Investasi Saham Asabri di 14 Emiten Rontok, Mirip Kasus Jiwasraya?
Merdeka.com - Investasi saham yang dilakukan PT Asabri (Persero), BUMN asuransi dan dana pensiun khusus TNI dan Polri di beberapa emiten mengalami pertumbuhan negatif. Dari 14 emiten yang termasuk ke dalam portofolio, sebagian besar nilainya anjlok hingga 80 persen dan kepemilikannya di atas 5 persen.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis (9/1), pergerakan saham-saham milik Asabri menurun drastis mulai awal 2019. Kondisi ini tentu mencerminkan kacaunya manajemen keuangan di Asabri.
Lantas, apakah Asabri bakal bernasib sama seperti Jiwasraya dengan segala carut marutnya?
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko saham? Riset dengan Baik Biar Nggak Terjebak Perlu dipahami kalau nggak ada saham yang performanya selalu baik sepanjang waktu. Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Apa itu saham? Saham merupakan hak yang dimiliki oleh individu atas perusahaan sebagai hasil dari penyerahan modal dalam bentuk investasi. Dalam bentuk fisik, saham biasanya terwujud dalam lembaran kertas yang mencantumkan nama pemilik, yang menandakan bahwa orang tersebut memiliki bagian dari perusahaan.
-
Kenapa orang beli saham? Dengan memiliki saham, Anda berhak atas sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan dalam bentuk dividen, serta memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal ini menjadikan saham sebagai instrumen investasi yang menarik bagi individu yang ingin terlibat dalam pertumbuhan dan keberhasilan suatu perusahaan.
-
Bagaimana saham bisa untung? Selain dividen, keuntungan lain yang dapat diperoleh berasal dari capital gain, yaitu selisih antara harga jual dan harga beli saham. Ketika harga saham meningkat, investor dapat menjualnya untuk meraih keuntungan.
-
Mengapa target harga saham BBRI tinggi? Dalam konsensus tersebut target harga untuk saham BBRI untuk 12 bulan depan masih tinggi di angka Rp6.653.
-
Kenapa Perseroan Terbatas memiliki permodalan dari saham? Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.
Menurut analis saham dari Universal Broker Indonesia Satrio Utama, portofolio saham Asabri sebenarnya masih lebih kecil dibanding Jiwasraya.
"Kalau lihat portofolio sahamnya, ini memang tidak sebesar Jiwasraya, ini akan lebih mudah jadi kasus korupsi ketimbang Jiwasraya," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (9/1).
Hal itu dikarenakan saham yang terdapat dalam portofolio jelas dan, lanjut Satrio, pergerakannya menggunakan pola Pump and Dump. Pump and Dump sendiri merupakan skema pergerakan saham yang tidak menggunakan mekanisme pasar yang wajar. Hal ini tentu dilakukan untuk menguntungkan suatu pihak tertentu.
"Biasanya pergerakan harga beli dan jual lebih pesat, tidak wajar ditemui dalam mekanisme pasar," paparnya.
Pengamat Pasar Modal Budi Frensidy menambahkan, rata-rata saham yang dimiliki Asabri adalah saham small cap yang mudah jadi sasaran untuk dipermainkan segelintir pihak. "Tapi, saham small cap bukan berarti saham gorengan. Tapi saham tersebut bisa jadi sasaran untuk dimainkan," tutur Budi.
Saham-saham yang Rontok
Sebagai contoh, Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) mengalami pertumbuhan negatif dari harga Rp7.067 per lembar saham pada Januari 2019 menjadi Rp354 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan saham 23,6 persen.
Kemudian, saham Indofarma Tbk (INAF) jatuh dari harga Rp5.048 per lembar pada Januari 2019 menjadi Rp846 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan saham 13,91 persen.
Ada juga saham Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) yang turun dari harga Rp4.593 per lembar saham pada Januari 2019 menjadi Rp440 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan 25,14 persen.
Selanjutnya
Kemudian, saham Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) yang awalnya bernilai Rp3.277 per lembar pada Januari 2019 menjadi Rp740 per lembar pada Januari 2020, dengan porsi kepemilikan saham 10,31 persen.
Juga saham Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) yang turun dari Rp1.707 per lembar pada 5119 per Januari 2019 ke Rp156 per lembar pada Januari 2020 serta Pool Advista Finance Tbk (POLA) yang turun dari Rp1.707 per lembar pada Januari 2019 ke Rp262 pada Januari 2020.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejati DKI Jakarta menetapkan enam tersangka korupsi pengelolaan Dana Pensiun Bukit Asam tahun 2013 sampai 2018 dengan kerugian negara Rp234 miliar.
Baca SelengkapnyaOgi menuturkan, pengawasan khusus dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat memperbaiki kondisi keuangannya untuk kepentingan pemegang polis.
Baca SelengkapnyaPublik sanksi pengelolaan dana Tapera transparan jika berkaca dengan kasus-kasus korupsi sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPeristiwa penguntitan itu sempat ramai di media sosial, Jampidsus dikuntit Densus 88
Baca SelengkapnyaKejagung melimpahkan tiga tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan tata niaga komoditas timah
Baca SelengkapnyaInvestasi di pasar finansial pun kini sudah sangat terjangkau dan mudah
Baca SelengkapnyaErick Thohir menyebut, pelaporan dua Dapen ke Kejagung tersebut terkait dengan persoalan korupsi.
Baca SelengkapnyaPT. Tarumartani sendiri merupakan BUMD milik Pemda DIY yang bergerak dibidang industri cerutu dan tembakau.
Baca SelengkapnyaBRI terus mempertahankan posisi sebagai bank dengan portofolio pembiayaan segmen UMKM terbesar Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil pemeriksaan diketahui ada lima perusahaan yang bekerjasama dalam rangka menampung kegiatan penambangan biji timah ilegal dari IUP PT Tim.
Baca SelengkapnyaKorupsi ini mengakibatkan kerugian negara kurang lebih sebesar Rp170 miliar.
Baca SelengkapnyaMahelan menjelaskan, sejak dimulai hingga awal Oktober 2024 ini Program Restrukturisasi Jiwasraya telah diikuti oleh 313.775 pemegang polis.
Baca Selengkapnya