Bergabung dengan WTO hanya merugikan Indonesia
Merdeka.com - Keikutsertaan Indonesia sebagai anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sejak 1994 silam, dianggap lebih banyak merugikan negeri ini. Meski secara kuantitatif buktinya tak dapat ditunjukkan, namun secara materiil terlihat jelas.
Masyarakat Indonesia banyak kehilangan kesempatan kerja, sehingga negeri ini dipaksa untuk mengekspor barang mentah ke luar negeri. Akibatnya, perusahaan nasional bangkrut dan merumahkan sebagian besar pekerjaannya.
Demikian disampaikan Executive Director Indonesia for Global Justice (IGJ) M. Riza Damanik dalam rangka menyambut Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 di Bali, Desember mendatang.
-
Mengapa Indonesia ikut di Nikkei Forum? Di Nikkei Forum 2024 bertajuk 'The Future of Asia 2024', Airlangga yang mewakili Presiden Joko Widodo turut dalam bagian Commermorative Dinner yang dibuka dengan sambutan dari Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida.
-
Siapa yang menjadi juru bicara Indonesia di PBB? Untuk memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi, Presiden Soekarno meminta LN Palar untuk menjadi juru bicara Indonesia di pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
-
Siapa yang mendukung Strategi Nol Bersih IKN Nusantara? Dapat Dukungan ADB Menariknya, Asian Development Bank (ADB) mendukung pengembangan Strategi Nol Bersih (Net Zero Strategy) untuk ibu kota baru Indonesia, Nusantara, yang diluncurkan hari ini di sela-sela COP28 di Dubai (3/12/2023).
-
Bagaimana Indonesia mendukung UNRWA? 'Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus mendukung UNRWA dalam menjalankan mandatnya,' tegas Kemlu RI.
-
Apa Strategi Nol Bersih untuk IKN Nusantara? Strategi ini berfungsi sebagai 'kompas' bagi Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengelola kota untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2045.
-
Siapa yang memimpin delegasi Indonesia? Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
"Masyarakat, petani dan UMKM akan kehilangan pasar yang berkeadilan," ujar Riza di kantornya, Jakarta, Jumat (10/5).
Oleh karena itu, gagalnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dalam seleksi calon Direktur Jenderal (Dirjen) WTO akhir bulan lalu dapat dimanfaatkan sebagai momen untuk segera menjauh dari organisasi perdagangan dunia itu. Tampil di depan dengan mengusung ekonomi alternatif jauh akan lebih menguntungkan Indonesia dibanding mengikuti standar WTO.
Menurut Riza, keluar dari WTO akan berimplikasi positif bagi tumbuhnya ekonomi domestik. Pasalnya, Indonesia dapat menentukan kebijakan sendiri tanpa bayang-bayang dari WTO yang dikenal dengan tiga perjanjian besar mengikat berkaitan dengan barang, jasa dan Hak Kekayaan Ilmiah.
Di sektor barang, WTO mengharuskan untuk menghapuskan segala tarif atau non tarif untuk barang impor. Dari sektor jasa, lebih kepada market akses. Dia tidak berbicara tarif, namun lebih kepada tidak ada pembatasan dalam 4 karakter berikut, jasa perpindahan barang, wisatawan, perusahaan jasa dan tenaga kerja.
Kemudian dari sektor perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), WTO dengan dalih standar tinggi membuat banyak hasil temuan ilmiah tidak dapat dengan serta merta dinikmati masyarakat secara mudah dan murah. Bahkan untuk mendapatkan hasil dari sebuah temuan harus membayar dengan harga mahal, seperti obat-obatan dan benih tanaman pangan misalnya.
"Kalau kita masuk WTO, kita nggak bisa bermain, enggak bisa memproteksi apakah tarif atau non tarif. Kalau kita keluar dari WTO kita bisa melaksanakan mandat Undang-Undang," paparnya.
IGJ menawarkan solusi agar Indonesia tampil untuk mengambil peran penting dan mulai menggunakan ekonomi alternatif. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang terbentang dari pulau ke pulau, sehingga pemenuhan kebutuhan bisa dicapai melalui keterhubungan antar pulau. Apalagi Indonesia dapat memanfaatkan peran strategisnya sebagai Ketua G33, group negara-negara berkembang.
"Kenapa enggak berpikir melakukan konektivitas antar pulau, bagaimana kekayaan alam mendukung satu dengan yang lain pulau," tandasnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada beberapa negara yang tak setuju dengan berbagai kebijakan pemerintah Indonesia.
Baca SelengkapnyaNusron merasa kampanye Tom Lembong terkait kebijakan Indonesia menghentikan ekspor nikel ke luar negeri justru merugikan.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini menunjukkan bahwa negara-negara Melanesia dan Pasifik mengakui kedaulatan Indonesia atas Papua dan menolak upaya separatisme yang dipimpin Benny
Baca SelengkapnyaPenerapan kebijakan tersebut dinilai hanya menguntungkan negara maju yang daya saing investasinya lebih kuat.
Baca SelengkapnyaSegala tindak diskriminasi terhadap upaya kemajuan negara-negara berkembang harus dihilangkan.
Baca SelengkapnyaIndonesia berkomitmen untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberi sambutan saat groundbreaking Hotel Nusantara, Penajam Paser Utara, Kamis (21/9)
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaTren deindustrialisasi ditandai dengan kecenderungan pelaku usaha yang memiliki modal enggan untuk berinvestasi.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan UU tersebut sangatlah diskriminatif dan merugikan bagi perdagangan komoditas di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNusron merasa kampanye Tom Lembong terkait kebijakan Indonesia menghentikan ekspor nikel ke luar negeri justru merugikan
Baca SelengkapnyaTujuan utama dari gerakan boikot tersebut adalah memberi tekanan pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dukungan terhadap serangan Israel ke Palestina.
Baca Selengkapnya