Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Fakta ketergantungan Indonesia pada produk impor

5 Fakta ketergantungan Indonesia pada produk impor import. shutterstock

Merdeka.com - Ketergantungan Indonesia terhadap produk impor, khususnya untuk komoditas pangan bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri, saat ini dinilai sudah pada taraf yang sangat memprihatinkan.

Ketua Pemuda Tani, organisasi pemuda di bawah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Supriyatno sempat mengatakan, bahkan seluruh komoditas pertanian dalam negeri benihnya bergantung dari impor.

"Kemampuan negara kita di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya telah menurun drastis," katanya.

Orang lain juga bertanya?

Bukan rahasia lagi, tak hanya pangan, pasar Indonesia terus diserbu pelbagai produk impor. Produknya beraneka ragam, mulai dari kebutuhan rumah tangga, pakaian, elektronik, otomotif, telekomunikasi, dan masih banyak lagi.

Pemerintah selalu beralasan, dibukanya keran impor untuk memenuhi tingginya permintaan serta kebutuhan masyarakat. Sebab, produk lokal belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam negeri.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga ikut angkat bicara soal kebiasaan impor. Susi prihatin dengan maraknya impor komoditas kelautan dan perikanan.

Gencarnya produk impor berimbas pada tak berkembangnya pertumbuhan industri nasional. Lalu apa saja fakta impor oleh Indonesia ini? Berikut merdeka.com akan merangkumnya.

Indonesia tak kuasa rem impor bahan gula

Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menargetkan swasembada gula dalam kurun waktu 3-4 tahun ke depan. Tapi nyatanya, pemerintah tak kuasa untuk menghentikan keran impor bahan untuk gula rafinasi yang diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman.Menteri Perdagangan Rahmat Gobel berdalih, Indonesia belum memiliki bahan baku gula rafinasi yakni raw sugar."Begini, produk gula rafinasi itu ada standarnya dan itu bahan bakunya seperti yang kita tahu adalah raw sugar. Itu belum ada pabrik di Indonesia yang bisa membuat raw sugar sebaik yang dibikin di luar negeri untuk gula rafinasi bahan baku makanan dan minuman," ujar Rahmat di Jakarta.Karena itu, lanjut Rahmat, importasi bahan baku gula rafinasi untuk industri makanan minuman terpaksa dilakukan. Sebab, industri makanan dan minuman disebut-sebut tidak mau menerima gula rafinasi dengan bahan lokal."Kita harus menyesuaikan. Kebutuhan industri itu harus kita sesuaikan. Kita harus buat produk yang sesuai dengan industri. Tidak bisa maksa. Kalau maksa nanti pabriknya pindah gimana?" ujarnya.Indonesia melakukan impor raw sugar karena disebut-sebut kualitasnya lebih bagus dibandingkan raw sugar milik Indonesia yang agak kecokelatan dan tidak bersih.

Indonesia sulit lepas dari ketergantungan impor Singapura

Publik di Tanah Air beberapa kali geram disodori fakta impor minyak dari Singapura. Indonesia, negara mantan anggota OPEC ini, justru membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) dari negara pulau yang tak punya sumur minyak satupun itu.Masalahnya, ketergantungan pasokan minyak Indonesia pada pedagang di Singapura sudah masuk tahap akut. Hal itu diakui PT Pertamina (Persero), sebagai pelaksana penyedia BBM bersubsidi.Senior Vice President Retail Marketing Pertamina Suhartoko mengatakan, Indonesia memang saat ini masih memproduksi minyak. Akan tetapi, hasil produksi itu terlalu bagus bila diolah hanya menjadi oktan 88 alias premium.Karena kebutuhan konsumen dan penugasan pemerintah adalah BBM berkualitas rendah, di situlah masuk pedagang perantara (broker) Singapura. Mereka bisa memasok premium atau solar bersubsidi secara berkelanjutan dengan harga bersaing."Semua broker ada di Singapura, saya enggak tahu asal negaranya mana, apakah Hong Kong atau mana, tapi lokasinya di Singapura," ujarnya.Hal itu terbukti, dari data Badan Pusat Statistik, total impor produk minyak Indonesia tahun lalu mencapai Rp 285 triliun. Faktanya, impor dari Singapura mencapai separuhnya, yakni Rp 151 triliun.

Campur tangan IMF pada kedelai Tanah Air

Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) bercerita kejayaan kedelai Indonesia pernah terjadi zaman orde baru kepemimpinan Presiden Soeharto. Saat ini kedelai masih dikuasai dan dimonopoli oleh Badan Urusan Logistik (Bulog)."Masalah kedelai diatur pemerintah dimulai sejak 1979 - 1998 hampir 20 tahun dikelola dan monopoli oleh Bulog. Selama 20 tahun kehidupan petani dan pengrajin baik dan tahun 1992- 1993 kita sudah swasembada kedelai di Indonesia. Itu zaman keemasan kami," kata Ketua Gakoptindo Aip Syarifudin di Gedung KPPU, Jakarta.Aip melanjutkan, mulai 1998, kebijakan distribusi tunggal kedelai diubah karena pemerintah menuruti saran Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai bagian dari paket penyehatan ekonomi nasional yang terpuruk akibat krisis ekonomi. Lembaga ini menuntut Indonesia membuka akses pada perdagangan bebas.Sejak itulah Bulog, menurut Aip, tidak lagi menangani kedelai dan negara membebaskan siapapun yang ingin mengimpor bahan baku tahu tempe ini. Imbasnya, pasokan tetap terjaga, namun harga lebih fluktuatif sehingga merugikan pengusaha.

Impor buah Indonesia capai Rp 17 triliun

Hingga saat ini, Indonesia masih tergantung pasokan buah impor dari negara lain. Setiap tahun, impor buah di Indonesia mencapai Rp 17 triliun. Kebijakan memperketat pintu masuk buah impor dan produk hortikultura justru melahirkan kelangkaan buah di Indonesia yang akhirnya mendongkrak harga di pasaran.Indonesia harus bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap buah impor. Bagaimana caranya? Mantan menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan pernah mendorong peran PT Perkebunan Nusantara VIII didorong untuk turut serta berperan mengembangkan buah tropik. Cara ini diyakini Dahlan bisa mengurangi ketergantungan buah impor."Ini sangat baik, bukan hanya bagi PTPN VIII, tapi juga bagi Indonesia. Karena produksi buah dapat direncanakan. Baik pupuknya, pengairannya yang terukur," ujar Dahlan saat pembukaan acara Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2013 di Botanic Squere, Bogor.Menurutnya, setiap tahun seluruh wilayah di Indonesia idealnya mengalami panen yang bergilir agar pasokan buah untuk dalam negeri tetap terpenuhi. "Inilah yang saya sebut Revolusi. Sehingga misalnya medan panen, Palembang sudah tua, Riau sudah berbunga, Jabar mau berbunga, Sulawesi baru tanam. Sehingga sepanjang tahun ada panennya," katanya.Menurutnya, Indonesia punya potensi produksi buah yang lebih baik dibandingkan China. "Negara kita kita adalah negara tropik dan kita harus memanfaatkan keunggulan kita sebagai negara tropik terluas," tegasnya.

Produk budidaya ikan sesungguhnya impor

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan sebetulanya selama ini rakyat hanya makan ikan budidaya impor. Pasalnya, 85 persen komponen produksinya berasal dari impor. Contohnya adalah ikan lele."Kepala sama dagingnya jadinya impor, yang lokal tinggal ekornya saja," ujarnya.Susi menilai jika pakannya impor itu sama saja ikan lele adalah produk impor. "Ikan lele itu kelihatannya saja lokal, tapi ibu-ibu tahu kompenennya itu impor, pakannya," kata Susi saat menjadi pembicara dalam dialog Perempuan Anti Korupsi di Hotel Grand Tjokro, Yogyakarta.Dia merasa, selama ini rakyat Indonesia justru tidak bisa menikmati hasil perikanannya yang begitu melimpah.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemerintah Blak-Blakan 5 Tahun Impor BBM Habiskan Uang Negara Rp251 Triliun
Pemerintah Blak-Blakan 5 Tahun Impor BBM Habiskan Uang Negara Rp251 Triliun

Program pendidikan, hingga kesehatan harus berbagi dengan impor BBM.

Baca Selengkapnya
Ternyata Indonesia Paling Banyak Impor Terigu, Gula, Kedelai, hingga Susu
Ternyata Indonesia Paling Banyak Impor Terigu, Gula, Kedelai, hingga Susu

Diharapkan ada realisasi investasi dari pengusaha di luar negeri.

Baca Selengkapnya
Serbuan Baju Bekas Impor di Indonesia, dari Mana Asalnya?
Serbuan Baju Bekas Impor di Indonesia, dari Mana Asalnya?

Bicara pakaian bekas, Indonesia jadi tempat 'buangan' seperti Nigeria. Kok bisa?

Baca Selengkapnya
Terungkap Alasan Harga Beras di Indonesia dan Dunia Makin Mahal Tiap Tahun
Terungkap Alasan Harga Beras di Indonesia dan Dunia Makin Mahal Tiap Tahun

Konsumsi beras Indonesia dalam Lima tahun terakhir mengalami tren yang meningkat.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Sentil Industri Minuman Masih Kecanduan Bahan Baku Impor, Pengusaha: Harganya Lebih Murah
Pemerintah Sentil Industri Minuman Masih Kecanduan Bahan Baku Impor, Pengusaha: Harganya Lebih Murah

Khusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Berharap Prabowo Bisa Bawa Indonesia Mandiri Pangan & Energi
Said Abdullah Berharap Prabowo Bisa Bawa Indonesia Mandiri Pangan & Energi

Said mencatat selama periode 2014-2023 defisit perdagangan internasional pada sektor pertanian sangat besar.

Baca Selengkapnya
Kepala BPOM Ungkap 70 Persen Bahan Baku Cairan Infus Masih Impor
Kepala BPOM Ungkap 70 Persen Bahan Baku Cairan Infus Masih Impor

Indonesia per tahunnya butuh sekitar 4,5-4,7 juta ton garam farmasi.

Baca Selengkapnya
Konsumsi Daging Sapi Melonjak 5 Kali Lipat saat Ramadan, Impor Jadi Solusi
Konsumsi Daging Sapi Melonjak 5 Kali Lipat saat Ramadan, Impor Jadi Solusi

Oleh karena itu, ID Food selalu melakukan impor daging guna mengatasi tingginya tingkat konsumsi pada periode tersebut.

Baca Selengkapnya
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal

Dengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.

Baca Selengkapnya
Cadangan Gas Alam Melimpah, Tapi RI Masih Impor 5,5 Juta Ton LPG per Tahun
Cadangan Gas Alam Melimpah, Tapi RI Masih Impor 5,5 Juta Ton LPG per Tahun

Impor LPG Indonesia masih menunjukkan tren kenaikan.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Akhirnya Ungkap Penyebab Naiknya Harga Beras
Presiden Jokowi Akhirnya Ungkap Penyebab Naiknya Harga Beras

Kondisi global semakin diperparah dengan dampak perubahan iklim yaitu cuaca panas dan kemarau panjang, yang menyebabkan produksi beras menurun.

Baca Selengkapnya
BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu
BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu

Konflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.

Baca Selengkapnya