Kuasai Lebih 30 Bahasa dan Mampu Sembuhkan Anak Sakit Keras, Pria Ini Hidup Sendiri Hingga Akhir Hayatnya
Dia dikenal sebagai Dokter Air Putih saat di Belanda.
Dia pernah bekerja sebagai penerjemah di Wina.
Kuasai Lebih 30 Bahasa dan Mampu Sembuhkan Anak Sakit Keras, Pria Ini Hidup Sendiri Hingga Akhir Hayatnya
Kuasai Lebih 30 Bahasa dan Mampu Sembuhkan Anak Sakit Keras, Pria Ini Hidup Sendiri Hingga Akhir Hayatnya
Pria asal Jepara, Jawa Tengah, ini punya segudang prestasi. Meski berasal dari desa, pria ini mampu menguasai lebih dari 30 bahasa.
Pria kelahiran Mayong, Jepara ini memilih menempuh pendidikan di Belanda, tepatnya di Universitas Leiden usai lulus dari pendidikan di Semarang. Tak sekadar menimba ilmu, tetapi sekaligus bekerja sebagai wartawan di daerah konflik Eropa.
Terkagum dengan kemampuan pria itu, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) buru-buru mempekerjakan sebagai penerjemah bagi pemimpin dunia yang datang.
Orang-orang Eropa tak menyangka ada orang dari negara bagian Timur yang memiliki kemampuan jauh di atas rata-rata. Mereka menjuluki pria itu, 'Si Jenius dari Timur'.
Buat Gempar Eropa dan Amerika
Konon, dia pernah membuat gempar Eropa dan Amerika melalui tulisan investigasinya saat menjadi wartawan di Koran Amerika The New York Herald Tribune. Tulisannya bertema 'perundingan perdamaian rahasia' antara beberapa negara yang bertikai.
Perundingan rahasia dengan menggunakan kode pengenal 'bintang tiga' itu sendiri dilaksanakan di dalam sebuah kereta api yang berhenti di tengah hutan di daerah Compiegne, Prancis Selatan.
Saat wartawan lain masih mencari informasi tentang perundingan itu, Koran Amerika The New York Herald Tribune berhasil memuatnya.
Sembuhkan Anak Sakit Keras
Saat masih di Belanda, dia dikenal sebagai Dokter Air Putih karena dapat mengobati penyakit hanya dengan menggunakan media air putih.
Dia merasa tak tega melihat teman bersedih karena anaknya yang berusia 12 tahun sakit keras. Anak itu tak kunjung sembuh meski sudah diobat beberapa dokter di Belanda.
Saat menjenguk anak yang sakit tersebut, dia langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Mengetahui hal itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya pria itu mempunyai daya persoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.
Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya ia merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu.
Pulang ke Indonesia
Namun karena ia lulusan ilmu Bahasa dan Sastra, mata kuliah yang ia bisa pelajari sangat terbatas dibandingkan dengan para lulusan Dokter. Karena merasa kecewa, ia memilih untuk kembali ke tanah air.
Pulang ke Indonesia, dia tak ke Jepara namun memilih menetap di Bandung. Sadar kemampuannya dalam menyembuhkan, dia mendirikan rumah penyembuhan di Bandung.
Sejak didirikan, pasien yang membutuhkan pertolongannya tak pernah sepi. Bahkan ada seorang Presiden Indonesia pernah datang ke rumahnya tersebut.
Namun, usianya tak lagi muda dan kesehatannya mengalami kemunduran. Akhirnya dia wafat dan dimakamkan di Sedo Mukti, Desa Kalipitu, Kudus, Jawa Tengah. Dia wafat tanpa meninggalkan istri dan anak.
Begitulah perjalanan hidup Raden Mas Panji Sosrokartono, kakak dari RA Kartini.
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong, Jepara pada 10 April 1877. Dia adalah anak keempat dari pasangan Raden Mas Ario Samingun yang merupakan Bupati Jepara, dengan istri keduanya, Ngasirah. Sejak kecil, Sosrokartono sudah mempunyai keistimewaan yaitu membaca masa depan.
Sosrokartono dikenal sebagai orang yang menguasai banyak bahasa, lebih dari 30. Tercatat 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Nusantara ia kuasai.
Sosrokartono terpilih menjadi wartawan koran Amerika, The New York Herald Tribune di Wina, Austria, pada tahun 1917. Di sinilah dia membuat gempar Eropa dan Amerika dengan tulisan investigasinya terkait perundingan rahasia saat Perang Dunia I.
Raden Sosrokartono akhirnya pulang ke tanah air pada tahun 1925 dan menetap di Kota Bandung. Sempat bekerja sama dengan Ki Hajar Dewantoro di Perguruan Taman Siswa, pada 1930 dia mendirikan rumah penyembuhan bernama Dar-Oes-Salam di Bandung.
Rumahnya pun tak pernah sepi pasien. Tokoh-tokoh pergerakan sering datang ke rumahnya, di antaranya Ir. Soekarno.
Kesehatan Sosrokartono mengalami kemunduran dan separuh badannya lumpuh. Dia akhirnya meninggal pada 8 Februari 1952 dan dimakamkan di Sedo Mukti, Desa Kalipitu, Kudus, Jawa Tengah.