Buruh Kendaraan Listrik China "Dipaksa" Terima Upah Murah, Penyebabnya karena Ini
Rendahnya pemanfaatan pabrik dan persaingan yang menyebabkan terlalu banyak perusahaan merugi.
Rendahnya pemanfaatan pabrik dan persaingan yang menyebabkan terlalu banyak perusahaan merugi.
Buruh Kendaraan Listrik China "Dipaksa" Terima Upah Murah, Penyebabnya karena Ini
Buruh industri otomotif China dihadapkan dilema.
Akibat kelebihan produksi manufaktur yang tidak dibarengi dengan penjualan, para pekerja terpaksa menerima gaji murah.
Melansir Nikkei, seorang warga China yang bekerja di pabrik Li Auto, bercerita bahwa 1.000 karyawan perusahaan tempat dia bekerja diberikan pilihan sulit. Yaitu berhenti bekerja atau menerima upah minimum sampai tren penjualan kendaraan listrik membaik.
“Kami diberitahu bahwa penjualan kendaraan listrik kami lemah karena kondisi yang buruk, sehingga perusahaan harus mengurangi produksinya,” kata dia dilansir Nikkei, Kamis (6/6).
Pilihan itu tidak lantas diterimanya.
“Saya akan mencoba mencari pekerjaan. Kalau tidak, saya akan mati kelaparan.”
Tercatat, Li Auto mengirimkan 80,400 mobil dalam tiga bulan pertama tahun ini, atau naik 53 persen dari periode yang sama tahun lalu, tetapi turun 39 persen dari kuartal terakhir tahun 2023, berdasarkan hasil keuangannya.
Tesla, sebagai perbandingan, mengirimkan 386,810 mobil pada kuartal pertama, turun 8,5 persen dari tahun lalu, dan 20 persen dari kuartal sebelumnya.
Keuangan Li Auto merupakan simbol dari industri kendaraan listrik China.
Produsen mobil meningkatkan produksinya dengan cepat namun kesulitan untuk memenuhi permintaan yang cukup untuk semua mobil mereka, terutama karena konsumen domestik menghadapi krisis real estate dan pasar saham yang bergejolak.
Beberapa produsen mobil tersebut mencari negara lain sebagai pasar yang lebih besar, namun politisi yang berupaya melindungi produsen lokal justru mengabaikan Tiongkok.
Bulan lalu, Gedung Putih mengatakan akan mengenakan pajak 100 persen pada kendaraan listrik buatan China.
Yao Xiaodong, seorang pejabat grup kendaraan listrik China, mengatakan pada pertemuan baru-baru ini bahwa produsen bisa "pergi ke luar negeri atau bangkrut," lapor Nikkei.
Para pemimpin China secara terbuka mengatakan bahwa fokus negara-negara Barat terhadap dugaan kelebihan produksi adalah sikap menjelang pemilu.
Namun para investor dan politisi Barat telah mengibarkan bendera merah mengenai kelebihan kapasitas selama bertahun-tahun, dengan mengatakan bahwa subsidi manufaktur yang besar dari pemerintah China telah menyebabkan harga barang-barang murah sehingga mendistorsi pasar global.
“China sekarang terlalu besar bagi negara-negara lain di dunia untuk menyerap kapasitas yang sangat besar ini,” kata Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen pada konferensi pers pada bulan April.
Sementara itu, China mengkhawatirkan rendahnya pemanfaatan pabrik dan persaingan yang menyebabkan terlalu banyak perusahaan merugi.