Telak Anak Presiden Pedas Kritik Polisi Makin Brutal Mudah Tarik Pistol
Putri dari Presiden RI Ke-5 Abdurachman Wahid, Yenny Wahid, menyinggung kinerja kepolisian.
Putri dari Presiden ke-4 RI Abdurachman Wahid, Yenny Wahid, menyinggung kinerja kepolisian. Yenny mengatakan banyaknya anggota kepolisian yang berkinerja buruk saat ini.
Yenny mencontohkan banyaknya perlakuan para aparat yang justru tak berpihak pada rakyat. Bahkan, laporan dari masyarakat banyak yang tidak dilanjutkan.
Bertolak dari hal itu, Yenny mengatakan, kepolisian bukan melindungi masyarakat, tetapi justru menindas masyarakat. Yenny meminta agar kepolisian memperbaiki kinerja mereka agar tidak mudah mengeluarkan tembakan. Simak ulasan berikut ini, dilansir dari kanal YouTube MerdekaDotCom, Senin (23/12).
Bicara soal Keputusan Gus Dur
Yenny Wahid diketahui turut hadir dalam acara peringatan Haul ke-15 Gus Dur yang bertajuk 'Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah", pada Sabtu (21/12) lalu.
Di depan para hadirin, pemilik nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu tampil berbusana serba putih. Dia bersuara lantang mengenai keputusan besar Gus Dur di masa lampau soal pemisahan kekuasaan Kepolisian RI dari tubuh TNI.
"Salah satu keputusan terbesar Gus Dur untuk menegakkan demokrasi di Indonesia adalah memisahkan Kepolisian dari TNI. Sebuah langkah yang tidak mudah untuk dilakukan. Di bawah kekuasaan Orde Baru, TNI dan Kepolisian berada di dalam satu komando yang berpotensi menyalahgunakan kekuasaan dan represi terhadap masyarakat," katanya.
Yenny menegaskan, Gus Dur kala itu membuat keputusan yang tepat demi menegakkan demokrasi di tanah air. Salah satu caranya adalah dengan memastikan jika Kepolisian menjadi institusi yang melindungi masyarakat, bukan sebaliknya saat masih melebur dengan TNI.
"Gus Dur dengan kejernihan pikirannya memahami bahwa untuk mewujudkan negara yang benar-benar demokratis, kita harus memastikan jika Kepolisian berfungsi untuk alat yang melindungi rakyat, bukan sebagai kekuasaan yang menindas," imbuh Yenny.
Beri Apresiasi ke TNI
Sosok politikus sekaligus aktivis Nahdlatul Ulama itu kemudian memberi apresiasi mendalam bagi kinerja TNI di masa kini.
Diungkapnya, institusi yang terdiri dari tiga matra itu berhasil belajar dari kesalahan di masa lalu hingga menerapkan kedisplinan yang tinggi untuk tak mencampuri urusan politik. Yenny bahkan tak segan memberi acungan jempol, dalam pidatonya.
"Saat ini, kita memberikan acungan jempol untuk TNI yang telah belajar dari kesalahan dari masa lalu dan menerapkan disiplin yang kuat untuk tidak cawe-cawe dalam politik," terangnya.
Singgung Kinerja Polri
Namun, hal yang berbeda justru diungkap Yenny terhadap kinerja institusi Polri. Lembaga yang berjuluk Korps Bhayangkara itu justru mendapat kritik pedas. Yenny menegaskan, Polri di masa kini justru seolah tajam ke bawah hingga menjadi ancaman bagi masyarakat.
"Namun fenomena sebaliknya justru terjadi pada aparat Kepolisian. Mereka yang seharusnya melindungi rakyat justru menjadi ancaman bagi masyarakat," ungkapnya.
Yenny juga menyoroti beberapa kasus yang ramai menyita perhatian publik, salah satunya penembakan siswa SMK di Semarang hingga saksi lapor yang justru dijadikan tersangka. Eks Komisaris Garuda Indonesia itu menyebut jika beberapa nama tersebut tak lain merupakan korban dari penyalahgunaan kekuasaan para aparat Polri.
"Gama Riskinata siswa SMK 4 Semarang, Budiman Arisandi warga Palangkaraya, Haryono saksi lapor yang hari ini malah dijadikan tersangka, mereka adalah contoh-contoh kecil dari korban abuse of power dari aparat Kepolisian," tegasnya.
Menutup pidatonya soal Kepolisian, Yenny menggaris bawahi agar institusi tersebut tidak seharusnya kembali di bawah TNI atau lembaga apapun. Sebab, pemisahan Polri dari TNI telah menjadi suatu perjuangan tersendiri bagi Gus Dur di masa lampau.
Melalui pidatonya pula, Yenny menyampaikan agar aparat Kepolisian tak seharusnya mudah menarik pistol di depan masyarakat. Sudah menjadi tanggung jawab bersama jika Polri atau institusi mana pun kembali ke fitrahnya dalam bertugas.
"Kita tentu tidak setuju jika Kepolisian dikembalikan di bawah TNI atau pada Kementerian tertentu. Karena ini adalah sebuah hal yang diperjuangkan Gus Dur untuk mewujudkan alat yang dapat melindungi masyarakat. Kita perlu mengingatkan aparat Kepolisian untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh agar tidak lagi terjangkit fenomena trigger happy atau terlalu mudah menarik pistol. Tugas kita mengembalikan Kepolisian dan semua lembaga kembali ke fitrahnya," tutupnya.