Demi Perbaiki KAI, Sosok Ini Berani Kirim 3.000 Karyawan ke China dan Perancis untuk Studi Banding
Situasi yang buruk ini membuat banyak orang pesimis dan mengklaim kereta api tak akan bisa jadi moda transportasi yang lebih baik.
Situasi yang buruk ini membuat banyak orang pesimis dan mengklaim kereta api tak akan bisa jadi moda transportasi yang lebih baik.
Demi Perbaiki KAI, Sosok Ini Berani Kirim 3.000 Karyawan ke China dan Perancis untuk Studi Banding
Sosok Ini Berani Kirim 3.000 Anak Buah ke China dan Perancis untuk Studi Banding
Wajah PT Kereta Api Indonesia (KAI) di tahun 2009 menjadi titik tolak transformasi perusahaan BUMN.
Potret miris menjadi identitas yang tak dapat dilepaskan dari moda transportasi berbasis rel yang satu ini.
Dari penumpang yang duduk di atas kereta hingga masuk lewat jendela.
Belum lagi kondisi fasilitasnya yang benar-benar jauh dari kata layak. Situasinya tampak begitu semrawut.
Berbagai kejadian buruk juga tak terlepas di masa itu.
Penumpang yang menjadi korban pencopetan hingga yang paling parah, terjatuh dari gerbong kereta.
Situasi yang buruk ini membuat banyak orang pesimis dan mengklaim kereta api tak akan bisa jadi moda transportasi yang lebih baik.
Alih-alih memikirkan perubahan, bahkan di tahun 2008, PT KAI justru diketahui mengalami kerugian senilai Rp83,5 miliar.
Namun, semua anggapan ini berhasil ditepis oleh pria kelahiran Juni 1963.
Dia lah sosok yang berhasil menyulap PT KAI menjadi moda transportasi yang tertib, aman, dan nyaman digunakan.
Berkat kepiawaiannya dalam memimpin, PT KAI yang semulanya mengalami kerugian besar, berhasil mendapatkan keuntungan senilai Rp154,8 miliar di tahun pertamanya menjabat.
Sosok tersebut tak lain ialah Ignasius Jonan, mantan Direktur Utama PT KAI periode 2009-2014.
Transformasi yang dilakukan Jonan terkait dengan sistem, manajemen tata kelola, hingga budaya yang ada pada tubuh PT KAI berhasil membawa perubahan-perubahan positif.
Dilansir dari akun Youtube Helmy Yahya Bicara,
Jonan bercerita tentang transformasinya dalam memimpin PT KAI pada masa itu.
"Memimpin KAI menjadi satu tantangan yang tidak mudah. Banyak orang yang tidak yakin ketika saya mulai bertugas apakah kereta api bisa berubah atau tidak, karena secara kultur kereta api memang sudah seperti itu," kata Jonan dalam kepada Helmy Yahya, dikutip Senin (16/10).
Jonan memulai langkah perubahan dengan memperbaiki internal PT KAI terlebih dahulu.
Dia memulai dengan meningkatkan gaji hampir sembilan kali lipat lebih banyak dari gaji sebelumnya.
Kenaikan gaji yang fantastis ini tentunya dengan konsekuensi.
Seluruh karyawan harus fokus dalam melaksanakan tugas dinas dan tak lagi melakukan pekerjaan sampingan di PT KAI.
Ketika Jonan menjabat sebagai Dirut PT KAI, hampir setengah karyawan KAI merupakan siswa lulusan SD dan SMP.
Tak lebih dari 200 orang yang mengenyam pendidikan tinggi pada saat itu.
Akhirnya, Jonan memutuskan untuk melakukan perbaikan kualitas sumber daya manusia.
Dia kirim 3.000 pegawainya ke China dan Perancis untuk melihat sistem perkeretaapian di negara tersebut.
Mulai dari level menengah hingga 2 level di bawah direksi dikirimkan untuk menyaksikan sendiri pelayanan kereta api di sana.
“Saya percaya semua orang itu bisa belajar, asal tidak buta huruf. Selama 6 tahun menjabat, saya mengirim hampir tiga ribu orang lebih untuk belajar langsung ke China dan Perancis,” cerita Jonan.
Pria asal Surabaya, Jawa Timur ini mengubah pola pikir setiap karyawan PT KAI untuk mengutamakan pelayanan pelanggan.Tak main-main, Jonan juga begitu disiplin menerapkan penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) kepada setiap karyawan PT KAI.
Tak hanya memperbaiki kualitas SDM, Jonan juga memperbaiki infrastruktur dan sistem yang berlaku di PT KAI.
Dari sisi infrastruktur, Jonan memperbaiki toilet-toilet stasiun dalam waktu 3 bulan.
Kemudian memasang AC (air conditioner) dan menetapkan larangan merokok bagi pelanggan kereta api.
Dari sisi perbaikan sistem dan tata kelola, Jonan berhasil memusnahkan calo-calo nakal.
Caranya dengan menerapkan sistem layanan ticketing secara online dan berhasil membuat penumpang menjadi jauh lebih tertib dari sebelumnya.
Berkat usaha-usaha Jonan, banyak bank yang berani memberikan kredit. Hal ini membuat PT KAI berhasil meningkatkan asetnya menjadi Rp15,2 triliun.
Berkat kinerjanya yang baik, Jonan akhirnya diangkat oleh Presiden Joko Widodo untuk menjabat sebagai Menteri Perhubungan periode 2014-2016.
Kemudian digeser menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral periode 2016-2019.