Krisis di Tunisia, Masyarakat Berebut dan Antre Berjam-jam untuk Beli 1 Kg Gula
Merdeka.com - Ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan ibu kota Tunisia karena inflasi yang melonjak dan kekurangan pangan di negara tersebut. Kondisi ini memperparah kerusuhan di tengah krisis politik yang sedang berlangsung di Tunisia. Para pengunjuk rasa di distrik kelas pekerja Douar Hicher di ibu kota Tunisia bahkan mengangkat roti di udara saat mereka turun ke jalan.
Hal ini dilakukan karena Tunisia menghadapi banyak permasalahan ekonomi seperti krisis keuangan, dengan inflasi hampir 9 persen dan kekurangan beberapa bahan makanan di toko-toko di seluruh negeri.
Gambar yang tersebar di media sosial menunjukkan rak kosong di supermarket dan puluhan pelanggan berebut satu kilogram gula di pasar. Banyak warga Tunisia menghabiskan berjam-jam mencari gula, susu, mentega, minyak goreng dan beras.
-
Apa yang dicari warga saat rebutan beras? Harga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah. Warga menilai pemerintah gagal menjaga pasokan bahan pangan yang berujung pada melonjaknya harga yang ditanggung oleh masyarakat.
-
Dimana warga antre beras murah? Di Grobogan, ratusan warga menyerbu operasi pasar beras murah oleh Disperindag Grobogan pada Minggu (26/2) pagi. Dalam waktu setengah jam, tiga ton beras murah dari Bulog habis terjual. Pembelian beras dibatasi hanya satu karung isi 5 kilogram setiap orang.
-
Siapa yang berbelanja di pasar? Pada Sabtu (3/8), Ussy Sulistiawaty memposting foto-fotonya saat berbelanja ke pasar di akun Instagramnya.
-
Bagaimana Pasar Pakelan ramai? Pasar itu sendiri hanya ada dua kali setiap lima hari, yaitu setiap hari pasaran wage dan legi. Pasar itu biasanya ramai jam 6-7 pagi.
-
Siapa yang mengumpulkan beras? Bupati Banyuwangi saat itu, R. Oesman Soemodinoto, menjadi ketua komite yang mengurus pengumpulan beras dan proses pemberangkatan kapal ke India.
-
Kenapa Pasar Lama Serang ramai saat Ramadan? Pengunjung Pasar Lama Kota Serang selalu menanti dibukanya bazar Ramadan karena bisa mencicipi kudapan legendaris yang hanya ada di bulan Ramadan.
Mengutip laman Aljazeera, perkelahian terkadang pecah di antrean pasar makanan, protes dan bentrokan sporadis dengan polisi. Ini terjadi karena kenaikan harga dan kekurangan telah terjadi di seluruh negeri.
Kerusuhan semakin diperparah setelah pemerintah menaikkan harga tabung gas masak sebesar 14 persen pada awal bulan ini. Ini juga termasuk kenaikkan harga bahan bakar untuk keempat kalinya tahun 2022.
Pemerintah melakukan itu sebagai rencana untuk mengurangi subsidi energi yang menjadi syarat peminjaman uang kepada International Monetary Fund (IMF).
Kekurangan Sumber Energi
Makanan bukan satu-satunya penyebab masalah. Sebab, kekurangan sumber daya energi dan ketergantungan Tunisia atas impor menjadi masalah jangka panjang. Menurut, National Institute of Statistics, inflasi telah mencapai 9,1 persen dan tertinggi dalam tiga dekade.
Bank Sentral Tunisia menambahkan, peningkatan biaya bank dan suku bunga akan menghambat akses ke pinjaman konsumen. Sekretaris jenderal serikat pekerja kuat UGTT, Noureddine Taboubi juga menyalahkan anggaran negara yang terlalu terbebani.
Di sisi lain, pemerintah telah menyalahkan spekulan, penimbun pasar gelap dan perang di Ukraina. Tetapi para ahli ekonomi mengatakan krisis anggaran terjadi karena pemerintah tidak mampu untuk menegosiasikan pinjaman pada IMF.
Pemerintah saat ini sedang menegosiasikan pinjaman USD 2 miliar hingga USD 4 miliar kepada IMF untuk mengatasi defisit anggaran yang diperparah oleh pandemi Covid-19 dan dampak dari perang Rusia di Ukraina.
Sebagai imbalannya, Tunisia harus berkomitmen pada beberapa reformasi, khususnya penyusutan sektor administrasi publik yang menghabiskan sekitar sepertiga dari anggaran negara. IMF juga menuntut pencabutan bertahap subsidi dan privatisasi perusahaan milik negara yang menyiratkan PHK besar-besaran dan menambah pengangguran yang sudah mencapai 18 persen menurut angka terbaru Bank Dunia.
Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial, sebuah LSM yang memantau migrasi mengatakan 507 migran Tunisia meninggal atau hilang. Menurut juru bicara Garda Nasional Houssam Eddine, mereka telah menggagalkan lebih dari 1.500 upaya migrasi ilegal ke Italia dari Januari hingga September 2022, yang melibatkan seluruh keluarga termasuk hampir 2.500 anak-anak.
Reporter Magang: Hana Tiara Hanifah
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Blokade dan serangan tanpa henti yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza menyebabkan warga Palestina berada dalam ancaman krisis pangan dan kelaparan.
Baca SelengkapnyaRatusan warga di Lumajang, Jawa Timur rela berdesak-desakan demi mendapatkan sembako murah pada Sabtu (16/3) pagi.
Baca SelengkapnyaSerangan tanpa henti Israel membawa Jalur Gaza jatuh ke dalam krisis yang kian parah. Selain kehilangan tempat aman, ribuan orang juga dilanda kelaparan.
Baca SelengkapnyaTruk berisi bahan makanan yang tak diizinkan berhenti membuat warga Palestina berebut.
Baca SelengkapnyaAntrean warga yang menyerbu Operasi Pasar Murah di kantor Kecamatan Pamulang membeludak.
Baca SelengkapnyaHarga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah.
Baca SelengkapnyaBulan Ramadan, kondisi para pengungsi Palestina di kamp pengungsian di Rafah, selatan Gaza semakin memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaMereka bahkan sampai rela berdesakan saat mengantre untuk membeli beras di bawah harga pasaran itu.
Baca SelengkapnyaAgresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina membuat jutaan warga terancam kelaparan.
Baca SelengkapnyaSebuah organisasi amal menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi anak-anak dan pengungsi Palestina di Rafah.
Baca SelengkapnyaEuphoria pasar ramadan nyatanya tak dirasakan oleh warga pribumi saja. Ternyata, takjil kini sudah merambah skala internasional.
Baca SelengkapnyaMomen antrean takjil dari jam 2 siang curi perhatian. Bahkan pedagang tak datang akhirnya pakai calo.
Baca Selengkapnya