma kepada masyarakat yang terlantar di Gaza Utara. Seluruh relawan MER-C di utara telah dievakuasi ke Gaza Tengah, dan mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa RS Indonesia selama ini digunakan untuk kegiatan medis kemanusiaan," ungkap MER-C Indonesia mengenai para relawannya.
Dalam keterangan terbaru yang diperoleh terkait kondisi di Gaza Utara, yang dikutip dari mer-c.org pada Rabu, 23 Oktober 2024, MER-C Indonesia menyoroti isu tentang kabar pembakaran RS Indonesia.
"Kondisi RS Indonesia tidak terbakar, tetapi sempat dikhawatirkan bahwa sebaran api dapat mencapai ruang generator yang terletak dekat dengan sekolah. Gambar dan informasi yang beredar mengenai RS Indonesia yang terbakar (lantai 3 dan 4) sebenarnya adalah kejadian yang terjadi pada bulan Desember 2023," jelas Divisi Humas MER-C Indonesia dalam keterangannya.