Kata Anak Muda Soal Kerja Jadi PNS, Masihkah Jadi Profesi Idaman
Merdeka.com - Status menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sepertinya tak menggugah generasi anak muda untuk berkarir. Iklim kerja yang hirarki menjadi alasan utama, PNS mulai ditinggalkan generasi anak muda.
Reva (23) memilih berkarir di industri kreatif pada perusahaan swasta. Ia enggak berkarir menjadi PNS, yang dalam benaknya bekerja berdasarkan sistem hirarki, tidak fleksibel, dan terpasung dengan birokrasi.
"Belum tertarik. Enggak terlalu suka terhadap kultur pekerjaan di bawah pemerintahan yang kurang bebas," ucap Reva kepada merdeka.com, Kamis (22/9).
-
Kenapa Gen Z sulit mempertahankan pekerjaan? Salah satu kritik paling umum terhadap Gen Z secara umum adalah kurangnya motivasi yang dirasakan. Semua orang, mulai dari Generasi Milenial hingga Generasi Baby Boomer, gemar membicarakan keengganan Gen Z untuk bekerja 'keras' demi apa yang ingin mereka capai dalam hidup tanpa perlu menjelaskan alasannya.
-
Mengapa Gen Z kesulitan cari kerja? Beberapa orang percaya bahwa Generasi Z mengalami kesulitan dalam pasar kerja karena mereka dianggap terlalu selektif dan membutuhkan dalam hal pekerjaan.
-
Siapa yang menolak menjadi PNS? Samad mengungkapkan bahwasanya sang ibu memintanya menjadi PNS, namun ia menolak.
-
Apa saja yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda? Puteri menyebut terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya pengangguran di kalangan pemuda, seperti kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga. Hingga, persoalan kurang sinkronnya antara pendidikan dan permintaan industri atau skill mismatch yang membuat waktu tunggu dalam mencari kerja menjadi lebih lama.'Dimana, akhirnya, mereka beralih ke sektor informal. Ini juga terkonfirmasi dari data BPS yang menyebut pekerja informal dari kalangan Gen Z mencapai 10,89 juta orang,' katanya.
-
Mengapa karyawan tidak dipromosikan? Tidak sedikit seseorang berada di zona nyaman, dan menjadi seorang 'job clinger'. Orang tersebut berada di satu pekerjaan dalam durasi yang panjang seperti di atas 3 tahun lebih.
-
Apa tantangan Gen Z di dunia kerja? Generasi Z mengalami tantangan berat di dunia kerja saat ini. Stigma dengan individu yang kurang kompetitif cukup melekat pada generasi kelahiran 1997-2012 ini. Meskipun memiliki latar pendidikan mentereng, tak menjamin Generasi Z mudah diterima kerja.
Dia berujar, ruang kerja seakan terbatas jika bekerja sebagai PNS. Meski instansi tersebut memiliki proyek baik dan inovatif, namun terkadang eksekusi dari proyek tersebut tidak optimal karena terbentur aturan birokrasi. Selain itu, lingkup ruang kerja PNS didominasi oleh generasi baby boomer, sehingga khawatir tidak memiliki satu frekuensi untuk berkomunikasi. Jika satu instansi minim komunikasi, menurutnya kondusivitas dalam bekerja akan terganggu.
Reva juga menyampaikan alasan utama berkecimpung pada sektor swasta karena memiliki bobot yang adil. Kesempatan terbuka luas bagi siap pun yang memiliki kompetensi tertentu.
"Di PNS semua jabatan berjenjang sesuai pangkat, usia, pendidikan, kalau di industri kreatif yang aku jalanin, tidak memandang itu. Sehingga walau usia seseorang masih 22 tahun tapi mempunyai skill pro, dia sangat berpeluang jadi leader team di perusahaan itu," ungkapnya.
Senada dengan Reva, Indri (22) tidak menempatkan pegawai PNS sebagai prioritas capaiannya dalam berkarir. Alasan utamanya, tak mau bekerja dalam kekangan birokrasi.
Sejauh pengetahuan Indri, bekerja sebagai abdi negara banyak sekali aturan dan etik yang menempel. Lain halnya dengan pegawai swasta. Meski sama-sama memiliki aturan, PNS di benak Indri adalah pekerjaan di bawah kekangan.
"Bukan pilihan pertama karena tidak suka kerja terkekang," ungkap Indri.
Yovi (24), pegawai swasta juga mengaku enggan menjadi pegawai negara. Di samping aturan yang terkesan kolot dan berbelit, pendapatan pegawai PNS pun tidak lebih baik dibandingkan dengan pendapatan sebagai perusahaan swasta.
"Jika tergiur dengan gaji dan tunjangan yang besar PNS, saya kira banyak perusahaan swasta yang offer dengan nilai kompetitif," kata Yovi.
Lebih Suka Berbisnis
Doni (27) seorang pengusaha susu sapi murni, menuturkan dirinya lebih memilih untuk menjadi pebisnis, karena sangat menjanjikan dalam waktu jangka panjang dan dapat diibaratkan dengan berinvestasi. Dengan membuka bisnis tentu juga akan bermanfaat untuk orang lain, salah satunya seperti membuka lapangan kerja.
"Kalau masalah menjanjikan banyak sudut pandang kalau bahasa nya dibandingin sama karyawan atau PNS. menjanjikannya dalam arti jangka panjang, soalnya membuat bisnis itukan sama saja seperti investasi jangka panjang," ujar Doni kepada Merdeka.com.
Doni pun menuturkan dirinya tidak tertarik sama sekali untuk memiliki jenjang karir menjadi PNS. Menurutnya, gaji sebagai seorang ASN lebih kecil daripada omset yang didapatkan selama satu bulan menjadi pebisnis susu sapi murni bisa sampai Rp 15 juta per bulan.
"Ya, omzet saya Rp 9 juta sampai Rp 15 juta perbulan. Menjanjikan bekerja disitu (PNS) tapi ya tidak menjanjikan juga, lebih enak usaha sendiri (penghasilannya)," kata dia.
Senada, Nazla (24) pengusaha sepatu, mengatakan dia sama sekali tidak tertarik untuk meniti karir menjadi seorang ASN. Menurutnya menjadi ASN kurang untuk bisa mengekspresikan diri untuk mencoba hal yang baru dan menantang.
"Dipersepsi saya, PNS itu kaku dan hirarkis banget. Saya tidak mau terikat dinas dan dalam bayangan saya PNS itu kaku. Saya juga memiliki tujuan lain, kenapa mau jadi pengusaha," kata Nazla.
Dia pun membeberkan pendapatan per bulan dalam pembuatan produk sepatu tersebut yakni Rp 4 juta hingga Rp 7 juta per bulan. "Ya untuk pendapatan alhamdulilah kisaran Rp 4 juta hingga Rp 7 juta," tambahnya.
Minat generasi muda enggan menjadi PNS tercermin saat Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencatat ada 105 orang CPNS 2021 yang mengundurkan diri dari status barunya sebagai calon abdi negara per Jumat 20 Mei 2022. Pengunduran diri CPNS itu disesalkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) yang saat itu diemban oleh Tjahjo Kumolo.
Tjahjo mengatakan, pengunduran diri ratusan CPNS yang telah lolos seleksi itu merugikan negara. Sebab menurut dia, pemerintah telah menghitung jumlah CPNS yang diperlukan beserta biayanya, namun tidak mendapatkan sumber daya manusia (SDM) sesuai harapan.
"Dengan biaya itu, pemerintah seharusnya mendapatkan ASN yang dibutuhkan. Namun, karena ada yang mengundurkan diri, formasinya jadi kosong. Biaya yang dikeluarkan besar, tapi tidak mendapatkan SDM-nya," kata Tjahjo dalam keterangannya di Jakarta, Senin (30/5).
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat Jepang cenderung lebih memilih berkarir di sektor swasta.
Baca SelengkapnyaMenteri PANRB Azwar Anas membeberkan masalah yang dihadapi PNS.
Baca SelengkapnyaMengingat, profesi PNS merupakan abdi negara yang harus siap ditempatkan di seluruh pelosok Indonesia.
Baca Selengkapnya40 Persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaBagi Gen Z dan milenial, biaya hidup adalah kekhawatiran utama mereka, dan Gen Z juga mengkhawatirkan potensi pengangguran.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaPerubahan yang terjadi antar generasi adalah hasil yang diminta dari pekerjaan.
Baca SelengkapnyaSejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja.
Baca SelengkapnyaSebanyak 60 persen perusahaan merasa kurang cocok bekerja dengan generasi Z.
Baca SelengkapnyaUtamanya bagi PNS yang sudah berumur karena merasa sudah nyaman dengan kondisi sekarang.
Baca Selengkapnya