Malas Kerja, Pria Pengangguran ini Sering Numpang Tidur di 500 Rumah Orang Asing
Pria ini menjalani kehidupan sebagai tunawisma modern yang mengandalkan kebaikan hati orang lain sebagai tempat tinggal sementara.
Punya rumah sendiri merupakan impian banyak orang. Namun berbeda dengan pria asal Jepang ini yang memilih untuk hidup tanpa tempat tinggal tetap. Shuraf Ishida, pria pengangguran menarik perhatian publik dengan tindakan uniknya. Pria tersebut tidur di rumah lebih dari 500 orang asing. Selama lima tahun terakhir, ia menjalani kehidupan sebagai tunawisma modern yang mengandalkan kebaikan hati orang lain sebagai tempat tinggal sementara.
Pria berusia 33 tahun ini sering terlihat berdiri di keramaian dengan membawa papan bertuliskan "Izinkan Saya Menginap Malam Ini!"
Meskipun terlihat berani, Ishida hampir selalu mendapatkan tempat bermalam dari orang-orang asing yang tidak mengenalnya. Ia menyebut pengalamannya sebagai "petualangan sosial,". Sementara banyak orang lain menganggapnya sebagai kisah yang unik dan sulit dipercaya. Aksi ini dimulai ketika Ishida memutuskan untuk berhenti bekerja di usia 28 tahun dan menjual sebagian besar barangnya untuk berkeliling Jepang. Dengan sisa tabungan yang ada, ia berpindah dari satu rumah ke rumah lain, mengandalkan keberanian dan papan reklamenya.
"Ini seperti memancing, menunggu siapa yang akan menangkap umpannya," ungkapnya dengan santai.
Walaupun sering menerima kritik karena dianggap memanfaatkan orang lain, banyak pemilik rumah yang merasa terbantu dengan kehadirannya. Berikut adalah rangkuman lengkap dari kisah tunawisma yang tidur di 500 rumah orang lain, seperti dilansir dari Oddity Central, Senin (2/12/2024).
Mendapatkan Rumah Jarang Alami Kegagalan
Shuraf Ishida terkenal dengan aksinya yang unik, yaitu berdiri di tempat umum sembari memegang papan sederhana. Dengan tulisan yang berbunyi "Izinkan Saya Menginap Malam Ini!", ia berusaha mencari tempat untuk bermalam setiap malam. Meskipun awalnya dianggap tindakan yang mustahil, Ishida berhasil menunjukkan bahwa kebaikan hati orang-orang asing dapat menjadi solusi untuk hidupnya. Meski terlihat berisiko, pria ini hampir tidak pernah gagal mendapatkan tempat untuk tidur. Ia sering kali menginap di rumah-rumah orang yang merasa kesepian atau hanya ingin berbagi cerita.
"Saya tidak menawarkan apa-apa selain telinga yang mendengarkan," kata Ishida kepada media setempat.
Meskipun demikian, perjalanan yang dilaluinya tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, ia terpaksa tidur di stasiun kereta atau taman ketika tidak ada orang yang bersedia menampungnya. Namun, Shuraf Ishida tidak pernah menyerah dan terus melakukan perjalanan tanpa rasa takut. Pria ini telah berhasil menginap di 500 rumah orang asing, membuktikan bahwa kebaikan masih ada di sekitar kita.
Dikenal sebagai Pengemis Zaman Sekarang
Gaya hidup Ishida yang dianggap unik tidak disukai oleh semua orang.. Banyak yang melihatnya sebagai perilaku yang tidak bertanggung jawab. Para kritikus menilai Ishida sebagai "pengemis modern" yang bergantung pada kebaikan orang lain untuk bertahan hidup. Di media sosial, banyak komentar pedas yang mengecam keputusan Ishida untuk berhenti bekerja.
Namun, pandangan yang berbeda muncul dari para pemilik rumah yang pernah memberinya tempat tinggal. Mereka menganggap kehadiran Ishida memberikan arti baru dalam hidup mereka.
"Dia membantu saya melewati malam-malam sepi tanpa merasa sendiri," ungkap seorang pria lajang yang menjadi salah satu tuan rumah Ishida.
Para pemilik rumah juga menyebut Ishida sebagai pendengar yang baik dan tidak menghakimi. Meskipun Ishida tidak memberikan kontribusi material, banyak yang merasa kehadirannya sepadan dengan pengeluaran yang dikeluarkan untuknya.
Tidak Ingin Bekerja
Perjalanan hidup Ishida dimulai ketika ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di usia 28 tahun. Sebagai seorang mahasiswa, ia dikenal sebagai sosok sangat pemalu dan lebih suka menyendiri. Namun, pandangannya terhadap kehidupan berubah setelah ia melakukan perjalanan ke Taiwan saat kuliah. Setelah menyelesaikan studinya, ia bekerja di sebuah perusahaan Jepang dengan niat mengumpulkan uang untuk menjelajahi dunia. Ketika tabungan yang dimilikinya sudah mencukupi, ia menjual semua barangnya dan memulai perjalanan panjang sebagai tunawisma.
"Saya ingin hidup bebas tanpa tekanan," ungkap Ishida.
Meski kini tabungannya semakin menipis, Ishida tidak memiliki keinginan untuk kembali ke dunia kerja. Ia sangat menikmati gaya hidupnya yang unik dan menganggap setiap pengalaman yang dijalaninya sebagai kisah yang sangat berharga.
"Hidup seperti ini membuat saya belajar banyak hal yang tidak bisa saya dapatkan di kantor," tutupnya.
Dengan cara hidup yang demikian, Ishida menemukan makna baru dalam hidup yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.