Ingin Taubat dan Jalani Hidup Normal, Rumah Gubuk Kolong Eks Waria Akan Digusur Padahal Dapat Izin dari Kelurahan
Warga setempat disebut sepakat ingin menggusur sebagian rumah para eks waria.
Sekumpulan eks waria mengaku menjalani hidup yang semakin membaik. Usai kedatangan sosok pria pemilik kanal YouTube Detik Asa, Asril, mereka mulai memiliki kehidupan normal hingga tinggal nyaman di kediaman semi permanen.
Dalam kondisi demikian, kelompok eks waria itu justru mendapat desakan yang tak terduga. Warga setempat disebut sepakat ingin menggusur sebagian rumah para eks waria.
Mendapat kabar demikian, salah satu eks waria berbagi cerita menyayat hati. Dia mengungkap perjuangan panjangnya usai memutuskan hidup normal hingga memiliki rumah sendiri. Berikut ulasannya, demikian dikutip dari kanal YouTube Detik Asa, Senin (23/12)
Eks Waria Kena Penggusuran
Menjalani kehidupan pilu harus dirasakan sejumlah pria eks waria di kawasan ibu kota Jakarta. Di tengah perubahan yang dilakukan mereka usai mendapat atensi dari Asril, kabar tak terduga datang menghampiri.
Sejumlah warga di sekitar rumah semi permanen mereka disebutnya tak terima jika terdapat beberapa bangunan di area tersebut. Lebih lanjut, masa lalu para pria tersebut diduga menjadi salah satu pemicu dari keputusan para warga.
"Ini mau digusur separuh katanya karena biar tidak ada unsur LGBT di sini," terang Jur, salah satu pria eks waria.
"Saya cukup di dalam hati saja tanya kenapa, ini kan kita di sini juga bersih-bersih dulu rimbunnya seperti apa. Saya di sini sudah 11 tahun, saya juga enggak mau dong digusur separuh, kita berjuang di sini," tambahnya.
Ungkap Isi Hati Mendalam
Rasa kesedihan bercampur khawatir turut dirasakan, Mujiono, salah satu pria eks waria di lokasi.
Usai mendengar kabar demikian, dia meminta setiap rekannya di lokasi agar tak keluar dari sekitar rumah terlebih dahulu. Mereka khawatir jika sewaktu-waktu mendapat amukan massa.
"Waktu itu sore, aku dengar informasi kalau masyarakat mengadakan suatu rapat yang kita kurang tahu. Pas tercetus, kita mau dibubarkan (digusur) tanpa ada peringatan. Kita waktu itu sudah mau jalan, tapi saya tahan dulu yang penting hari ini kita tunggu dulu. Jangan sampai kita diserbu masyarakat yang enggak suka kita di sini," terang Mujiono.
"Kalau kita diserbu, kita mau jadi apa. Waktu itu posisinya aku sudah bingung sama Jur mau kemana ini, sedangkan kita saja baru aja menikmati rumah ini," imbuhnya.
Alhasil hingga beberapa waktu, tak ada satu pun pria di sana yang mendapat penghasilan dari mengamen hingga rasa lapar melanda.
Ungkap Ingin Berubah
Dalam ungahan tersebut, Jur lebih lanjut mengungkap keinginan mendalamnya untuk segera berubah dari kehidupannya di masa lalu. Dia bahkan ingin menjauhi unsur LGBT yang begitu dikhawatirkan masyarakat sekitar itu.
"Saya tetap mau di sini karena mau berubah, sudah tua, tidak ada hura-hura, bukan mau di jalanan. Sekarang sudah mau cari makan saja, enggak mau LGBT segala, kalau yang itu (LGBT) kan ada tempatnya. Kalau saya kan di sini mau menumpang hidup," terangnya.
Buktinya, Jur dan rekannya mengaku jika kini perlahan mereka mulai mengenal agama dan beribadah.
"Alhamdulillah saya juga sudah menjalani (ibadah)," cerita Jur.
"Iya, kita sudah fasilitasi. Yang tadinya mereka tidak kenal agama, mereka sudah salat, mereka mengaji, Alhamdulillah. Itu sudah pencapaian yang luar biasa. Mau perubahan memang butuh waktu yang tidak singkat, tapi itu lah yang kita lakukan di sini," ungkap Asril.