Jokowi Harap Meninggalnya Presiden Iran Tak Buat Harga Minyak Dunia Naik
Menurut Jokowi, jika harga minyak dunia naik maka akan merembet ke harga barang lainnya.
Jokowi berharap, meninggalnya Sayyed Ibrahim tidak berdampak kepada ekonomi global.
Jokowi Harap Meninggalnya Presiden Iran Tak Buat Harga Minyak Dunia Naik
Jokowi Harap Meninggalnya Presiden Iran Tak Buat Harga Minyak Dunia Naik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan duka cita atas meninggalnya Presiden Iran Sayyed Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter. Dia juga menyampaikan duka cita untuk rombongan yang bersama Raisi menaiki helikopter.
"Pertama-pertama pemerintah dan masyarakat Indonesia menyatakan duka yang mendalam atas wafat meninggalnya presiden Raisi di kecelakaan helikopter yang ditumpangi oleh beliau," kata Jokowi usai meninjau lokasi banjir bandang di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (21/5).
Jokowi berharap, meninggalnya Sayyed Ibrahim tidak berdampak kepada ekonomi global. Terutama yang berkaitan dengan harga minyak.
Menurutnya, jika harga minyak dunia naik maka akan merembet ke harga barang lainnya.
"Karena kalau sudah harga minyak naik, berdampak dari peristiwa itu, itu akan berdampak ke mana-mana, ke kenaikan harga barang dan lain-lain, kita harapkan tidak ada dampak seperti itu," ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri juga menyampaikan keprihatinan atas insiden jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi beserta rombongan, Minggu (19/5).
"Pemerintah Indonesia mengikuti dengan penuh keprihatinan musibah yg menimpa helikopter yang membawa Presiden Iran, Y.M Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Iran, Y.M Hossein Amir-Abdollahian dan para delegasi yang menyertainya," kata Kementerian Luar Negeri RI melalui akun resmi X-nya @Kemlu_RI, Senin (20/5).
Sebagaimana diberitakan, Presiden Iran, Ebrahim Raisi berada di dalam helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat sebelum kemudian pesawat itu jatuh di dekat Kota Tabriz di barat laut Iran pada Minggu (19/5).
Baik Raisi maupun anggota delegasi yang menyertainya tidak selamat di antara puing-puing helikopter yang diperoleh Iran beberapa dekade lalu dari AS sebelum Revolusi Iran tahun 1979.
Bell 212 pertama kali diproduksi di Fort Worth, Texas, sebelum pabriknya dipindahkan ke Kota Mirabel, Quebec, Kanada pada 1988, dengan penghentian produksi pada 1998.
Meskipun helikopter ini melakukan penerbangan pertamanya pada 1968 untuk tujuan militer, ketahanan dan kemudahan penggunaannya menjadikannya pilihan yang baik untuk transportasi sipil.
Bell 212 mampu mengangkut hingga 15 penumpang, termasuk pilot.
Helikopter ini dapat bertugas dalam misi pemadaman kebakaran, serta transportasi kargo dan pengintaian bersenjata.
Helikopter yang membawa Raisi dikabarkan dimodifikasi untuk mengangkut 15 penumpang.
Bell 212, yang dapat diterbangkan dengan satu atau dua pilot, memiliki panjang 17,41 meter dengan ketinggian 3,83 meter dari permukaan tanah.
Beratnya 2.962 kilogram dalam kondisi tidak berawak, dengan berat lepas landas maksimum 5.080 kilogram dan ditenagai oleh mesin 1.300 kilowatt dengan dua rotor, masing-masing sepanjang 14,63 meter.
Helikopter ini biasanya terbang dengan kecepatan 118 mil per jam (190 kilometer), tetapi bisa mencapai hingga 137 mil per jam dalam penerbangan tempur.
Bell 212 dapat melakukan perjalanan hingga 273 mil dan beroperasi pada ketinggian maksimum 17.388 kaki (sekitar 5.299 meter)
Iran menghadapi kesulitan dalam mempertahankan senjata dan kendaraan buatan AS karena embargo bertahun-tahun yang juga menyebabkan kelangkaan suku cadang.
Helikopter Bell 212 yang jatuh diperkirakan berusia setidaknya 30 tahun.
Militer Iran diyakini memiliki 10 jenis helikopter tersebut dalam inventarisnya.