4 Kesalahan pemerintah SBY di mata pengusaha
Merdeka.com - Saat menjadi pembicara di Forum Pemimpin Redaksi yang digelar di Nusa Dua, Bali, tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) mengklaim pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II berhasil membawa perubahan bagi perekonomian nasional. Indikatornya dari laju pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, hingga penurunan angka pengangguran.
"Kita sepakat era pemerintahan yang saya pimpin, ekonomi tumbuh, pengurangan kemiskinan dan pengangguran," ujar SBY di hadapan para pemimpin redaksi media massa se-Indonesia di Bali.
Namun sejumlah kalangan menilai capaian ekonomi SBY jauh dari memuaskan. Pertumbuhan ekonomi sepanjang pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau 10 tahun terakhir diakui cukup tinggi, menyentuh angka 6 persen. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi ini disebut tidak berkualitas dan mensejahterakan rakyat.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Di mana Sulawesi Utara berada di peringkat pertumbuhan ekonomi nasional? Berdasarkan data yang mereka miliki, Sulut menjadi salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Kapan PMI Manufaktur Indonesia berada di level tertinggi? Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada di level 54,2.
Penilaian itu disampaikan Pengamat Indef, Enny Sri Hartati melihat tingginya pertumbuhan ekonomi tidak maksimal karena tak menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Perekonomian Indonesia hanya bergerak di bidang jasa sehingga tidak ada efek pengganda yang langsung dirasakan masyarakat.
"Meski ada penurunan angka pengangguran tapi terbatas sekali padahal potensi sangat besar. Pemerintah selama ini di dominasi sektor jasa dan memberatkan sektor menghasilkan barang yang padahal menyerap tenaga kerja yang besar," tegas Enny.
Tak hanya pengamat, kalangan pengusaha juga mengungkapkan kelemahan perekonomian semasa pemerintahan SBY . Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri ( KADIN ) Indonesia Suryo B. Sulisto memiliki harapan terhadap pemerintahan mendatang. Harapan itu muncul berkaca dari kelemahan pemerintahan sekarang.
Menurut dia, selama dua periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, setidaknya ada sejumlah kelemahan jangan sampai diulangi oleh rezim mendatang. Lalu apa saja kelemahan perekonomian Presiden SBY? Berikut merdeka.com menyuguhkannya pada pembaca.
Terlalu cepat menepuk dada
Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto, menilai pemerintah terlalu cepat berpuas diri dengan pencapaian kecil. Keinginan terus meningkatkan kinerja minim terjadi."Kita ini terlalu mudah menepuk dada, merasa kita hebat. Contohnya ada pihak yang menyatakan sistem pendidikan kita sudah hebat. Kalau memang sudah hebat, berapa banyak kita punya ilmuwan kelas internasional dan berapa orang sudah meraih Nobel," jelasnya.
Berperilaku kerdil
Ketua Kadin menilai pemerintah kerap berprilaku kerdil dengan tunduk pada investor asing. Intervensi asing pada ekonomi Indonesia membuat kedaulatan negara lemah."Apalagi pejabat-pejabat kita rawan korupsi dan bisa diatur. Kalau pejabat-pejabat kita punya kesadaran nasionalisme tinggi, nggak mungkin ikan-ikan kita dicuri di tengah laut, kayu-kayu kita bisa dicuri dan dibawa ke luar negeri. Baru diomongin aja, mungkin udah digebukin orangnya," ujarnya.Lemahnya kedaulatan ekonomi Indonesia membuat keuntungan bumi pertiwi lari justru keluar negeri dan hanya menyisakan secuil untuk masyarakat Tanah Air."Kita harus sadar kita ini bangsa besar. Jangan mau dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu ingin kita pada posisi selalu lemah, rawan terhadap kolusi sehingga membuat kita menjadi bahan tertawaan," tuturnya.
Tidak bisa menentukan prioritas
Menurut Suryo, pemerintah saat ini tidak bisa menentukan prioritas dalam pelaksanaan proyek infrastruktur. Ketidakfokusan ini justru menyita waktu dan tenaga yang tidak perlu sehingga kinerja menjadi lamban.Suryo mencontohkan di mana pemerintah justru getol membangun Jembatan Selat Sunda (JSS) yang mana itu seharusnya bukan prioritas. Apa yang diperlukan Indonesia saat ini, menurutnya, ialah transportasi kereta."Pemerintahan sekarang tidak mengerti menentukan prioritas. dari sekian banyak proyek infrastruktur, kita harus bisa menentukan proyek mana memberikan dampak atas pertumbuhan ekonomi lebih nyata," tuturnya.
Kebijakan tidak tepat sasaran
Suryo melihat Indonesia ini negara luar biasa, besar, dan kaya akan segala macam hal positif. Namun, pemerintah tidak berperilaku seperti negara dikaruniai segala macam kenikmatan itu. Perilaku pemerintah masih seperti orang kaget, padahal Indonesia adalah negara raksasa. "Kita berperilaku seperti anak kaya manja. Kita menghamburkan uang seperti uang tidak ada artinya," ujarnya.Suryo mencontohkan dalam kebijakan subsidi BBM. Subsidi BBM ini seharusnya bisa direalokasi ke subsidi infrastruktur, pendidikan, kesehatan, meningkatkan modal bank-bank pembangunan daerah, dan subsidi untuk menaikkan modal wirausahawan daerah."Kebijakan ini menciptakan situasi ekonomi semu, tidak bisa terukur, dan tidak efisien. Kalau kita ingin menjadi bangsa unggul dan memiliki daya saing tinggi, kita harus bisa menetapkan prioritas benar lewat kebijakan publik tepat sasaran," terangnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaPenanganan angka kemiskian di era Jokowi diklaim lebih baik dibandingkan negara lain.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga menambahkan, berkat pembangunan era SBY yang dilanjutkan oleh pemerintah Presiden Jokowi, Indonesia menjadi lebih maju
Baca SelengkapnyaPertumbuhan PDB selama 10 tahun Jokowi memperlihatkan pencapaian positif bagi ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalim Segaf menilai, rakyat membutuhkan perubahan.
Baca SelengkapnyaAHY menilai sembilan tahun terakhir ekonomi alami sejumlah kemandekan dan kemunduran serius
Baca SelengkapnyaSelama 10 tahun Presiden Jokowi memimpin RI, sejumlah masyarakat punya kesan dan pesan terhadap orang nomor satu di Indonesia itu.
Baca SelengkapnyaKhususnya agraria, yang tak mencerminkan pemerintahan Jokowi bekerja untuk melindungi
Baca SelengkapnyaHasilnya, masyarakat menilai pemberantasan korupsi di ukuran sedang, buruk dan sangat buruk
Baca SelengkapnyaPISA skor Indonesia itu masih di bawah 500, ranking ke-72.
Baca SelengkapnyaArsjad mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam konteks terjebak di perangkat negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca Selengkapnya