Merantau Jualan Bakso sejak Remaja hingga Tidur di Musala, Pria Magetan Ini Kini Jadi Petarung Kelas Dunia
Pria Magetan ini hidup susah sejak kecil. Ia merantau sejak SMP untuk jualan bakso dan sering tidur di musala. Kini ia jadi petarung kelas dunia.
Ia memulai karier sebagai petarung karena himpitan ekonomi
Merantau Jualan Bakso sejak Remaja hingga Tidur di Musala, Pria Magetan Ini Kini Jadi Petarung Kelas Dunia
Pria kelahiran Magetan Jawa Timur ini tak menyangka bahwa bertarung akan mengubah kisah hidupnya. Sejak kecil, ia sudah berjuang menghidupi dirinya sendiri di tanah rantau. Pada suatu hari, ia iseng ikut audisi bertarung. Hidupnya lalu berubah total.
(Foto: Instagram @stevewardi)
-
Bagaimana Sudaryono mencapai kesuksesan? Perjalanan hidup Mas Dar dari dusun kecil di Grobogan hingga puncak kesuksesan di berbagai bidang ini menjadi inspirasi bagi banyak orang.
-
Siapa Petinju Legendaris Indonesia? Indonesia memiliki banyak atlet legendaris yang pernah berjasa mengharumkan nama ibu pertiwi di kancah internasional. Tidak melulu dari bulu tangkis dan sepak bola, atlet dari cabang olahraga lain juga tak kalah menorehkan prestasi yang membanggakan.
-
Siapa yang memulai usaha Bakso Tusuk Payaman? Awalnya, usaha ini dimulai oleh sang ayah yang menjual salome (cilok) sebagai alternatif setelah tidak lagi mampu berjualan mie ayam karena kecelakaan.
-
Bagaimana Sudako menjadi raja jalanan di Medan? Sudako bahkan menyandang predikat raja jalanan di Kota Medan. Para sopir pun tak segan-segan untuk ngetem atau mengambil penumpang seenaknya tanpa memperhatikan pengguna jalan lainnya.
-
Dimana Bakso Tusuk Payaman memulai usahanya? Bermula dari usaha sederhana di Payaman Selatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, usaha yang dirintis sejak 2007 oleh sepasang suami istri kini telah tumbuh menjadi salah satu franchise kuliner yang paling dikenal di Yogyakarta dan sekitarnya.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
Masa Remaja
Lahir di keluarga kurang mampu secara ekonomi, Suwardi hanya mampu menempuh pendidikan hingga jenjang SMP. Ia tak melanjutkan pendidikan tingkat SMA semata-mata karena keterbatasan ekonomi.
(Foto: Instagram @stevewardi)
Lulus SMP, pria bernama Suwardi ini merantau ke Madura. Di sana ia menjadi buruh yang jualan bakso secara keliling. Selama dua tahun di Madura, setiap malam ia menumpang tidur di musala.
(Foto: Instagram @stevewardi)
Ia kemudian pindah merantau ke Kota Surabaya. Di sana ia berjualan es limun dan aneka jajanan di dalam bus. Ia berjualan dengan cara berpindah dari satu bus ke bus lain, dari terminal satu ke terminal lain, hingga pelabuhan.
(Foto: Instagram @stevewardi)
Perkenalan dengan Pencak Silat
Suwardi dalam wawancaranya dengan jurnalis Liputan6 mengatakan, dulu anak-anak di desa tempat tinggalnya di Magetan wajib ikut pencak silat. Atas dasar itulah, ia yang awalnya tidak tertarik belajar pencak silat memutuskan mencoba olahraga ini. Saat itu, ia masih kelas 3 SD. Rupanya setelah ikut latihan pencak silat sekitar 2-3 bulan, Suwardi jatuh cinta.
"Ternyata enggak cuman seni gerak, di situ kita diajarin moral yang bagus gitu," ujarnya.
Nekat Ikut Audisi
Karier Suwardi sebagai petarung MMA bermula pada 2015 silam. Saat itu, ia tahu ada audisi MMA dari media sosial dan nekat daftar.
Langkahnya mendaftar audisi MMA disebut nekat karena sebelumnya ia tak punya pengalaman bertanding sama sekali, termasuk mengikuti pertandingan amatir."Tahun 2014 anak saya lahir kembar cewek-cowok, itu kondisi ekonomi aya lagi jatuh-jatuhnya. Nah, tahun 2015 ada audisi lewat sosmed. Saya memberanikan diri (daftar)," ungkap bapak tiga anak itu.
Suwardi datang ke lokasi audisi MMA Indonesia dengan mengayuh sepeda ontel. Sesampainya di lokasi ia kecapekan dan nyaris gagal pada tahap tes kesehatan. Beruntung, hari itu ternyata berpihak padanya.
Ia pun sempat gelisah melihat lawan-lawannya yang tampak sudah profesional. Meski demikian, Suwardi tak gentar karena ingat dirinya harus berjuang untuk meningkatkan perekonomian keluarga kecilnya.
Pada pertandingan pertamanya, Suwardi mengaku lebih takut pada sorotan kamera. Pasalnya, saat itu ia dijuluki petarung kurang gizi karena tubuhnya kurus.
"Syukur alhamdulillah pertandingan pertama saya tuh menang 45 detik," terangnya.
Kini, Suwardi dikenal sebagai salah satu petarung MMA andalan Indonesia. Selama berkarier, ia juga telah menyabet sejumlah penghargaan. Di antaranya, Juara 1 Submission Challenge Bandung, Juara 1 Submission Challenge ISC pada 2014.
Tahun 2016, ia jadi juara di kelas terbang babak final One Pride MMA dalam tempo kurang dari satu menit. Pada 2019, Suwardi menorehkan catatan khusus di MMA Internasional dengan teknik kuncian baru yang diberi nama Wardicana.Hingga kini Suwardi telah bertanding sebanyak 17 kali, di mana ia mengantongi 14 kemenangan, sementara tiga pertadingan lain kalah. Saat ini, Suwardi tengah menunggu pertandingan berikutnya untuk mendapatkan Sabuk Abadi One Pride.
Pria berusia 39 tahun itu mengaku belum ingin pensiun. Apalagi ia baru saja mempertahankan gelar juara di final One Pride ke-72 MMA pada Sabtu 9 September 2023 lalu.