Perusahaan China Kalahkan Amerika Serikat di Daftar Fortune Global 500
Merdeka.com - Di tengah hebohnya perang dagang, ternyata perusahaan China masih unggul ketimbang perusahaan Amerika Serikat (AS) di daftar Fortune Global 500. Tercatat, lebih banyak perusahaan China yang menembus daftar itu ketimbang perusahaan AS.
Perusahaan China dengan posisi tertinggi di daftar itu adalah Sinopec Group, sebuah perusahaan minyak dan gas asal Beijing. Perusahaan dengan 619.000 pegawai itu berada di posisi 2 dan memiliki revenue sebesar USD 414 juta di tahun 2018.
Meski perusahaan AS berada di posisi 1, yakni jaringan ritel Walmart, perusahaan China ternyata mendominasi 10 besar. China National Petroleum berada di posisi 4 dan State Grid di posisi 5. Tiga-tiganya adalah perusahaan BUMN China di sektor energi.
-
Siapa saja perusahaan terbesar di dunia versi Forbes? Kali ini yang menempatkan posisi 10 besar dalam daftar tahun 2023 yakni perusahaan JP Morgan, perusahaan minyak Arab Saudi, dan tiga bank raksasa milik China serta raksasa teknologi seperti Apple dan Alphabet.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Kenapa perusahaan dari Indonesia masuk dalam daftar Forbes? Sementara itu, ada 8 perusahaan milik Indonesia yang masuk dalam daftar perusahaan terbesar di dunia versi Forbes.
-
Bagaimana Forbes menentukan posisi perusahaan Indonesia di dunia? 1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) menempati posisi ke 307 di dunia dengan market value USD 53.79 miliar 2. Bank Mandiri menempati posisi ke 418 dengan market value USD 32.58 miliar 5. Bank Negara Indonesia (BNI) menempati posisi ke 930 dengan market value USD 11.76 miliar 6. Bayan Resources menempati posisi ke 983 dengan market value USD 46.96 miliar 7. Adaro Energy menempatkan posisi ke 1393 dengan market value USD 5.93 miliar
-
Apa yang membuat PLN masuk ke dalam 2 besar Fortune Indonesia 100? Keberhasilan ini pun semakin memantapkan PLN sebagai jantung perekonomian Indonesia dalam mewujudkan akses listrik yang adil dan merata serta menjadi motor penggerak transisi energi.
-
Apa yang menjadi dasar Forbes dalam menentukan perusahaan terbesar di dunia? Forbes baru saja merilis daftar perusahaan-perusahaan terbesar di dunia. Kali ini yang menempatkan posisi 10 besar dalam daftar tahun 2023 yakni perusahaan JP Morgan, perusahaan minyak Arab Saudi, dan tiga bank raksasa milik China serta raksasa teknologi seperti Apple dan Alphabet.
Menurut South China Morning Post, tercatat ada 129 perusahaan China, termasuk 10 dari Taiwan, yang ada di daftar Forbes. Angka itu naik dari tahun sebelumnya, yakni 29 perusahaan.
Jika tidak menghitung Taiwan, maka ada 119 perusahaan China dan Hong Kong yang masuk daftar itu. Angka itu tetap dinilai bersejarah bagi Fortune karena hanya selisih dua perusahaan dari AS yakni 121 perusahaan.
Peringkat tiga perusahaan BUMN China itu juga di atas perusahaan beken lainnya seperti Chevron, Apple, kemudian Berkshire Hathaway milik investor legendaris Warren Buffett, serta Amazon yang dibangun orang terkaya di dunia Jeff Bezos.
Ada satu perusahaan Indonesia yang menembus daftar ini, yakni Pertamina. Secara keseluruhan, 500 perusahaan Fortune Global mencetak uang USD 2,15 triliun di tahun 2018 dan mempekerjakan 69,4 juta orang.
Reporter: Tommy Kurnia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setidaknya, ada 969 orang kaya yang berada di China. Angka ini jauh melampaui jumlah miliarder di Amerika yang berjumlah 691 miliarder.
Baca SelengkapnyaThe Economist sendiri menunjukkan bahwa harga barang atau jasa di Amerika yang jika dikonversi menjadi USD100, maka di China nilai tersebut hanya USD60 saja.
Baca SelengkapnyaPersaingan teknologi antar kedua negara makin sengit.
Baca SelengkapnyaBerbeda dengan Indonesia yang sangat terbuka dengan merek mobil China, AS dan Kanada justru memperketat impor mobil China.
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaAda beberapa alasan mengapa iPhone 15 tak laku di China.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, situasi perdagangan ini belum menguntungkan Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaPenurunan harga real estat yang berkepanjangan ditambah beberapa kasus gagal bayar yang juga membebani kekayaan miliarder China.
Baca SelengkapnyaHampir setengah kekayaan dunia, hanya dimiliki oleh 1,5 persen populasi bumi.
Baca SelengkapnyaFakta membuktikan sanksi AS terhadap perusahaan China tak selalu berjalan mulus.
Baca Selengkapnya