Porak-poranda Ekonomi China Akibat Wabah Virus Corona, Banyak Usaha Terancam Bangkrut
Merdeka.com - Merebaknya wabah virus corona sangat menghebohkan dunia di awal tahun ini. Dampaknya sangat luar biasa di China, sebagai wilayah pertama ditemukannya virus corona. Bahkan, Indonesia juga harus merasakan dampaknya, seperti turunnya angka pariwisata dan penerbangan ke China harus disetop sementara.
Di China sendiri, dampaknya lebih parah. Banyak dari perusahaan kecil di China mencemaskan kondisi keuangan yang diakibatkan virus tersebut. Sebab, perusahaan dan usaha kecil menengah harus menutup lumbung uang mereka.
Dikutip pada laman CNN Bussines, menurut China International Capital Group mengutip survei yang dilakukan oleh akademisi dari Universitas Tsinghua dan Universitas Peking yang dilakukan pada 163 perusahaan dari semua ukuran di China, bahwa pada minggu ini, masih kurang dari setengah perusahaan sudah dapat kembali bekerja.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana cara startup di Indonesia bertahan? Banyak perusahaan yang melakukan penghematan biaya untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagi perusahaan di China yaitu sepertiga dari sekitar 1.000 perusahaan kecil dan menengah hanya bisa bertahan selama sebulan ke depan dengan uang tunai yang dimiliki. Hal itu membahayakan perekonomian China karena sekitar 30 juta usaha kecil dan menengah menyumbang lebih dari 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
Pajak yang dibayarkan perusahaan kecil dan menengah juga mencakup lebih dari setengah pendapatan pemerintah, dan mereka mempekerjakan lebih dari 80 persen pekerja China.
Direktur Atlantis Research Institute yang berbasis di provinsi Shadong, Zhao Jian mengatakan jika wabah corona tidak segera berakhir, pengangguran akan tercipta pasca banyak perusahaan yang tutup sementara.
"Virus Corona dapat menjadi jerami yang menghancurkan punggung unta," ujar Jian, dikutip di Jakarta, Senin (17/2).
Banyak Pebisnis Rugi
Di sisi lain, dampak virus corona juga telah membuat pebisnis mengalami kerugian. Misalnya, pengusaha Beijing Wu Hai yang menulis di akun WeChatnya, mengatakan wabah corona dapat menghancurkan lebih dari 50 bar karoke yang dia jalankan.
Wu terancam mengalami kebangkrutan pada April 2020 mendatang jika aktifitas bisnis tetap dilumpuhkan. Kurangnya aktifitas bisnis juga menempatkan 1.500 pekerjanya dalam risiko kehilangan pekerjaan dan terancam akan bangkrut pada April 2020 jika tidak membuka bisnisnya kembali.
"Itu berarti, akan mati pada April, kecuali ada investor yang memberi (perusahaan MeiKTV milik Wu) uang," tulisnya.
Selain itu, Ketua Home Original Chicken Shu Congxuan mengatakan pada Sabtu lalu, perusahaan cepat sajinya sudah menutup lebih dari 400 toko, sejak wabah corona dimulai.
Dalam pos Weibo, Shu mengatakan bahwa perusahaannya dalam bahaya kehabisan uang tunai karena masih perlu membayar sewa dan karyawan. Namun, dia tetap mempertahankan karyawannya, meski harus menjual mobil dan rumahnya.
Selain itu, survei juga mengatakan bahwa 85 persen responden mengatakan, jika wabah terus berlangsung selama tiga bulan, maka perusahaan kecil dan menengah akan gulung tikar dan setelah 6 bulan, 90 persen perusahaan akan runtuh.
Menurut analisis di S&P Global Ratings mengatakan saat ini perusahaan China sedang bersiap untuk melunasi utang di 2020. Mengingat meningkatnya risiko terhadap ekonomi, perusahaan mungkin lebih sulit untuk meminjam dana.
Kemudian, peneliti S&P Global Ratings mengatakan, jika krisis kesehatan masyarakat stabil pada bulan depan, likuiditas masih akan berada di bawah tekanan, setidaknya pada kuartal pertama 2020, dan akan meningkatkan risiko gagal bayar bagi perusahaan China.
Upaya Dilakukan
Dalam mengatasi pengangguran massal dari dampak virus Corona, beberapa perusahaan ternama di China, seperti JD.com (JD) dan Alibaba (BABA) berjanji akan menerima pekerja yang kehilangan tempat tinggal akibat wabah tersebut. JD bahkan akan membuka lebih dari 20.000 posisi baru, pada pekan ini.
Kemudian, pekan lalu, Bank Rakyat China juga memompa miliaran dolar ke pasar uang, guna menopang kemampuan bank dalam meminjamkan uang.
Di sisi lain, bank sentral juga menyiapkan dana khusus sebanyak 300 miliar yuan (USD 43 miliar) dalam memberikan pinjaman murah kepada perusahaan-perusahaan utama guna mencegah epidemi. Kementerian keuangan China juga mengumumkan subsidi pemerintah untuk membuat pinjaman lebih murah.
Selain itu, pemerintah di Beijing, Shanghai, dan beberapa provinsi juga meluncurkan langkah yang dianggap dapat meringankan beban perusahaan kecil, termasuk menawarkan subsidi agar dapat mengurangi sewa, dan memungkinkan perusahaan kecil menunda pembayaran kontribusi jaminan sosial atau pajak.
Namun, Wu menyampaikan, kebijakan itu, seperti jaminan sosial masih menjadi beban utama pengusaha. Kemudian dia juga meragukan efektivitas pinjaman preferensial yang dibuat bank sentral.
"Kami tidak memiliki aset tetap, sebagai jaminan. Kami tidak memiliki arus kas operasi, karena kami tidak dapat membuka bisnis sebagai jaminan," tulis Wu.
Reporter Magang : Nurul Fajriyah (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak pengembang terlilit utang hingga gagal membayar utang dan menunda pembangunan proyek perumahan yang telah terjual sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil survei swasta menunjukkan sektor properti yang dilanda krisis.
Baca SelengkapnyaZhu kini harus bersaing dengan semakin banyak orang China yang terjun ke industri transportasi online.
Baca Selengkapnya"Ketenagakerjaan, menyangkut kepentingan vital rakyat."
Baca SelengkapnyaNegara miskin menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan bahkan kebangkrutan akibat beban pinjaman luar negeri.
Baca SelengkapnyaIndustri keuangan China sedang mengalami perombakan signifikan.
Baca SelengkapnyaTak bisa dipungkiri, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia.
Baca SelengkapnyaRendahnya pemanfaatan pabrik dan persaingan yang menyebabkan terlalu banyak perusahaan merugi.
Baca SelengkapnyaToyota memangkas ribuan karyawan di pasar China. Akibat penjualan mobilnya menurun.
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaCara orang super kaya di China amankan aset ditengah perekonomian yang melambat.
Baca Selengkapnya