Kisah Jenderal TNI se-Jakarta Raya Ditilang Polantas, Tak Arogan Akui Kesalahan
Merdeka.com - Soal tilang menilang kini tengah menjadi perbincangan hangat. Hal ini lantaran calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo berencana akan menghilangkan sistem penilangan polisi lalu lintas (Polantas) terhadap pengendara yang melanggar. Sebagai gantinya, secara bertahap Kepolisian Indonesia akan mengedepankan mekanisme penegakan hukum berbasis elektronik di bidang lalu lintas atau electronic traffic law enforcement (ETLE).
Namun, tahukah kalian jika ada seorang Jenderal TNI se-Jakarta Raya yang pernah kena tilang oleh Polantas. Mungkin ini sejarah pertama ada Polantas yang menilang Pangdam Jaya. Kisah tersebut terjadi di tahun 1970-an. Penasaran dengan kisah Jenderal TNI se-Jakarta Raya ditilang Polantas?
Simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Dimana Jenderal Polri bertugas? Carlo Brix Tewu merupakan seorang Purnawirawan Polri yang sekarang menjabat sebagai Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan Kementerian BUMN.
-
Bagaimana karier Jenderal Polri? Tak hanya itu saja, rekam jejak karier Carlo selama menjabat sebagai anggota Polri juga bukan kaleng-kaleng. Ia beberapa kali turut serta berhasil memecahkan kasus.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Bagaimana KGB mengintai Jenderal TNI? “Koper yang dibawa anggota staf Athan itu dibuka dan digeledah lagi oleh pihak Soviet saat anggota itu keluar kamar,“ kisah Sayidiman.
-
Bagaimana mobil dinas TNI itu di jalan? Hingga traffic light berubah hijau, mobil dinas TNI itu tetap dalam antrean mobil, dan tidak menyelak antrean.
-
Kenapa KGB mengintai Jenderal TNI? Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.
Ditilang Polantas
Saat itu Panglima Kodam Jaya dijabat oleh Mayjen TNI Poniman. Kapolda Metro Jaya sendiri saat itu dijabat oleh Mayjen Pol Widodo Budidarmo. Kisah ini bermula di hari libur, Poniman jalan-jalan keliling Jakarta dan menyetir sendiri. Namun saat di kawasan Kebayoran Baru, mobilnya dihentikan oleh Polantas.
Polantas itu rupanya tak mengenal sang jenderal. Poniman pun juga enggan memperkenalkan diri sebagai Komandan TNI se-Jakarta Raya. Dia legowo saja ditilang oleh anggota Polantas tersebut. Sebab, dirinya menyadari jika memang salah tak membawa surat kendaraan lengkap.
"Akhirnya, saya pun kena tilang di tempat dan membayar di tempat," kata Poniman.
Tak Arogan Akui Kesalahan
Poniman pun merasa perkara tersebut telah selesai. Akan tetapi beberapa hari kemudian, Kapolda Metro Jaya Mayjen Widodo secara tiba-tiba meneleponnya. Ini juga berkaitan dengan penilangan yang dialami oleh Poniman beberapa waktu lalu.
©museum.polri.go.id
"Mas kemarin kena tilang ya? Maaf anak buah saya tidak mengenali Mas. Biar nanti saya suruh petugasnya mengembalikan uang tilangnya," kata Widodo."Nggak apa-apa, memang saya yang salah kok," kata Poniman.
Kembalikan Uang Tilang
Meski begitu, Widodo tetap merasa tak enak hati. Besoknya melalui anak buah Widodo, Kepala Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya datang ke Makodam Jaya. Kedatangannya itu untuk mengembalikan uang tilang yang dibayarkan oleh Poniman. Karena Poniman tengah sibuk, uang tersebut lantas dikembalikan lewat ajudannya."Belakangan saya baru tahu gara-gara kasus penilangan saya, kepala direktorat lalu lintas dimarahi Pak Widodo," kenang Poniman.Kisah ini diceritakan Jenderal Purn Poniman dalam Biografi Kapolri Jenderal Widodo Budidarmo yang diterbitkan Mabes Polri. Poniman dan Widodo memang bersahabat dekat. Keduanya pun kompak saling membantu dalam mengamankan Jakarta. Poniman mengingat keduanya kerap kali sidak bersama ke wilayah rawan di Jakarta."Pokoknya selama berdinas di Jakarta, hubungan saya dengan Pak Widodo baik sekali," kata Poniman.
(mdk/tan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polda Metro Jaya telah menetapkan sopir Fortuner yang arogan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek sebagai tersangka pemalsuan pelat dinas TNI.
Baca SelengkapnyaAnggota Kodim 1621/TTS berinisial JT dan anggota Sat Lantas Polres TTS berinisial H terlibat salah paham.
Baca SelengkapnyaKasad melalui Pangdam IV/Diponegoro, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Boyolali atas kejadian ini.
Baca SelengkapnyaDitemukan salah satu satu pengendara mobil yang mengaku sebagai anggota Polri.
Baca SelengkapnyaPenetapan tersangka Kepala Basarnas menuai polemik.
Baca SelengkapnyaDewasa ini kerap terjadi 'kenakalan' yang dilakukan Prajurit TNI. Bahkan, ada yang sampai menghilangkan nyawa hingga berujung bui.
Baca SelengkapnyaPegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kena semprot TNI usai melempar umpatan ketika ditegur masuk jalur TransJakarta
Baca SelengkapnyaTerdakwa tampak menangis tersedu-sedu dengan tangan bergetar di hadapan hakim.
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan sopir Fortuner arogan di Tol Jakarta-Cikampek sebagai tersangka pemalsuan pelat dinas TNI.
Baca SelengkapnyaPolisi langsung menjebloskan sopir fortuner ugal-ugalan ke penjara
Baca SelengkapnyaPanglima menegaskan, tindakan prajurit TNI di Polrestabes Medan itu tidak mewakili institusi.
Baca SelengkapnyaAksi penganiayaan prajurit TNI terhadap sejumlah orang relawan Ganjar-Mahfud MD di Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali, Jawa Tengah berbuntut panjang.
Baca Selengkapnya