Kondisi Membahayakan Utang Indonesia yang Tembus Rp7.897 Triliun
Merdeka.com - Utang Indonesia tercatat tembus Rp7.897 triliun hingga Maret 2023 . Kondisi tersebut berpotensi membahayakan jika besaran utang tidak sebanding dengan daya ungkit pertumbuhan terhadap ekonomi nasional.
Menurut Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action, Ronny P Sasmita, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang standar yakni 5 persen. Hasilnya, ratio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bergerak sangat cepat dari akhir tahun 2014 yang di bawah 30 persen, dalam waktu 8 tahun sudah hampir 40 persen terhadap PDB.
"Jika pola ini dipertahankan, maka dalam waktu 10 atau maksimal 20 tahun ke depan, batas konstitusional 60 persen akan tersentuh. Lalu mau tak mau aturannya harus direvisi agar tetap bisa berutang dengan pola yang sama," ujar Ronny kepada merdeka.com, Rabu (10/5).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Siapa yang dirasa bertanggung jawab atas kenaikan utang? 'Kita di-prank, yang terjadi justru kita bisa tahu kenaikan tertinggi sepanjang sejarah Republik ini ada di tangan Jokowi,' terang Eko.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Risiko lainya, menurut analisa Ronny adalah pertumbuhan utang yang bergerak lebih cepat dibanding pertumbuhan ekonomi. Pada ujungnya juga akan bergerak lebih cepat dibanding pertumbuhan ‘revenue’ atau pendapatan negara.
Hal ini akan berdampak terhadap anggaran negara akan lebih banyak tergerus oleh porsi cicilan utang, yang berakibat akan mengurangi anggaran pelayanan dasar dan anggaran pembangunan. "Lalu satu per satu subsidi akan dicabut untuk menyikapinya, dan seterusnya," ucapnya.
Penyebab Utang Naik
Dia berpandangan penyebab pertumbuhan utang luar negeri yang diambil pemerintah, lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, karena utang justru banyak dipakai bukan untuk investasi dan belanja produktif yang bisa mendorong pertumbuhan secara berkelanjutan.
Jika klaim pemerintah hilirisasi dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, maka menurut Ronny imbasnga tidak akan terasa. Fokus hilirisasi, imbuhnya, adalah masih sebatas peningkatan daya saing dengan penambahan nilai tambah.
Seharusnya, pemerintah turut memberi atensi khusus pada sektor manufaktur nasional. Sebab, jika dibandingkan dengan sejumlah negara, Ronny berpendapat bahwa manufaktur Indonesia tertinggal sangat jauh.
"Daya saing sektor manufaktur kita tertinggal jauh, kita malah jor-joran di komoditas alam seperti nikel. Sementara sektor tekstil kita nyaris gulung tikar dihajar oleh produk impor," ujarnya.
Di satu sisi, Ronny mengatakan utang luar negeri Indonesia masih dalam batas aman jika dilihat antara rasio utang dengan PDB nasional. Hanya saja, ia kembali mengingatkan pemerintah bahwa rasio yang ada saat ini berpotensi tidak sustainable, karena laju utangnya lebih cepat dibanding laju ekonomi.
"Artinya, pada satu titik, batas atas 60 persen akan kena, lalu aturannya akan direvisi, dan utang akan terus tumbuh melebihi itu," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan posisi akhir bulan Mei 2023, mengalami kenaikan Rp17,68 triliun.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.
Baca SelengkapnyaDengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPerkembangan peredaran uang terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 7,2 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca Selengkapnya