Tak Mampu Beli Beras Sampai Kelaparan, Bocah Ini Dulu Susah Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menceritakan cerita masa kecilnya yang tak mampu beli beras hingga harus ke sawah setiap pagi.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menceritakan di masa kecilnya yang tak mampu beli beras hingga harus ke sawah setiap pagi.
Tak Mampu Beli Beras Sampai Kelaparan, Bocah Ini Dulu Susah Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan
Lahir sebagai anak petani di kampung ternyata tidak menghalangi seseorang untuk bisa sukses. Bermodalkan semangat pantang menyerah, kerja keras, dan terus belajar, siapapun dan dari latar belakang apapun akan meraih mimpinya masing-masing.
Hal itulah yang dirasakan oleh Jenderal Moeldoko. Mantan Panglima TNI yang sekarang menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan itu memiliki kisah yang sangat menginspirasi dan patut untuk diteladani.
Bahkan, sejak kecil, Moeldoko mengaku pernah tak mampu beli beras hingga kelaparan karena kondisi ekonomi yang belum seperti saat ini. Bagaimana kisahnya? Simak ulasannya sebagai berikut.
Moeldoko Lahir dari Keluarga Petani
Di balik suksesnya Jenderal Moeldoko saat ini, tersimpan cerita inspiratif yang dialami oleh Moeldoko sewaktu kecil. Moeldoko kecil dilahirkan di keluarga petani, sehingga aktivitas sehari-harinya tidak pernah lepas dari dunia pertanian.
Saat SD Moeldoko mengaku selalu bangun pagi-pagi untuk sholat Subuh kemudian setelahnya, ia diminta untuk langsung ke sawah membantu ayahnya bertani. Aktivitas tersebut berlangsung sampai Moeldoko duduk di bangku SMP.
“Setengah lima kita sudah bangun, sholat, setelah itu dibawa ke sawah. Sampai usia SD selesai, SMP pun saya masih diperlakukan seperti itu sama ayah saya,” ucap Moeldoko dalam sebuah wawancara.
Tak Mampu beli Beras
Tidak hanya sampai situ, perjuangan Moeldoko untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan pun selalu diuji. Jenderal TNI (Purn.) itu juga mengaku pernah tidak bisa membeli beras karena tidak punya uang.
Bahkan, saking susahnya, setiap berangkat ke sekolah, Moeldoko harus lari ke stasiun untuk mengejar kereta agar bisa sampai ke sekolah. Sementara itu, teman-teman Moeldoko saat itu sudah punya sepeda sebagai alat transportasi.
"Waktu sekolah SMP itu sepeda nggak punya, saya harus naik kereta api, jauh dan lari-lari. Dari jam 04.00 pagi saya sudah lari-lari. Pulangnya saya itu nyari boncengan atau menunggu truk yang searah ke kampung saya," jelas Moeldoko yang dikutip dari laman liputan6.
Ingin Mengubah Nasib
Hidup di bawah bayang-bayang kemiskinan membuat Moeldoko ingin sekali mengubah nasibnya. Moeldoko mengaku terlalu bosan dengan kemiskinan, sehingga ia harus terus belajar agar bisa meraih cita-citanya.
“Saya ingin merubah nasib, saya tidak malu-malu selalu saya katakan saya terlalu bosan menjadi orang miskin, maka saya ingin merubah nasib,” ucap Moeldoko.
“Saya berlebihan dalam belajar. Di akademi militer, yang lain tidur saya belajar. Orang lain masih tidur saya sudah harus lari. Orang lain bangun saya sarapan pagi. Kita harus selalu mendahului,” terang Moeldoko.