Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Kampung Para Raden di Cibinong, Begini Pekerjaannya

Mengenal Kampung Para Raden di Cibinong, Begini Pekerjaannya Masjid Al Atiqiyah di Karadenan. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Di Jalan Kaum I, Keradenan, Bogor, Jawa Barat, hampir sebagian besar warganya bergelar Raden. Gelar tersebut didapat warga secara turun temurun sejak zaman kerajaan Muara Beres. Muara Beres merupakan kerajaan kecil di bawah naungan Pajajaran yang melintasi Depok, Bojonggede, Cibinong, Jawa Barat.

Dadang, tokoh masyarakat setempat menceritakan alasan warganya memiliki gelar Raden. Di mana tidak lain karena mewarisi peninggalan nenek moyang mereka yang umumnya keturunan pangeran di Kerajaan Muara Beres. Warisan tersebut terus bersambung hingga anak cucu saat ini.

Simak ulasan informasinya berikut ini.

Kesungguhan Menjaga Kelestarian

Menurut Dadang, warga Kaum, Keradenan sadar pentingnya kelestarian sejarah. Karena pada hakikatnya manusia tidak terlepas dari sejarah.

"Kita kan pasti punya nenek moyang, bahasanya mah karuhunan, orang tua yang kasih kita nama Raden ya harus kita turunin ke anak cucu kita," ucap Dadang kepada merdeka.com.

Dalam perbincangan kala itu, Dadang sempat menyinggung butuh kesungguhan dalam menjaga kelestarian sejarah. Khususnya gelar Raden agar terus menurun ke keturunan selanjutnya.

Selain itu para pendatang yang berdatangan bisa menjadi 'ancaman' tersendiri terhadap gelar Raden. Sebab, gelar akan terputus jika perempuan Raden Ayu menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki gelar Raden.

Itu mengapa setiap perempuan di Kaum Keradenan dulunya harus menikah dengan laki-laki yang bergelar Raden.

Tetap Bersosialisasi dengan Non-Raden

Memiliki gelar Raden tidak membuat warga Kaum, Keradenan menjadi jumawa karena dianggap masih keturunan ningrat. Keistimewaan yang dimiliki warga Kaum juga tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersosialisasi dengan warga lainnya yang non-Raden.atiqiyah di karadenan

©2016 Merdeka.com

Hal ini bisa dirasakan setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, warga sekitar wilayah Kaum, Keradenan berbondong-bonding berkumpul di Masjid Al Atiqiyah, masjid peninggalan kerajaan Muara Beres yang juga diklaim warga sebagai masjid tertua di Bogor, Jawa Barat. Dikatakan Dadang, hampir seribuan masyarakat berkumpul di Masjid tersebut. Mereka akan duduk berdampingan tanpa melihat latar belakang sosial."(Gelar Raden) ini bukan untuk adu kekuatan siapa dari mana asalnya, kita hanya menjaga peninggalan nenek moyang kita terdahulu. Kita tidak mungkin bisa berdiri sendiri tanpa nenek moyang kita, apa yang diwariskan orang tua itu wajib kita lestarikan. Orang yang tidak menaruh Raden di namanya padahal dia keturunan yang memiliki trah Raden, itu sama saja tidak peduli dengan sejarah dan kebudayaan," selorohnya sambil tertawa ringan.

Merasa Miskin & Malu Bergelar Raden

Pesan Dadang mengenai gelar Raden sepertinya tidak cukup melekat pada M Sadeli, pria yang sehari-hari bekerja di sebuah bengkel, tidak jauh dari gang sempit Jalan Kamu I. Ketika berbincang dengan merdeka.com dia mengaku bergelar Raden sejak lahir. Akan tetapi kondisi ekonomi 'memaksanya' meninggalkan gelar itu."Ya malu aja kang, masa Raden gawe (kerja) begini. Raden mah biasanya kaya, tanah luas, makmur, tapi kalau di sini (Keradenan) biasa aja. Jadinya banyak yang malu punya nama Raden teh," ujar Sadeli.Padahal gelar Raden sudah dijelaskan oleh Dadang, bukan sebagai ajang unjuk gigi terhadap status sosial. Baginya menjaga peninggalan nenek moyang sangatlah penting demi kelestarian sejarah dan budaya itu sendiri.Gelar Raden di Keradenan memang masih banyak. Ratusan warga di RW 04 memiliki gelar Raden. Pegawai Kelurahan Keradenan, Taufik menyebut, dari 5 RT di RW 04, tiga RT di antaranya warga asli. Warga di tiga RT itu sebagian besar bergelar Raden."Di RW itu itu sebagian besar memang masih bergelar Raden. Turun temurun di dapat dari orang tua mereka. Kan katanya dulu di situ bekas kerajaan, dan warga asli di situ masih keturunan pendiri kerajaan," ujar Taufik.

Menikah Sesama Raden

Dadang bercerita, wanita bergelar Raden di wilayahnya dilarang untuk menikah dengan orang luar yang tidak bergelar Raden. Hal ini untuk mempertahankan trah Raden di Keradenan. Namun aturan ini tidak berlaku bagi kaum adam."Kalau anak perempuan juga bergelar Raden, tetapi kalau dia menikah dengan pria yang bukan Raden, maka trahnya terputus, sehingga anak mereka tidak boleh pakai gelar Raden. Tetapi kalau anak laki-laki, meskipun dia menikah dengan perempuan bukan Raden, anaknya tetap Raden," ujarnya.Namun aturan tidak tertulis itu kini sudah mulai luntur. Perkembangan zaman tidak lagi bisa dibatasi dengan aturan tersebut."Sekarang mah bebas saja. Dua mantu saya juga dari Jawa, bukan Raden. Gak papalah, yang penting jangan lupa saja sama silsilah. kan kita mah punya gelar Raden bukan karena merasa paling tinggi atau hebat, tetapi kita mah sekadar melestarikan tradisi peninggalan karuhun," imbuhnya. (mdk/tan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Nuansa Sunda Kuno di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Konon Warisan Raja Pajajaran
Melihat Nuansa Sunda Kuno di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Konon Warisan Raja Pajajaran

Kabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.

Baca Selengkapnya
Dibangun Tahun 1886, Bekas Rumah Bupati Cianjur Ini Jadi Tempat Terbentuknya Tentara Peta
Dibangun Tahun 1886, Bekas Rumah Bupati Cianjur Ini Jadi Tempat Terbentuknya Tentara Peta

Dulu banyak peristiwa penting yang terjadi di bangunan kuno ini.

Baca Selengkapnya
Keindahan Desa Tertinggi di Pekalongan yang Selalu Berselimut Kabut, Berada pada Ketinggian di Atas 1.000 MDPL
Keindahan Desa Tertinggi di Pekalongan yang Selalu Berselimut Kabut, Berada pada Ketinggian di Atas 1.000 MDPL

Perkampungan di sana setiap hari tertutup kabut dan mayoritas warganya adalah petani.

Baca Selengkapnya
Bersih dan Asri, Begini Potret Kampung Batik yang Unik di Sumedang
Bersih dan Asri, Begini Potret Kampung Batik yang Unik di Sumedang

Kampung batik merupakan sebuah nama untuk wilayah di Desa Nyalindung yang menjadikannya destinasi wisata.

Baca Selengkapnya
Kisah Joglo Berusia 200 Tahun di Yogyakarta, Pernah Jadi Kantor Kelurahan hingga Rumah Sakit Gerilyawan Kini Masih Berdiri Megah
Kisah Joglo Berusia 200 Tahun di Yogyakarta, Pernah Jadi Kantor Kelurahan hingga Rumah Sakit Gerilyawan Kini Masih Berdiri Megah

Rumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.

Baca Selengkapnya
Begini Potret Gang Permukiman Padat Penduduk di Bandung, Hanya Selebar Badan dan Tak Terpapar Sinar Matahari
Begini Potret Gang Permukiman Padat Penduduk di Bandung, Hanya Selebar Badan dan Tak Terpapar Sinar Matahari

Walaupun berukuran hanya selebar badan, kondisi gang padat penduduk di Kota Bandung ini amat bersih dan rapi

Baca Selengkapnya
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje

Desa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam

Baca Selengkapnya