Hidup Pas-pasan Hingga Sekolah Tak Pakai Sepatu, Pria ini Sukses Jadi Menteri Kepercayaan Jokowi
Ilmu bisa bermanfaat untuk mengangkat derajat hidup seseorang.
Ilmu bisa bermanfaat untuk mengangkat derajat hidup seseorang.
Hidup Pas-pasan Hingga Sekolah Tak Pakai Sepatu, Pria ini Sukses Jadi Menteri Kepercayaan Jokowi
Sederhana, kata yang tepat untuk menggambarkan sosok satu ini.
Seorang anak desa yang mementingkan pendidikan pemberdayaan sosial hingga akhirnya dipilih Presiden Jokowi menjadi menteri di kabinetnya.
Sejak SD hingga SMA, pria kelahiran Bojonegoro, 13 Februari 1962 ini bersekolah di kota kelahirannya.
Namun karena tak ada sama sekali gedung sekolah di daerah tempat tinggalnya, saat SD sia dan kawan-kawannya belajar di rumah kepala desa.
Saat bersekolah pria ini tidak memakai sepatu karena keterbatasan ekonomi keluarga. Saat lulus SD, dia adalah satu-satunya murid yang melanjutkan ke jenjang SMP. Karena lokasi SMP yang jauh dari sekolah pria ini harus mengontrak di dekat sekolahnya, selama tinggal sendiri dia hidup mandiri.
Merdeka.com
Setelah lulus SMP, dia melanjutkan SMA di kota Bojonegoro dan lulus SMA pada tahun 1980. Meski hidup dalam kesederhanaan bersama keluarga nya, tetapi selalu dinikmati meskipun hidup akrab dengan kesulitan.
Setelah lulus SMA, pria ini bertekad untuk melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Berkat tekad kuat nya akhirnya pria ini berhasil masuk ke UGM, namun saat berkuliah di UGM dia merasa minder karena status sosialnya.
Meskipun kedua orang tuanya berprofesi sebagai seorang guru SD, keluarganya selalu hidup dalam kesederhanaan. Pria ini tak lain adalah Pratikno, yang sekarang menjabat menjadi Menteri Sekretaris Negara.
Selama berkuliah Pratikno menjadi mahasiswa terbaik di jurusannya, saat memasuki semester tiga dirinya juga bergabung dengan kelompok diskusi dan sering memenangkan lomba riset mahasiswa.
Selain itu, Pratikno juga rajin mengirimkan tulisan ke berbagai media terkemuka di Pulau Jawa.
Dari tulisan yang dikirim, dia mendapatkan imbalan yang ia gunakan untuk membiayai kehidupannya selama berkuliah di Jogja.
Setelah lulus di usia 23 tahun, tak tanggung-tanggung, Prastiko langsung dijadikan dosen oleh almamaternya. Di tengah perjalanan karirnya menjadi dosen di UGM, Pratikno sempat menyelesaikan S2 di Inggris dan S3 di Australia.
Kariernya di UGM semakin cemerlang, setelah 26 tahun mengabdi, Pratikno diangkat menjadi Rektor UGM. Lalu pada 2014, ia berhenti menjadi rektor karena diangkat oleh Presiden Jokowi sebagai menteri sampai saat ini.