Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Analisa Sri Mulyani soal Penyebab Silicon Valley Bank Bisa Bangkrut dalam 48 Jam

Analisa Sri Mulyani soal Penyebab Silicon Valley Bank Bisa Bangkrut dalam 48 Jam Menkeu Sri Mulyani. Tira Santia ©2023 Liputan6.com

Merdeka.com - Silicon Valley Bank (SVB) yang mengalami kebangkrutan dalam kurun waktu hanya 48 jam pada Jumat (10/3) lalu. Menteri Keuangan, Sri Mulyani mewaspadai penutupan Silicon Valley Bank (SVB) California yang membuat gejolak pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) saat ini.

Sri Mulyani mengungkapkan, sejauh ini terdapat beberapa analisa awal yang muncul sebagai penyebab runtuhnya SVB. salah satunya yakni kinerja perusahaan rintisan (startup) yang menurun pada tahun 2022 sehingga menyebabkan anjloknya kredit SVB, yang merupakan bank khusus pemberi pendanaan kepada perusahaan rintisan.

Analisa lainnya yakni SVB mengalami kenaikan deposito lebih dari tiga kali lipat hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, sedangkan penyaluran kredit tertahan karena kinerja perusahaan rintisan dan menyebabkan neraca keuangan SVB tertekan.

Orang lain juga bertanya?

"Akibat tingginya deposito SVB, dana yang terkumpul tersebut dibelikan surat berharga negara AS jangka panjang yang mengalami penurunan nilai karena kenaikan suku bunga Fed," jelas Menkeu.

Meskipun demikian, Sri Mulyani menyebutkan banyak pihak yang mengatakan penutupan SVB kini tidak akan seperti kondisi bangkrutnya salah satu perusahaan terbesar di AS, Lehman Brothers pada tahun 2008 yang menyebabkan krisis ekonomi global.

Kala itu, Lehman Brothers bangkrut karena kredit macet yang terjadi pada perusahaan properti dan real estat di Negeri Paman Sam.

Sri Mulyani berharap Negeri Paman Sam bisa segera menstabilkan sektor keuangannya karena akan mempengaruhi perekonomian global. Apalagi saat ini arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed masih akan hawkish lantaran kondisi inflasi AS yang masih tinggi.

Adapun SVB sebenarnya merupakan bank regional dengan aset yang relatif kecil di AS, yakni hanya USD 200 miliar, dibandingkan dengan jumlah aset perbankan AS yang bisa mencapai USD 1,3 kuadriliun.

Kendati begitu, dia menilai bank tersebut mampu memberikan guncangan yang signifikan dari sisi kepercayaan deposan di AS, sehingga menjadi suatu pelajaran yang perlu untuk dicermati bahwa sebuah bank kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik.

Lantaran telah menggoyang seluruh kepercayaan sektor keuangan AS, Pemerintah Amerika yang pada awalnya tidak memberikan dana talangan atau bailout pun memutuskan untuk melakukan bailout sehingga menjamin seluruh deposito SVB.

"Dalam hal ini Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) memberikan kepastian untuk penyelamatan dari deposan, baik yang diasuransikan (insured) maupun yang tidak diasuransikan (non insured)," tuturnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sri Mulyani: Evergrande, Perusahaan Properti Terbesar di China Bangkrut!
Sri Mulyani: Evergrande, Perusahaan Properti Terbesar di China Bangkrut!

Situasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.

Baca Selengkapnya
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025

Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya

Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.

Baca Selengkapnya
Kunjungi LPS AS, Komisi XI Gali Strategi dalam Resolusi Bank Gagal
Kunjungi LPS AS, Komisi XI Gali Strategi dalam Resolusi Bank Gagal

Sepanjang 2023, Amerika Serikat (AS) didera persoalan kebangkrutan sejumlah bank besar, diantaranya SVB hingga Signature Bank of New York.

Baca Selengkapnya
Puluhan Triliun Lenyap, Konglomerat Ini Tidak Lagi Jadi Orang Terkaya di Indonesia
Puluhan Triliun Lenyap, Konglomerat Ini Tidak Lagi Jadi Orang Terkaya di Indonesia

Di tahun 2021, dia memiliki kekayaan bersih sebesar USD3,2 miliar atau setara Rp49 triliun.

Baca Selengkapnya
Tunjukkan Kinerja Positif, Saham BBRI Diproyeksi Terus Naik
Tunjukkan Kinerja Positif, Saham BBRI Diproyeksi Terus Naik

Saham BBRI diprediksi terus mengalami tren kenaikan di tahun 2023 ini.

Baca Selengkapnya
Pembiayaan Utang Lewat SBN Turun, Hanya Capai Rp157,9 Triliun
Pembiayaan Utang Lewat SBN Turun, Hanya Capai Rp157,9 Triliun

Pembiayaan utang pada semester I-2023 mencapai Rp166,5 triliun, menurun 15,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Realisasi KUR Baru Rp177 Triliun, Sri Mulyani Minta Perbankan Segera Cairkan untuk UMKM
Realisasi KUR Baru Rp177 Triliun, Sri Mulyani Minta Perbankan Segera Cairkan untuk UMKM

Penyaluran KUR tersebut masih sangat rendah dan jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN 2023 sebesar Rp297 triliun.

Baca Selengkapnya