Jualan Keripik Kaca Sejak SMA, Ai Jadi Jutawan di Usia 25 Tahun
Ide untuk berjualan karena dia ingin memiliki uang jajan tambahan tanpa harus meminta kepada orang tuanya.
Ide untuk berjualan karena dia ingin memiliki uang jajan tambahan tanpa harus meminta kepada orang tuanya.
Jualan Keripik Kaca Sejak SMA,
Ai Jadi Jutawan di Usia 25 Tahun
Jualan Keripik Kaca Sejak SMA, Ai Jadi Jutawan di Usia 25
Berjualan keripik kaca sejak Sekolah Menengah Atas (SMA), Ai Iip Apipah menjadi jutawan di usia 25 tahun.
Namun, sebelum menuai cuan, mental Ai harus diuji dengan cemoohan teman-teman sekolahnya.
Dalam akun YouTube Naik Kelas, Ai bercerita ide untuk berjualan karena dia ingin memiliki uang jajan tambahan tanpa harus meminta kepada orang tuanya.
Sebab, kehidupan orang tua Ai tidak bisa dianggap berkecukupan.
Ibu Ai bahkan harus merantau menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) demi meningkatkan perekonomian keluarga.
Sementara aktivitas sang ayah yaitu peternak ayam.
Sang ibu yang andal dalam mengolah berbagai camilan kemudian membuat beledag untuk dibawa Ai ke sekolah.
Camilan ini sedang populer dengan nama keripik kaca.
Saat teman sekelasnya mencicipi keripik kaca, respon teman sekelas langsung menyukai rasanya.
Ai melihat respon teman sekelasnya itu sebagai peluang.
Keesokan harinya, Ai kembali membawa satu kantung plastik kresek berisi beberapa bungkus keripik kaca.
Barang dagangannya langsung ludes.
Uang yang dihasilkan dari jualan hari pertama, langsung diputar oleh Ai untuk meneruskan jualan keripik kaca.
Namun, laris manisnya Ai berjualan, harus menghadapi tantangan. Itu ketika guru dan beberapa teman kelasnya keberatan dengan aktivitas Ai berjualan.
"Guru bilang, jangan jajan seblak lagi nanti sakit perut. Di situ saya down karena saya pikir saya sedang jualan," kata Ai, dikutip pada Senin (16/10).
Kantin sekolah juga enggan menerima barang dagangan Ai. Pada kondisi itu, Ai mengambil jeda beberapa waktu.
Dia libur berjualan, karena ingin memulihkan semangat yang sempat terguncang.
Lambat laun, Ai kembali bangkit. Pesanan keripik kaca produksinya semakin laris.
Bahkan, produk Ai sudah berhasil menembus pasar di luar Ciamis, Jawa Barat. Ini terjadi ketika teman sekelasnya membawa keripik kaca produksi Ai ke Madura, dan Bandung.
Pundi-pundi rupiah Ai dari hasil jualan keripik kaca semakin tebal.
Dia pun mendirikan pabrik keripik kaca yang diberi nama Beledag Jagara.
"Tidak nyangka bisa punya pabrik karena cuma jualan beledag (keripik kaca) karyawan dari belasan sekarang sudah 52 orang, alhamdulillah," ungkapnya.
Langkahnya menjadi juragan keripik kaca kembali mendapat ujian. Kala itu pembayaran dari distributor dan pengepul keripik kaca mengalami keterlambatan.
Modal yang dimiliki Ai seluruhnya dihabiskan untuk produksi dan penjualan.
Belum lagi ketika harga gas LPG non subsidi mengalami kenaikan. Ai tidak bisa segera menaikan harga keripik.
Mau tidak mau, ia harus menanggung kerugian dalam beberapa waktu.
"Rp200 juta rugi, karena pengeluaran naik sedangkan saya enggak mungkin langsung naikin harga. Tapi pelan-pelan karena pesanan dan penjualan terus naik, di situ saya mulai menaikan harga," cerita Ai.
Dia menuturkan, jika bukan karena pertolongan Yang Maha Kuasa, dan dukungan dari keluarga, dalam waktu tujuh bulan sejak beroperasi, pabrik Ai bisa bangkrut karena tidak ada perputaran uang untuk produksi.