Dimasukan PBB ke 'Daftar Hitam' Pembunuh Anak-anak, Israel Malah Ngaku Tentaranya Paling Bermoral di Dunia
PBB memasukkan Israel ke dalam 'Daftar Hitam' pembunuh anak-anak. Namun, negara ini justru mengaku tentaranya paling bermoral di dunia.
PBB memasukkan Israel ke dalam 'Daftar Hitam' pembunuh anak-anak. Namun, negara ini justru mengaku tentaranya paling bermoral di dunia.
Dimasukan PBB ke 'Daftar Hitam' Pembunuh Anak-anak, Israel Malah Ngaku Tentaranya Paling Bermoral di Dunia
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini menambahkan Israel ke dalam 'Daftar Hitam' negara-negara yang melakukan kekerasan terhadap anak-anak dalam konflik bersenjata.Israel pun telah mengetahui penambahannya itu. Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan dalam unggahannya di media sosial, mengatakan bahwa Ia menerima pemberitahuan resmi soal keputusan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tersebut.
"Ini benar-benar keterlaluan dan salah," tulis Erdan, di samping video dia berbicara melalui telepon dan mengutuk tindakan tersebut.
"Saya menanggapi keputusan memalukan tersebut dan mengatakan bahwa tentara kami adalah yang paling bermoral di dunia. Satu-satunya yang masuk daftar hitam adalah Sekretaris Jenderal yang memberi insentif dan mendorong terorisme dan dimotivasi oleh kebencian terhadap Israel," lanjutnya.
Pada hari yang sama, juru bicara Guterres Stephane Dujarric mengomentari pernyataan dari Erdan.
"Rekaman video panggilan telepon yang dilakukan Duta Besar Erdan, dan sebagian rekaman tersebut disebarkan di Twitter, sangat mengejutkan dan tidak dapat diterima – dan sejujurnya, ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat selama 24 tahun saya mengabdi pada organisasi ini," kata Dujarric.
Ia mengatakan seorang pejabat PBB menyebut utusan Israel sebagai 'penghargaan yang diberikan kepada negara-negara yang baru terdaftar dalam lampiran' dalam laporan tahunan 'Anak-anak dalam Konflik Bersenjata'.
"Hal ini dilakukan untuk memberikan peringatan kepada negara-negara tersebut dan menghindari kebocoran," kata Dujarric kepada wartawan.
Lebih lanjut, Ia menambahkan bahwa laporan tersebut akan disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB pada tanggal 14 Juni mendatang. Kemudian secara resmi akan diterbitkan beberapa hari setelahnya.
Sementara itu, otoritas Palestina pun menyambut baik keputusan PBB meski dinilai langkah tersebut sudah terlambat.
"Sekarang, dihadapkan pada bencana di Gaza yang dunia lihat dengan mata telanjang dengan genosida yang secara khusus menargetkan anak-anak dan perempuan, Sekjen PBB tidak lagi punya alasan untuk tidak memasukkan Israel ke dalam daftar hitam," kata Pejabat senior Palestina Riad Malki dalam sebuah pernyataan.
Sebagaimana diungkapkan oleh kantor media pemerintah Palestina, lebih dari 36.700 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak awal Oktober 2023. Dari 36 ribu, sebanyak 15.571 warga Palestina yang tewas ini adalah anak-anak.
Tidak hanya itu saja bukti kekejaman Israel. Pakar PBB mengatakan bahwa Israel melakukan pembatasan terhadap pengiriman makanan, air, obat-obatan dan pasokan penting lainnya.
Sehingga menciptakan krisis kemanusiaan dan ancaman kelaparan di sebagian wilayah pesisir.
Pada awal pekan ini, Badan Hak-Hak Anak PBB, UNICEF, mengatakan 9 dari 10 anak-anak di Gaza Palestina hidup dalam kemiskinan pangan yang parah.
Selain itu, juga bertahan hidup dengan pola makan yang terdiri dari dua kelompok makanan atau lebih sedikit setiap harinya. Itu menjadi persentase tertinggi yang pernah tercatat.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2020, hanya 13 persen anak-anak di Jalur Gaza yang hidup dalam kemiskinan pangan anak yang parah berdasarkan data dari UNICEF.
Defense for Children International-Palestine (DCIP) juga telah melaporkan konsekuensi mengerikan yang ditimbulkan oleh serangan militer Israel yang terus berlanjut di Gaza terhadap anak-anak Palestina, termasuk ribuan orang yang terluka parah sejak Oktober.
Runtuhnya sistem layanan kesehatan di Gaza menyebabkan banyak pasien, termasuk anak-anak, tidak bisa mendapatkan layanan yang mereka perlukan, kata kelompok itu.
"Anak-anak Palestina yang selamat dari serangan Israel menghadapi pemulihan seumur hidup untuk pulih dari trauma fisik dan psikologis," Ayed Abu Eqtaish, direktur program akuntabilitas DCIP, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.
Pada bulan Januari, Save the Children mengatakan lebih dari 10 anak di Gaza kehilangan anggota tubuh setiap hari.
Selain maraknya aksi pembunuhan terhadap perempuan dan anak, tentara Israel juga sempat terlibat kasus pencurian dan perampasan emas seberat 7,5 Kg milik seorang pedagang di Gaza.
Peristiwa tersebut terjadi beberapa lalu dan sempat diunggah di akun Instagram @abd.sabbah.
Dalam video itu terlihat kondisi rumah pedagang emas itu porak poranda dengan beberapa emas sudah hilang dari tempat itu.
Para tentara zionis membawa kabur 7,5 Kg emas atau setara 300 ribu dinar Yordania.
Pemandangan miris lain akibat ulah Israel adalah ribuan orang terbunuh dengan kondisi yang mengenaskan, terlebih di wilayah Gaza.
Melansir dari Instagram @nooh.xp, sejumlah tenaga medis Bulan Sabit Merah Palestina mengangkat jasad dari tanah yang sudah digali.
Diduga jasad tersebut merupakan korban yang dikuburkan secara massal oleh para tentara Israel di bawah Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza.
Setidaknya ada 62 mayat anak-anak dan wanita yang telah dalam kondisi rusak dan membusuk.
Banyak dari mereka adalah pasien dari rumah sakit dan tewas karena serangan yang terjadi ke rumah sakit tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengecam keputusan PBB pada hari Jumat, dan menyebutnya 'memalukan'.
"[Militer Israel] adalah tentara yang paling bermoral di dunia – dan tidak ada laporan fiktif yang dapat mengubah hal tersebut. Langkah ini akan berdampak pada hubungan Israel dengan PBB," kata Katz dalam postingan media sosialnya.