Pemerintah Targetkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Campuran Bioavtur di 2025
Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat.
Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat.
Pemerintah Targetkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Campuran Bioavtur di 2025
Pemerintah Targetkan Pesawat Pakai Bahan Bakar Campuran Bioavtur di 2025
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), menargetkan penggunaan bioavtur dalam industri penerbangan mencapai 5 persen pada tahun 2025.
"Dalam industri aviasi, ditargetkan pada tahun 2025, penggunaan
bioavtur mencapai 5 persen," kata Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda dalam 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook, di BICC, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Jumat (3/11).
Untuk kerja sama pengembangan bioavtur pun sudah dilakukan ITB bersama dengan Pertamina.
Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat.
"Tes pertama telah dilakukan dengan CN-235-220 FTB dan berhasil," ujar Yudo.
Adapun produksi biovatur secara masif akan dilaksanakan pada tahun 2026.
Pertamina berencana untuk meluncurkan Cilacap Green Refinery pada tahun 2026 berbasis waste feedstock.
Selain itu, Biovatur juga telah digunakan pada penerbangan komersial dengan bahan bakar J2.4, uji coba dengan Garuda Boeing 737-800 NG.
Yudo menegaskan, Kementerian ESDM berkomitmen untuk terus mendorong produksi dan penggunaan biovatur dalam industri aviasi.
Di sisi lain, Yudo mengungkapkan dalam mengembangkan bioavtur juga dihadapkan dengan tantangan. Di antaranya tantangan kelangkaan ketersediaan dan variasi feedstock dalam produksi SAF.
"Insentif ekonomi dari adanya produksi SAF, karena dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil. Saat ini produksi bioavtur masih membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga produksi harus terus ditingkatkan,"
kata Yudo.
Oleh karena itu, menurutnya diperlukan kolaborasi dengan berbagai partner baik dalam kerja sama pengembangan produk dan juga teknologi terus didorong untuk dapat memproduksi bioavtur.
Lanjut Yudo, yang tak kalah penting adalah perlu juga untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap usaha pengembangan produk bioavtur.
"Dengan target dan usaha yang saat ini kami kembangkan, kami mengajak berbagai pihak untuk memenuhi permintaan biodiesel yang membawa berbagai keuntungan, terutama ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan karena konsumsi biodiesel akan terus meningkat ke depannya,"
pungkasnya.