Mimpi Swasembada Gula Tahun 2030, Faktanya Produksi Terus Merosot 1 Dekade
Penurunan produksi gula tidak sejalan dengan pertumbuhan gula konsumsi yang terus meningkat setiap tahun.
Penurunan produksi gula tidak sejalan dengan pertumbuhan gula konsumsi yang terus meningkat setiap tahun.
Mimpi Swasembada Gula Tahun 2030, Faktanya Produksi Terus Merosot 1 Dekade
Faktanya Produksi Gula Terus Merosot dalam
1 Dekade
Pemerintah saat ini tengah mengejar target swasembada gula. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023.
Salah satu implementasinya dengan menyiapkan lahan hingga 1 juta ha di Papua.
Kendati begitu, Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID Food Frans Marganda Tambunan mengaku teknologi industri gula di Tanah Air saat ini masih terbatas.
Data ini didukung indikator produksi gula dalam 10 tahun terakhir yang menunjukan penurunan.
Frans menyebut penurunan produksi gula tidak sejalan dengan pertumbuhan gula konsumsi yang terus meningkat setiap tahun.
Berdasarkan data yang dibeberkan, tahun 2023 produksi gula 2,27 juta ton.
Produksi ini mengalami penurunan 1,16 persen dibandingkan produksi tahun 2013 sebanyak 2,55 juta ton.
"Kita melihat dalam satu dekade terakhir produksi gula turun sebesar 1,16 persen," kata Frans dalam acara Nasional Sugar Summit (NSS), Jakarta, Rabu (13/12).
Berbanding terbalik dengan konsumsi gula.
Tercatat konsumsi gula pada 2023 sebanyak 3,4 juta ton. Naik sebanyak 2,86 persen dibanding konsumsi 2013 sebanyak 2,16 juta ton.
Luas areal ladang tebu pada 2023 seluas 505 ribu hektar (ha), naik sekitar 7,4 persen dibandingkan luas areal 2013 seluas 469 ribu ha. Serta rendemen tebu 2023 sebesar 7,32 persen. Naik 0,19 persen dibandingkan rendeman tahun 2013 sebesar 7,18 persen.
"Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan luas areal yang meningkat sebesar 7,4 persen, juga rendemen yang hanya meningkat 0,19 persen," kata Frans.
Tak hanya itu, Frans melaporkan, produk tebu di Indonesia juga anjlok 2,06 persen atau turun 61,5 ton per hektar. Padahal tahun 2014 lalu, produktivitasnya bisa mencapai 75,7 ton per hektar.
Sebagai pelaku usaha industri, ia mengaku tidak bisa diam begitu saja. Terutama dalam mendukung program swasembada gula yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 2023.
"Penurunan kualitas gula ini bukan hanya semata karena permasalahan iklim saja, tapi juga kadang permasalahan kurangnya penerapan teknologi di industri gula Tanah Air," ungkap Frans.
Frans menerangkan penurunan kualitas gula ini bukan hanya disebabkan permasalahan iklim saja.
Melainkan karena permasalahan kurangnya penerapan teknologi di industri gula tanah air.
Menurutnya, jika inovasi teknologi dapat diterapkan dan dikembangkan dari sekarang, Indonesia bisa mengejar negara-negara seperti Brazil dan India.Kedua negara tersebut menjadi rujukan lantaran merupakan produsen gula terbesar yang sukses melakukan inovasi di bidang teknologi.
"Sebagai contoh Brazil, mereka berfokus kepada pengembangan teknologi mesin. Sedangkan India berfokus pada pengembangan tanaman tebu," imbuh Frans.
Tak hanya itu, Frans menilai inovasi di hilir ekosistem gula mutlak dilakukan. Agar peningkatan produksi tebu di hulu berbuah hasil optimal di hilir.
"Inovasi di hilir juga mutlak kita butuhkan jika kita mengharapkan keberhasilan dalam peningkatan produksi tebu, khususnya di Indonesia, di industri gula saat ini kemampuan teknologi mutlak saat kita butuhkan," kata Frans.