Beda dengan KPPU, Kemendag Sebut Harga Bawang Putih Naik karena Realisasi Impor Rendah
Kemendag menyebut, hasil monitoring bawang putih menunjukkan masih terdapat perusahaan yang realisasi impornya rendah.
Kemendag menyebut, salah satu alasan harga bawang putih meroket naik adalah karena realisasi impor yang masih rendah oleh para pelaku usaha atau importir.
Beda dengan KPPU, Kemendag Sebut Harga Bawang Putih Naik karena Realisasi Impor Rendah
Direktur Impor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Arif Sulistyo menyebut, salah satu alasan harga bawang putih meroket naik adalah karena realisasi impor yang masih rendah oleh para pelaku usaha atau importir.
Arif menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Kemendag dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dari alokasi yang diberikan, masih terdapat perusahaan yang realisasi impornya rendah. Selain itu juga ada pelaku usaha yang belum melakukan realisasi impor.
"Kementerian Perdagangan bersama Bapanas terus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan realisasi Persetujuan Impor (PI) bagi pelaku usaha/importir yang telah diterbitkan Persetujuan Impor Bawang Putih," kata Arif kepada merdeka.com, Kamis (23/5).
Arif bilang padahal Persetujuan Impor bawang putih yang telah dikeluarkan Kemendag tersebut mampu mencukupi kebutuhan nasional bawang putih selama delapan bulan atau sampai dengan bulan Agustus 2024.
Dia pun meminta kepada pelaku importir bawang putih yang telah mendapat Persetujuan Impor untuk segera melakukan impor, agar harga bawang putih kembali normal.
"Kami mengharapkan bagi pelaku usaha yang telah mendapatkan Persetujuan Impor untuk segera melakukan impor," pintanya.
Sebelumnya, Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Eugenia Jenny Mardanugraha mengungkap biang kerok melonjaknya harga bawang putih.
Dia mengatakan, tingginya harga bawang putih disebabkan oleh importir mendapatkan barang dengan kualitas yang kurang baik. Sehingga harus mengeluarkan biaya lebih untuk penyimpanannya.
Jenny menyebut, pihaknya telah memanggil importir untuk menyikapi kenaikan bawang putih yang tinggi ini agar tidak terjadi praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat.
"Menurut keterangan dari importir bawang putih, impor bawang putih yang ada sekarang bukan bawang putih kualitas baik, sehingga mereka mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk bisa menyimpan bawang putih tersebut, itu yang menyebabkan harga di pasar tinggi," ujar Jenny.
Jenny menyampaikan, kurang baiknya kualitas bawang putih yang diimpor dari China karena terkena hujan dan basah sehingga saat bawang sampai di Indonesia menjadi menyusut dari segi ukuran.
Para importir pun harus melakukan perawatan khusus, sebab bawang putih yang rusak tidak bisa disimpan untuk waktu yang lama.
Ketua KPPU, M. Fanshurullah Asa mengatakan, pihaknya merekomendasikan kepada Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menetapkan harga acuan bawang putih. Baik harga acuan pembelian (HAP) atau harga eceran tertinggi (HET).
Menurutnya, penetapan harga acuan ini dapat menjadi tolok ukur untuk menentukan perkembangan harga bawang putih di pasaran.
"Perlu segera Bapanas itu menetapkan harga acuan bawang putih, meski ini bukan bahan pokok penting sehingga kita tahu ini kondisi sekarang apakah bawang putih mahal, di atas berapa persen, kita ukur," ujar Fanshurullah.
Fanshurullah menyebut, komoditas pangan seperti beras, gula, telur dan minyak goreng telah memiliki harga acuan. Menurutnya, hal ini juga harusnya berlaku terhadap bawang putih.
Penetapan harga acuan bertujuan agar pemerintah bisa bergerak cepat saat terjadi ketidakstabilan harga.
Fanshurullah mengatakan, selama ini bawang putih belum memiliki harga acuan, sehingga sulit untuk mengetahui harganya melonjak atau turun rendah.
"Jadi meskipun bawang putih ini tidak tergolong komoditas utama, saya rasa perlu ditetapkan," katanya, dikutip dari Antara.
Anggota Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) Jaya Sartika menyampaikan hal serupa. Dia menyebut kenaikan bawang putih yang cukup signifikan disebabkan oleh masalah pasokan karena kualitas bawang putih dari China kurang bagus.
"Harga tinggi disebabkan supplay trouble karena kualitas barang dari China yang problem," kata Jaya kepada Merdeka.com, Rabu (22/5).
Jaya menyampaikan beberapa importir melihat dan menunggu untuk melakukan impor terkait kualitas bawang putih dari China.
"Jadi beberapa importir wait and see untuk memasukkan barang (bawang putih) terkait kualitas ya," ucapnya.